JAKARTA – Para ibu mendapatkan beban ganda di rumah sebagai akibat dari pandemi covid-19. Mereka dituntut untuk bisa menjadi istri sekaligus ibu yang merangkap menjadi pendidik untuk anak-anak di rumahnya dalam situasi yang berbeda dengan hari-hari sebelum pandemi.
Demikian diutarakan oleh praktisi neuroparenting skill, dokter Aisyah Dahlah Hussein, dalam Program Ngobrol Pintar (NGOPI) di TV MUI, Rabu (09/07) malam. Dikatakannya, para ibu harus bisa memilih mana yang lebih diprioritaskan di antara semua tugasnya.
“Prioritas utama adalah suami dan anak-anak. Jika di dalam kehidupan berumah tangga landasanya adalah Qur’an dan Hadits, maka sudah jelas bahwa pekerjaan prioritas istri adalah suami dan anak-anak,” kata Aisyah dalam Program Ngobrol Pintar (NGOPI) di TV MUI, Rabu (09/07) malam.
Menurut Aisyah, perempuan sebagai seorang istri dan ibu di dalam rumah tangga penting untuk bisa memberikan pengertian kepada anak dan suami bahwa untuk bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dengan baik, memerlukan bantuan dan dukungan kepada seluruh anggota keluarga. Hal ini harus dilakukan secara sadar dan damai agar kehangatan keluarga bisa dipertahankan.
Tak hanya itu, Ia juga menyampaikan bahwa inti energi dan sinyal semangat keluarga terletak pada seorang ibu. Menurutnya, resonansi negatif yang dimiliki ibu akan tetap terpancar sekalipun tidak diungkapkan melalui kata-kata. Maka di sini penting pula bagi perempuan untuk bisa mengendalikan dan melampiaskan setiap emosinya dengan baik.
“Inti dari yang mewarnai suasana rumah tangga adalah perempuan. Jika ibu tenang, maka rumah akan terasa tenang, begitupun sebaliknya. Maka penting untuk ibu bisa mengendalikan emosi, karena kalau ada aura negatif itu akan tetap terpancar sekalipun ibu tidak marah-marah,” katanya
Ketua Asosiasi Rehabilitasi Narkoba Indonesia ini juga berpesan bahwa wajib bagi umat muslim untuk berpatokan pada apa yang telah diajarkan oleh agama dan tidak meninggalkan ritual ibadah keagamaan ditengah kepadatan aktifitas sehari-hari. Ia menyampaikan bahwa dengan memberlakukan kebiasaan positif mengaji di pagi hari sangat membantu untuk memberikan semangat dan menjaga stabilitas emosi manusia.
“Di tengah kondisi yang seperti ini, kita harus berpatokan pada apa kata Allah. Ngaji atau mendengar tausiyah pagi hari bisa membuat tenaga kita banyak sekali untuk beraktfitas seharian. Gelombang pencerahan kita akan naik dan itu yang bikin ibu-ibu bisa kerja seharian,” tuturnya. (Nurul/Anam)