oleh: Harry Santosa
Mendidik fitrah anak itu bukan “too much teaching” atau terlalu banyak mengajarkan (outside in), namun lebih banyak menumbuhkan dan menyadarkan gairah anak untuk belajar dan bernalar (inside out).
Anak yg gairah fitrah belajar dan bernalarnya tumbuh hebat akan belajar sepanjang hidupnya, namun anak yang banyak diajarkan akan meminta diajarkan sepanjang hidupnya.
Anak yang suka dan bergairah pada buku akan membaca sepanjang hidupnya, namun anak yang dipaksa bisa segera membaca sebelum cinta buku barangkali akan membenci membaca buku sepanjang hidupnya.
Anak yang fitrah imannya tumbuh dalam wujud bergairah cintanya kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, kepada Islam, kepada alQuran akan menjalani perintah Allah sepanjang hidupnya, meneladani Rasulullah SAW sepanjang hayatnya, mendalami dan mengamalkan alQuran dengan antusias sampai ajalnya.
Namun anak yang ditargetkan ini dan itu sebelum cintanya tumbuh bisa jadi akan membuang Syariahnya ke tempat sampah ketika dewasa kelak. Anak yang terlalu cepat diadabkan sebelum gairah cintanya tumbuh kelak akan berpeluang membenci adab dan menjadi tidak beradab
“Dont too much teaching”. Rileks dan optimislah. Yakinlah anak anak kita punya cukup semua yang dibutuhkan untuk menjalani maksud penciptaannya sebagai Hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi. Anak anak kita telah Allah instal kebaikan sejak lahir, yaitu fitrah.
Maka sekali lagi “Dont Too Much Teaching”, fasilitasi saja, temani saja, arahkan saja, tunjuki saja, dampingi saja. Allahlah Murobby atau pendidik bagi anak anak kita, Allahlah Yang paling Tahu fitrah anak anak kita, karenanya ikuti saja fitrah Allah
Tugas kita hanyalah mengaktifasi fitrah ini dengan merawat, menguatkan konsepsi ketika bawah usia tujuh tahun, kemudian menumbuhkan dan menyadarkan potensi ketika usia 7-10 tahun, lalu mengokohkan dan menguji eksistensi perannya dengan kehidupan nyata ketika menjelang aqilbaligh sehingga akhirnya mengantarkan anak anak kita pada peran peran peradaban terbaik dengan adab mulia.
Salam Pendidikan Peradaban
Sumber: https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10211987896082863?pnref=story