Allah Swt. berfirman:
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُم بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ
“Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Sad: 46)
Allah swt mempersiapkan seorang Muhammad untuk menjadi Rasulullah Saw. selama 40 tahun. Yang paling menonjol dalam diri beliau selama waktu tersebut adalah akhlaknya. Sebutan “Al-Amin” sebagai buktinya.
Imam Malik memiliki ibu yang amat perhatian dengan masalah adab. Ketika sang Imam masih muda, beliau menyuruh: “Pergilah kepada Rabi’ah, contohlah akhlaknya sebelum engkau mengambil ilmu darinya.”
Adab atau akhlak saat ini menjadi komoditas yang langka. Padahal Nabi saw berkata: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari).
Bahkan bangsa baik itu adalah memiliki akhlak yg baik pula.
Seorang pujangga Islam yang sangat terkenal Asy-Syauqi berkata:
“Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya,” Apabila rusak akhlaqnya, maka rusaklah bangsa itu”.
Kemuliaan akhlak akan menyebabkan seseorang dihargai dan disenangi orang lain. Akhlak bagaikan obor yang menyala, dan ilmu adalah tongkat atau gagangnya.
Oleh karenanya, mohonlah tambahan ilmu pengetahuan dari Allah swt, sebagaimana firman-Nya:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah, Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (QS. Ta-Ha: 114)
Bila keduanya bersinergi, obor akan memiliki daya jelajah tinggi. Bisa menerangi dan memberikan nyalanya kepada banyak obor, lentera, atau lilin lain sehingga bermanfaat bagi sesama.