Oleh : Drs. H Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si
(Wakil Ketua Umum MUI Pusat)
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
سُبْحانَ مَنْ جَعَلَ أوّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لِلَّذِى ِبِبَكّةً مُبَاَرَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ. ورَفَعَ للمُؤْمِنِيْنَ عَلَماً بِالتَّكْبِيْرِ والتَّهْلِيْلِ والتَّحْمِيْدِ شِعَارًا لِهَذَا الديْنِ. وجَعَلَ أَعْظَمَ شَعّائِرِهِ حَجَّ بَيْتِهِ الحَراَمِ بِحَرَمِهِ الاَميِنِ سُبْحَانَ ربِّ العِزّةِ عمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ العّالَمِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الَّلهُ الْعَزِيْزُ الرّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبيُّ الكريمُ. اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ على محمّدٍ الرسولِ السَّنَدِ العظِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الابْرَرِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَا أَيّهَا المُخْلِصِيْنَ إتّـقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ واعْلَمُوْا أنَّ اللهَ مَعَ المُتّقِيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنتُم بِهِ مُؤْمِنُونَ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tahun ini kita merayakan Idul Adha 1441H/2020M dalam suasana spesial dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana kita maklumi, saat ini dunia masih diliputi pandemi akibat virus Corona. Sementara beberapa daerah di Indonesia, penyebaran Covid-19 masih menunjukkan gejala kenaikan dan ditetapkan sebagai zona merah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Bagi daerah yang berada di zona hijau atau aman dari Covid, kita berharap semoga segala usaha dan jerih payah yang dilakukan oleh anggota masyarakat maupun aparat pemerintah dalam menangani Covid-19 ini mendapat pertolongan Allah Rabbul Jalil.
Hari ini sudah semestinya kita bersyukur dan makin mendekat kepada Allah SWT, banyak berdoa dan zikir, karena Dia-lah yang menurunkan makhluk super-nano itu untuk menguji dan memberikan tantangan pada manusia: siapa yang lebih hebat dan penentu segala sesuatu, manusia-kah atau Allah yang Maha Agung.
Bagaimanapun, kemunculan virus Covid-19 ini benar-benar menyadarkan manusia akan kelemahan dirinya dan keharusan bergantung pada pencipta makhluk, Allah Rabbul Alamin.
Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu‘minin,
Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan penyelenggaraan haji tahun ini dilaksanakan secara terbatas, hanya berlaku bagi warga negara Saudi dan ekspatriat atau warga negara lain yang tinggal di Saudi.
Sebelumnya pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk menangguhkan pemberangkatan jemaah haji tahun 2020. Bukan membatalkan haji. Memang keputusan ini terasa berat, terlebih jumlah antrian jemaah haji Indonesia yang sangat besar.
Namun, demi perlindungan dan keselamatan jiwa para calon jemaah haji, insya Allah keputusan ini langkah terbaik dan membawa maslahah.
Kita tahu bahwa haji adalah ibadah massal dan kolosal. Bukan hanya saat pelaksanaan, tapi sejak persiapan di tanah air. Berbagai kementerian dan instansi terlibat dalam persiapan ibadah haji. Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementrian Keuangan, TNI/Polri, MPR/DPR/DPD RI, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), maskapai penerbangan, biro travel/perjalanan haji, pemerintah daerah, perbankan, dan sebagainya.
Belum lagi kaitan dengan pemerintah Saudi yang bertanggung jawab dalam penyediaan transportasi, pemondokan/hotel, katering, visa, telekomunikasi, dan keamanan. Haji memang menjadi hajatan nasional yang penting dan menentukan. Karena itu segala daya dikerahkan untuk kelancaran dan kesuksesan haji.
Dengan jemaah haji mencapai 231.000 tahun 2019, Indonesia menempati rangking pertama sebagai pengirim terbesar jumlah jemaah haji di dunia. Belum lagi potensi umrah yang tiap tahunnya memberangkatkan sekitar 1,2 juta jemaah. Maka haji dan umrah merupakan sektor penting dalam hubungan diplomatik antar dua negara, hubungan perdagangan, ekonomi, politik, sekaligus kerjasama di bidang keagamaan.
Melihat besarnya potensi haji dan umrah itulah maka pemerintah Indonesia menetapkan sektor ini sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional, ekonomi syariah, dan ekosistem halal di Indonesia.
اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Hadirin Jemaah Idul Adha yang Dimuliakan Allah
Optimisme Indonesia menjadi global hub (destinasi utama) ekonomi syariah dan produk halal dunia, bukan tanpa alasan. Pertama, Indonesia dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia membawa keuntungan tersendiri sebagai pangsa pasar halal yang sangat potensial dan menantang.
Jumlah penduduk beragama Islam mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk Indonesia. Atau 13,1% dari seluruh muslim di dunia. Dari jumlah ini saja, permintaan akan produk dan jasa halal dipastikan akan terus meningkat. Artinya dengan ‘keuntungan demografik’ ini Indonesia memiliki kesempatan dalam pengembangan Industri halal dunia.
Bahkan hanya bermain pada local market saja, sebenarnya cukup bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan industri halal.
Alasan kedua, perkembangan ekonomi syariah sangat menjanjikan. Baik perbankan syariah, keuangan syariah, asuransi dan reksadana syariah, dan lain-lain. Market share perbankan syariah sudah di kisaran 5,7 persen, meski masih kalah jauh dari market share perbankan konvensional yang berada di 94,3 persen.
Pertumbuhan perbankan syariah mencapai 14,6 persen secara tahun ke tahun. Sektor syariah lainnya juga berada pada dinamika yang positif dan menguntungkan.
