PANGKAL PINANG — Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin mengatakan berbagai masalah umat yang dihadapi dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan politik harus disepakati jalan keluarnya. Ia mengingatkan, segelintir orang yang jumlahnya satu persen dari total penduduk Indonesia menguasai ekonomi. Kebetulan mereka punya afiliasi etnik dan agama lain, sementara umat Islam yang mayoritas di Indonesia, sebagian berada di bawah garis kemiskinan.
Menurutnya, kondisi Ini tidak baik bagi Indonesia, sehingga akan memunculkan ketidakseimbangan nasional. Maka salah satu cara untuk mengatasi persoalan ini, umat Islam harus membenahi diri dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu Prof Din mengusulkan pembentukan bank umat Islam di Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VII di Bangka Belitung, Kamis (27/2). Sebab potensi dana umat Islam yang bisa dikelola sangat besar.
Din mengatakan, KUII ke-VII perlu menjadi ajang silaturrahim dan silatulfikri untuk pengambilan keputusan-keputusan strategis oleh umat Islam untuk Indonesia. “Saya berpendapat dalam bidang ekonomi harus segera diatasi kesenjangan ekonomi yang menimpa Indonesia,” kata Din, Kamis (27/2). “Sudah waktunya ada bank yang secara khusus dikelola umat Islam untuk kepentingan ekonomi umat Islam, karena saya tahu persis permasalahan umat Islam dalam bidang ekonomi tidak punya akses ke dunia perbankan,” ujarnya.
Din bersyukur sekarang ada bank-bank syariah yang sedikit membantu umat Islam. Tapi kekuatan dana umat yang besar baik dari zakat, infak dan sedekah termasuk dana haji serta umrah perlu dihimpun dan dikelola secara profesional.
Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII mengusung tema ‘Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia Dalam Mewujudkan NKRI yang Maju, Adil dan Beradab’. KUII diselenggarakan di Hotel Novotel, Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada 26-29 Februari 2020. (Din)