Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Prof Oman Faturrahman Usul LSBPI MUI Susun Ensiklopedi Seni, Budaya, dan Islam

JAKARTA Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.Oman Faturrahman mengusulkan Lembaga Seni Budaya Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyusun ensiklopedia seni, budaya, dan islam.

Menurutnya, ensiklopedia yang dihasilkan harus memiliki ciri yang menggambarkan misi MUI yang menyebarkan ajaran Islam Wasathiyah.

“Menggambarkan distingsi (khasa’is) MUI yang memiliki misi menebarkan ajaran wasathiyah, memadukan ke-Islaman, keIndonesian, dan kemanusian,” tulis Prof Oman dalam akun Instagram pribadinya, @ofathurahman, dikutip MUIDigital, Rabu (22/12).

“Kita bisa kaji pengaruhnya di Nusantara. Misalnya jalur rempah adalah tradisi yang berkembang pada Eropa dan Timur Tengah (Turky),” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima MUIDigital, dalam Forum Group Discussion yang digelar oleh LSBPI MUI, di Aula Buya Hamka MUI, Jakarta Pusat.

Pria yang kerap disapa Kang Oman ini menambahkan, gambaran tersebut telah dikaji oleh para ulama Indonesia dalam pertemuan ulama alumni Timur Tengah seperti Quraisy Shihab dan Mukhlis Hanafi beberapa waktu yang lalu.

“Tentu hubungan mereka dengan Nusantara ada hubungan resiprokal tentang bagaimana keberagaman di Indonesia,” tuturnya.

Kang Oman mengungkapkan, hal ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang bisa dipromosikan ke mancanegara.

Kang Oman yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok mengungkapkan, setidaknya ada 1000 pertanyaan oleh Abdullah bin Salam kepada Rasulullah tentang berbagai hal mengenai agama yang telah dibukukan.

Kemudian naskah tersebut, kata Kang Oman, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa dengan beragam tafsirnya.

“Pengalaman filologi dengan manuskrip di youtube-kan, banyak juga followernya tentang pertentangan politio pada abad pertengahan. Keragaman manuskrip pegon. Tradisi lisan foklor, dengan contoh sholawat Dulang di Minang,” paparnya.

Kang Oman menjelaskan, Islam diterjemahkan di komunitas Minang oleh Syekh Burhanudin. Dulang, ia jelaskan sebagai nama wahana pesta di komunitas Minang yang merupakan bagian dari budaya Minang.

Menurutnya, dalam merumuskan peta jalan perumusan diperlukan jalan yang sistematik, serta framing dengan diksi sebagai pembeda dengan yang lain.

“Ibarat ada lingkaran besar, sudut mana yang kita bisa isi. Semakin lebar ruang, semakin peluang kita untuk mengisinya,”sambungnya.

Kang Oman mengungkapkan, jaringan ulama seperti Prof Azyumardi Azra dalam disertasinya telah memunculkan adanya pemetaan ulama Nusantara.

“Hubungan dengan adanya tarikat, seorang guru mengajarkan pada muridnya. Adanya isjasah, kemudian muncul manuskrip yang bermacam-macam,” ungkapnya.

Kang Oman berharap, melalui entri-entri seni, sastra, dan budaya dalam Ensiklopedia ini. Lanjutnya, pembaca dapat memahami Islam normatif dengan Islam empirik.

“Yakni, Islam sebagai dogma dan ritual, dengan Islam sebagai ekspresi kebudayaan,” pungkasnya. (Sadam Al-Ghifari/Angga)

Exit mobile version