JAKARTA — Seperti pada akhir tahun-tahun sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun ini mengeluarkan Tausyiah Akhir Tahun 2018. Ketua MUI yang membidangi Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi mengungkapkan, cakupan tausyiah MUI kali ini meliputi wilayah nasional sampai internasional, mulai Natal sampai permasalahan di Uighur, China.
“Tausiyah ini berkenaan dengan berbagai hal yang menyangkut kondisi dan keadaan baik secara nasional maupun internasional,” ungkapnya saat jumpa pers di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Jumat (21/12).
Saat membacakan Tausyiah di hadapan wartawan, Kiai Jaidi mengatakan, MUI menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk terus berusaha meningkatkan persatuan dan kesatuan serta menjauhi falsafah atau pandangan hidup yang bertentangan dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
“Agar bangsa ini tetap dapat berdiri kuat dan kokoh sehingga yang menjadi cita-cita kita bersama yaitu terciptanya Baldatun Yhayyibatun wa Rabbun Ghafur, serta rakyatnya hidup dalam kesejahteraan dan keadilan serta dilindungi oleh Allah SWT dapat terwujud,” paparnya.
Ia melanjutkan, demi terjaga dan terpeliharanya kerukunan dalam kehidupan antar umat beragama, MUI mengimbau para pengusaha dan para pihak terkait lainnya agar dalam suasana natal dan pergantian tahun baru tidak memaksa,mendorong, atau mengajak karyawan yang beragama Islam memakai atribut-atribut dan simbol yang tidak sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan mereka.
Mengingat tahun 2019 tahun politik karena Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif serentak bersamaan, Kiai Jaidi menambahkan, MUI mengajak semua kontestan dan partai politik lebih mengedepankan program-program dan rencana kebijakan yang rasional.
“Mengedepankan moralitas dan akhlakul karimah serta menghindari dan menjauhi praktek-praktek korot yang dilarang agama, seperti cela-mencela, risywah dan berbagai bentuk kecurangan dan perbuatan tidak terpuji lainnya,” tegasnya.
Ia menambahkan, menghadapi pergantian tahun dan datangnya tahun baru 2019, MUI mengajak dan mengimbau masyarakat menyikapi dengan rasaya syukur dan kesederhanaan.
“MUI mengajak dan menghimbau masyarakat luas untuk menyambut dan menyongsong tahun baru tersebut dengan penuh syukur dan kesederhanaan, tidak hura-hura, dan menghindari pola hidup yang bersifat materialistik, konsumeristik, dan hedonistik,” katanya.
Di level internasional, lanjut Kiai Jaidi, MUI mendorong pemerintah Indonesia untuk terus berjuang dan lebih meningkatkan lagi langkah-langkah diplomasinya dalam rangka melaksanakan amanah dari pembukaan UUD 1945 agar hak-hak dari rakyat dan bangsa Palestina dapat dihormati dan ditegakkan sesuai kesepahaman Oslo mengenai solusi dua negara Palestina dan Israel sehingga mereka bisa membentuk sebuah negara Pelastina yang merdeka dan berdaulat dengan Ibu Kota Yerussalem dapat segera terwujud.
Terakhir, terkait adanya informasi tentang tindakan sewenang-wenang Pemerintah China terhadap Muslim Uighur, MUI menilai tindakan tersebut bertentangan dengan HAM. Sebagai penduduk mayoritas di Provinsi Xinjiang, muslim Uighur berhak mendapatkan hak menjalankan ibadah sesuai ajaran yang mereka yakini.
“Muslim Uighur yang merupakan mayoritas penduduk di Provinsi Xinjiang memiliki kebebasan yang mesti dijamin negara untuk menjalankan ajaran agamanya.” pungkasnya. (Azhar/Din)
The post Tausyiah Akhir Tahun 2018, MUI Singgung Pakaian Natal sampai Muslim Uighur appeared first on Majelis Ulama Indonesia.