Ketiga, ekosistem halal di Indonesia saat ini makin baik dan variatif. Ada makanan halal, pakaian muslim (islamic modest fashion), pariwisata halal (islamic tourism), pendidikan Islam, haji dan umrah, zakat, sedekah hingga wakaf (islamic philanthropy).
Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp2.300 triliun, islamic fashion potensinya hingga Rp190 triliun. Sementara pariwisata halal kisaran Rp135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp120 triliun, dan pendidikan memiliki potensi Rp40 triliun.
Dalam ekosistem ini, produk halal meliputi pasar yang luas, tidak hanya identik dengan makanan dan minuman, namun telah menyentuh hampir semua lahan bisnis yang ada, mulai dari bahan baku (raw material), produk dan layanan kesehatan, kosmetik dan perawatan pribadi, properti, hotel, travel, media, pendidikan, dan jasa keuangan syariah.
Memperkuat ekosistem ini, Indonesia telah menetapkan 10 sektor yang secara ekonomi dan bisnis berkontribusi besar dalam industri halal, yakni industri makanan, wisata dan perjalanan, pakaian dan fesyen, kosmetik, keuangan syariah, farmasi, media dan rekreasional, kebugaran, pendidikan, dan seni budaya.
Keempat, saat ini Indonesia sudah jadi pemain besar sebagai pengekspor produk halal ke negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) dengan nilai 8,7 miliar dolar AS meski masih didominasi bahan mentah. Indonesia diakui oleh negara-negara OKI sebagai pemilik potensi yang besar dalam pengembangan industri halal. Ibaratnya, jika selesai masalah halal di Indonesia, selesai pula masalah dunia.
Karena itu, selain mengadakan kerjasama bisnis, para pengusaha Indonesia harus taat regulasi halal karena itu menjadi pintu masuk agar diterima oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah yang sangat memperhatikan sertifikasi halal.
اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Jemaah Idul Adha yang Dimuliakan Allah
Sengaja khatib menyampaikan perkembangan industri halal ini karena kurang mendapat perhatian dari kaum muslim Indonesia. Padahal mengkonsumsi makanan halal merupakan ajaran dan perintah Allah SWT. Al-Quran secara eksplisit menegaskan:
فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah dikaruniakan Allah kepada kamu dan syukurilah nikmat Allah, jika benar kamu hanya menyembahNya semata-mata” (An-Nahl: 114)
وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اَنْتُمْ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” (Al-Maidah: 88)
Begitu juga larangan mengkonsumsi barang yang haram juga sangat tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an. Misalnya:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan” (Al-Maidah:3).
Dalam hadits Nabi disebutkan:
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ رواه البخاري ومسلم
“Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir r.a, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak” (HR Bukhari Muslim).
Mengkonsumsi produk halal merupakan kewajiban bagi umat Islam dan bukti ketaatan terhadap agamannya, serta ketakwaan pada Tuhannya. Karena itulah, dalam penyelenggaraan haji, pemerintah Indonesia sangat konsen dengan penyediaan konsumsi (katering) halal bagi jemaah.
Sebagai ilustrasi, pengalaman Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama mengelola katering haji tahun 2019. Dengan jemaah dan petugas haji mencapai 203.351 orang, PPIH harus menyediakan 15.251.325 kotak nasi. Untuk memenuhi jumlah tersebut, PPIH bekerjasama dengan 36 perusahaan katering di Makkah, diikat kontrak, dengan syarat dan pengawasan ketat.
Menu katering ditentukan rinci. Komposisinya: nasi, lauk, sayuran, buah, dan sebotol air mineral. Semua memenuhi kriteria kehalalan sejak pemilihan bahan, proses produknya, distribusinya hingga penyajiannya. Setiap hari, menu makan siang dan malam disajikan berbeda. Jenis lauk, sayuran, dan buah, dibuat variasi.
Lauknya mulai daging sapi lada hitam, ikan patin pesmol, ayam kecap cabai hijau, daging teriyaki, sampai bistik daging sapi. Buahnya gantian antara jeruk, apel, dan kurma. Sayurannya, dari tumis buncis wortel, tempe cabai ijo, sampai terong balado. Semua menu Nusantara. Cita rasanya dibikin makin nikmat sesuai idah Indonesia. Bahan bakunya sebagian besar diekspor dari Indonesia.
Dalam kontrak, juru masak dan bumbu harus didatangkan dari Indonesia. Juru masak ditraining dan disertifikasi oleh ahli tata boga dari kampus pariwisata Bandung dan ahli gizi dari Rumah Sakit Haji Jakarta. Direkrut pula 142 pengawas katering di Makkah, untuk memastikan kontrak dipatuhi.
Demikianlah gambaran sederhana konsep halal. Mengetahui apa itu halal, memilih produk yang halal, dan memprioritaskan makanan halal untuk dikonsumsi amat penting diketahui oleh setiap muslim. Namun saat ini, persoalan halal bukan saja apa yang dikonsumsi, tapi juga apa yang digunakan, dipakai, dan dimanfaatkan oleh muslim.
Karena itulah, industri halal berkembang sangat pesat. Bukan hanya di Indonesia, tapi sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia. Produk halal telah menjadi bagian bisnis dunia yang nilainya sangat besar dan menjanjikan, bukan saja untuk masyarakat muslim tetapi juga non-muslim. Bukan hanya menjadi pusat perhatian negara-negara Islam, tetapi juga negara-negara “sekuler” atau minoritas muslim.
Kita meyakini produk halal adalah simbol kebersihan, keamanan, dan kualitas tinggi atau premium quality. Karenanya kebutuhan akan produk halal dibutuhkan oleh semua umat manusia.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
أعاده الله تعالى علينا وعليكم وعلى المسلمين باليُمن والإيمان، والسلامةِ والإسلامِ، وتقبل الله منا ومنكم صالحَ الأعمال.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته