Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Moderasi Beragama Dan Masa Depan Irak

Thobib Al-Asyhar
Liputan Perjalanan

Kedatangan delegasi Indonesia ke Baghdad adalah mengikuti Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah dan Moderasi Beragama. Lebih dari itu, kehadiran ini sebagai upaya Indonesia berkontribusi kepada dunia, khususnya Irak akan pentingnya mempraktikkan moderasi beragama. Indonesia bertukar pikiran dan pengalaman dalam mengelola agama di negara demokrasi.

Banyak negara lain yang memberikan apresiasi kepada Indoensia atas keberhasilannya dalam mengelola negara dan agama secara berdampingan. Bersama dengan negara-negara lain, seperti Turki, Iran, Yordania, Malaysia, Tunisia, dan banyak lagi menyampaikan makalah tentang pelaksanaan moderasi beragama di negeri masing-masing. Sayangnya, seperti pelaksanaan konferensi ini lebih banyak semacam loba pidato karena tidak ada tanya jawab yang intens.

Sesuai jadwal yang diberikan panitia, konferensi akan dimulai pada jam 10.00 waktu Baghdad dan pada jam 09.00 pagi seluruh delegasi asing harus sudah standby di lobby hotel, Royal Tulip Al-Rasheed, tempat semua delegasi 20 negara diinapkan.

Tepat jam 09.00 kami seluruh delegasi dipersilahkan naik ke bus mewah yang telah disiapkan panitia setelah sebelumnya seluruh perlengkapan konferensi diberikan, seperti ID Card dan tas yang berisi bahan-bahan, ballpoint, dan block-note.

Jarak tempuh dari hotel Royal Tulip sampai lokasi konferensi sekitar 30-45 menit. Lumayan jauh karena berada di luar kawasan Green Zone. Seperti biasa, pengamanan tingkat tinggi diberlakukan mengingat bus membawa seluruh delegasi asing yang beresiko keamanan. Tempat yang dituju adalah markas besar Dewan Wakaf Sunni Irak, sebuah organisasi beraliran Sunni yang berafiliasi dengan pemerintahan Irak.

Untuk menuju ke sana setelah perjalanan yang melewati bagian kota Baghdad harus melewati gerbang utama yang dipasang blok-blok beton tebal anti peluru. Di sekeliling kawasan markas dijaga oleh puluhan tentara Irak dengan senjata berat dan tank-tank, serta disiapkan ambulance jika ada hal-hal yang tidak diinginkan. Kompleks markas terhitung sangat luas, yang dikelilingi tembok tebal dengan sekian banyak check point untuk sampai di jantungnya. Di dalamnya bangunan masjid besar dan megah serta museum yang berisi tentang perjuangan zaman Nabi. Di sekitar lokasi dijaga oleh tentara berseragam plus senjata lengkap untuk mengawasi gerak gerik orang sekitar.

Sesampainya di gedung utama, kami dipersilahkan memasuki ruangan besar dengan desain seperti teater. Di depan terdapat panggung dengan spanduk besar dan mencolok, yang menandakan bahwa acara segera dimulai. Kapasitasnya pun cukup besar, sekitar 2000 orang yang sudah penuh sesak dari para peserta yang ingin mengikuti pembukaan acara.

Tibalah saatnya pembukaan konferensi internasional yang diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran. Saat memberikan sambutan, Ketua Dewan Wakaf Sunni Irak, Dr Abdul Latief al-Humaim menyampaikan tentang nama besar kota Baghdad sebelumnya. Kota yang sangat masyhur sebagai pusat peradaban Islam masa lalu. Tempatnya lahirnya para Nabi, ulama hadits, imam mazhab fikih, para sufi terkenal dan auliya, dan masih banyak tokoh hebat dunia lainnya. Karena itu, Abdul Latief memberi catatan bahwa Baghdad dan Irak secara umum akan bangkit setelah sekian lama terpuruk akibat perang dan perselisihan.

Pada kesempatan setelahnya, PM Irak menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada seluruh peserta, khususnya delegasi asing yang memberikan masukan-masukan positif untuk membangun Irak di masa depan. Irak saat ini secara umum sudah aman dan mulai ada spirit untuk bangkit pasca perang dan kekalahan ISIS. Menurutnya, dalam waktu 2 atau 3 tahun ke depan Irak akan kembali normal dan bangkit mengejar ketertinggalan dari negara dan bangsa lain.

Acara dilanjutkan dengan presentasi dari perwakilan-perwakilan dari delegasi konferensi untuk menyampaikan tentang Islam Wasathiyah dan Moderasi Beragama. Semua delegasi menyatakan bahwa watak dari Islam pada hakikatnya adalah wasathiyah atau moderat, menghargai berbagai perbedaan, dan bisa hidup berdampingan dengan komponen lain secara damai dan harmoni.

Hasil dari konferensi ini lalu dirangkum dalam bentuk Deklarasi Baghdad yang disampaikan di penghujung acara. Inti dari deklarasi tersebut mengandung pesan pokok agar seluruh ulama sedunia mendorong dan menerapkan konsep Islam wasathiyah dengan segala instrumennya sebagai pondasi pokok dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam dan menyerukan persaudaraan internasional terkait dengan posisi Yarusalem sebagai ibukota Arab dan mengutuk klaim Israel sebagai ibu kotanya secara sepihak.

Dus, selama wira-wiri di kota Baghdad, kami berkesempatan memasang mata, tengok kanan-kiri, sambil jeprat jepret kamera untuk mencermati dan mengabadikan situasi kota Baghdad terkini, termasuk menyaksikan sungai Tigris yang amat terkenal itu. Terlihat banyak bangunan bekas yang tidak terpakai, ada reruntuhan gedung, berdiri blok-blok beton tebal anti peluru, dan keadaan yang masih nampak berantakan. Kondisi ini karena sebab Irak dilanda perang, baik saat pendudukan Amerika maupun perang saudara, termasuk melawan ISIS. Namun demikian, sebagian tempat mulai nampak menggeliat dengan munculnya pembangunan kembali gedung-gedung baru. Tempat-tempat keramaian mulai banyak dikunjungi warga, seperti pasar, toko, dan jalan-jalan raya.

Penulis mencatat bahwa setelah melihat langsung situasi kota Baghdad, khususnya iklim sosial dan psikologis melalui event konferensi internasional ini menunjukkan bahwa kota Baghdad telah berubah dan menunjukkan arah yang menggembirakan. Secara umum dalam kondisi aman, dibawah kendali pemerintahan yang sah menunjukkan kebangkitan negeri Irak pasca perang Teluk II dan kekalahan ISIS.

Para pemimpin Irak mencoba memberitahukan kepada dunia bahwa Irak berangsur-angsur pulih, dan bisa bekerja sama dengan dunia luar untuk meraih masa depan yang gemilang. Bahkan dalam 3-4 tahun ke depan Irak akan Kembali pulih, seperti yang dijanjikan oleh PM Irak, Dr Haidar al-Abbady. Wallahu a’lam []

Thobib Al-Asyhar
(Salah satu delegasi Indonesia dalam Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah di Baghdad, Wakil Ketua Infokom MUI)

Exit mobile version