Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

MUI Diskusikan Peran Besar Ulama dalam Pembentukan NKRI

Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) menggelar Rapat Pleno Ke-42 dengan mengangkat tema “Peran Umat Islam yang Terlupakan dalam Pembentukan NKRI”. Pleno merupakan kegiatan rutin Wantim MUI di hari Rabu terakhir setiap bulan. Pleno menghadirkan pimpinan-pimpinan Ormas dan pondok pesantren membahas masalah aktual atau masalah-masalah tertentu dengan mengundang para pakar.

Pada Pleno kali ini, Wantim MUI menghadirkan pembicara pakar sejarah pergerakan Islam di Indonesia yaitu Prof. Ahmad Mansur Suryanegara. Beliau merupakan penulis buku Api Sejarah jilid I dan II. Buku itu menelisik sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam kacamata Islam. Selain itu, beliau juga merupakan guru besar sejarah.

Wakil Ketua Wantim MUI, Prof. Didin Hafiduddin saat membuka Pleno tersebut mengungkapkan, karena Pleno ini bertepatan dengan bulan Agustus, maka Wantim sengaja mengangkat peran umat Islam yang terlupakan dalam pembentukan NKRI. Selama ini, kata dia, peran umat Islam tergambar dalam pembukaan UUD 1945 maupun peristiwa heroik di Surabaya pada November 1945 yang diprakarsai KH. Hasyim Asy’ari.

“Peran umat Islam yang terihat, ada pada pembukaan UUD 1945 dengan adanya pernyataan berkat rahmat Allah yang maha kuasa, kita juga mengetahui secara historis adanya peristiwa Surabaya November 1945 yang dipicu oleh resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari,” kata dia.

Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam kesempatan itu memaparkan ringkasan dua bukunya yaitu Api Sejarah 1 dan Api Sejarah 2. Dikatakannya, pembentukan NKRI tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama. Kemerdekaan Indonesia pun, ungkap dia, juga tidak bisa dilepaskan dari peran ulama. Namun kata dia, tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan kemerdekaan itu sekalipun banyak, tidak banyak dimunculkan dalam buku-buku sejarah perjuangan nasional pada umumnya.

Dia menambahkan, perjuangan di Indonesia pertama kali juga diinisiasi oleh para ulama yang berdagang dan kemudian membentuk Syarikat Islam. Peran ormas-ormas keagamaan selanjutnya seperti Muhammadiyah, Persis, disusul Nahdlatul Ulama juga begitu penting pada saat itu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

“Lalu digerakkan bangsa ada juga gerakan pendidikan yang dipimpin oleh Muhammadiyah bersama SI sudah ikut gerakan aktif dan kemudian muncul PERSIS, kemudian NU muncul,” katanya. (Azhar/Thobib)

Exit mobile version