Ketua Komisi Seni dan Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habiburrahman El-Shirazy memandang kreativitas sebagai inti dari seorang seniman. Hal itu dikatakannya kala memberikan taushiyah Seminar Internasional bertema Strategi Kreatif Seniman Muslim di Tengah Pandemi, Selasa (30/06) melalui aplikasi Zoom.
Menyadur ungkapan dari Ulama Besar Mesir Syaikh Muhammad Al-Ghazali, kata dia, seorang muslim harus mengambil inisiatif terlebih dahulu dan harus kreatif. Karena bila tidak, seorang tersebut akan dipaksa dipaksa menjalankan ide orang lain.
“Syaikh Muhammad Al-Ghazali pernah mengatakan dalam kalimat yang pendek namun maknanya dalam sekali. Khudil fikrota, ambillah inisiatif untuk menyampaikan ide, qobla an ta’khudakal fikrotu, sebelum engkau dipaksa oleh sebuah ide,” katanya.
“Jadi menurut Syaikh Muhammad Ghazali, sesungguhnya hidup kita ini hanya dua pilihan. Pilihan pertama kita menjadi orang yang terus kreatif menyampaikan ide-ide kebaikan. Kalau kita tidak kreatif maka menjadi pilihan yang kedua mau tidak mau, yaitu kita akan dipaksa untuk mengikuti ide orang lain,” imbuh novelis Islam kondang yang kerap disapa Kang Abik ini.
Dia menyampaikan, kalau kaum muslimin kreatif, maka berbahagialah kita. Sebab, dengan menjadi kreatif maka kita diberikan taufiq oleh Allah SWT.
Sebaliknya, kata dia, bila tidak kreatif, maka kita akan dipaksa untuk langsung atau tidak langsung, mau tidak mau, thouan au karhan, mengonsumsi ide-ide orang lain.
“Kalau ide itu selaras dengan tauhid, alhamdulillah. Kalau tidak, ini menjadi problem,” katanya.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, dia menambahkan, kita semua perlu berikhtiar semaksimal mungkin menjadi insan kreatif, utamanya dalam menyampaikan ide. Tentu saja ide yang selaras dengan nilai tauhid karena itu dasar kesenian Islam.
“Kalau sebuah kesenian itu tidak selaras dengan tauhid, boleh dipastikan bahwa itu tidak selaras dengan Islam. Itu disepakati oleh semua ulama, semua seniman muslim, semua filosof muslim dari dulu sampai sekarang bahwa asas dasar atau ruh seni Islam adalah tauhid,” paparnya. (Azhar/Anam)