Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Muzakarah Boneka Arwah, Lemahnya Akidah dan Basis Pengetahuan Ke-Islaman

muzakarah-boneka-arwah,-lemahnya-akidah-dan-basis-pengetahuan-ke-islaman

Muisumut.com – Muzakarah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara yang diselenggarakan Bidang Fatwa menarik perhatian banyak peserta. Muzakarah yang berlangsung di Aula MUI Sumut, Jalan Sutomo Ujung, Medan, Ahad (23/1) itu memberikan pemahaman seputar merebaknya kecendrungan banyak orang memiliki dan memercayaan spirit doll atau boneka arwah.

Isu boneka arwah kini berkelindan dibanyak platform media sosial. Cerita boneka arwah yang menjerat pada persoalan aqidah (kesyirikan) harus disikapi dengan cepat, terkhusus ulama agar memahami apa sebenarnya cerita ‘boneka arwah’ itu.

Pada sebahagian orang boneka arwah bahkan dianggap memiliki kekuatan magic yang dapat mendatangkan keberuntungan (hoki). Karena itu, banyak pula pertanyaan yang dilontarkan masyarakat terkait boneka arwah. Apakah boneka arwah boleh dimiliki dan diperlakukan selayaknya manusia bahkan dianggap memiliki kekuatan magic yang dapat memberikan pertolongan?

Muzakarah seputar boneka arwan diantar dengan baik oleh moderator, Sekretaris Bidang Fatwa MUI Sumatera Utara Dr. Irwansyah, M.H.I. Kemudian dua narasumber menjelaskan melalui di presfektip yang berbeda. Pertama, Tarmidi, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog disusul kemudian oleh Dr. H. Husnel Anwar Matondag, M.Ag, dosen pada UIN Sumatera Utara yang mengulas melalui persfektif agama. Kombinasi dua narasumber ini tentu saja saling melengkapi.

Hadir pada Muzakarah itu, Wakil Ketua Umum, Dr. H. Asro Wakil  dan  Drs. H. Ahmad Sanusi Luqman, Lc., MA bersama hampir seratus peserta dari berbagai majelis taklim. Muzkarah ini juga disiarkan secara langsung melalui channel youtube dan facebook MUI Sumatera Utara sehingga dapat menjangkau lebih banyak pemirsa.

Dr. Tarmidi, Psikolog mengatakan, munculnya ‘pemeliharaan’ boneka arwah disebabkan berbagai faktor, seperti adanya kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan orang lain yang kemudian berkembang ke arah kebutuhan hubungan akan benda mati seperti boneka, robot yang disebut dengan non-human companionship atau sinthetic relationship. Awalnya, hubungan sintetis mungkin imajiner atau fantasi tetapi kemudian emosi yang tumbuh bisa jadi nyata dan dilakukan secara terus menerus, kata Tarmidi, yang S-3 lulus dari Inggris itu.

Kata Tarmidi, kepercayaan orang terhadap boneka arwah bisa mengarah pada delusi dimana ia menganggap bahwa boneka tersebut hidup sehingga diperlakukannya sepoerti manusia bahkan menganggap boneka itu memiliki kekuatan dan keberuntungan.
Tarmidi mengatakan, orang yang memiliki kepercayaan kepada benda-benda mati memiliki kekuatan yang kemudian memberi kenyamanan biasanya adalah mereka yang kesepian, tidak mampu menjalin hubungan yang sebenarnya, tidak siap menghadapi dinamika hubungan sosicl disconnection atau tidak memiliki hubungan sosial yang akrab dengan orang lain.
Tarmidi memberi ilustrasi di Jepang, ada orang yang kemudian menjadikan boneka sebagai pasangan hidupnya.

Persoalan Aqidah
Pada paparan kedua dari Muzakaran yang diselenggarakan Bidang Fatwa MUI Sumut, Dr. H. Husnel Anwar Matondag, M.Ag mengulas persoalan boneka arwah ini dalam prespektif aqidah, mulai dari persoalan ruh, keyakinan kepada persoalan ghaib. Kata Husnel Anwar, dalam sudut padang aqidah dan syariah, tren pengadopsian spirit doll yang masuk ke Indonesia merupakan kemafsadatan besar bagi muslim.

Kemafsadatan itu menohok pada locus utama ke-imanan kaum muslimin, yaitu aqidah tauhid disamping persoalan syariah.
Kata Husnel Anwar, persoalan boneka arwah buka hanya pada tren kepemilikan dan pengadopsian boneka semata tetapi diiringi dengan keyakinan adanya arwah yang bersemayam di dalam boneka tersebut. ” Oleh sebab itu, masalah ini tidak saja berhubungan dengan pendegradasian nilai-nilai kecerdasan manusia dan syariat fiqhiyah yang bersifat furu’iyyah, tetapi juga bersinggungan langsung dengan persoalan tauhid atau ushuliyah aqdiyah,” jelas Husnel Anwar, dosen UIN Sumut dan juga anggota komisi fatwaMUI Sumut itu.

Husnel Anwar memaparkan secara urut proses masuknya spirit doll ke Indonesia yang dibawa oleh pamahaman mereka di luar Islam dan kemudian disebabkan kedangkalan pemahaman agama dan aqidahnya menjadi boneka arwah itu menjadi sesuatu yang biasa saja, padahal sungguh menjadi masalah serius pada persoalan aqidah, tegas Husnel.
Muzakarah ditandai dengan berlangsungnya dialoq panjang dari peserta. Banyak pertanyaan yang menarik, seperti hukum mengunakan boneka sebagai pemuas seksualitas. (shd)

Exit mobile version