Semarang – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah menggelar halaqah tentang stattegi penanggulangan dan pencegahan kasus-kasus asusila di pesantren. Halaqah selama dua hari ini dipusatkan di Hotel Pandanaran, Semarang, Senin-Selasa, 27-28 Desember 2021.
Halaqah Ulama dibuka secara langsung oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah Dr. K.H. Ahmad Darodji, M.Si.
Dalam arahannya, Kiai Darodji mengungkap alasan digelarnya halaqah ini. Pihaknya mengaku cukup resah melihat isu atau pemberitaan di media dalam beberapa waktu terakhir tentang pesantren. Kerasahan ini lantaran pemberitaan yang muncul sebagai breaking news di media bukan informasi yang baik untuk didengar.
“Saya melihat di breaking news belakangan ini dari pagi sampai malam bicara isu tentang pesantren, dan ini jika dibiarkan bisa saja mempengaruhi mindset orang kebanyakan,” kata Kiai Darodji menyampaikan alasannya.
Lebih lanjut, Kiai Darodji menjelaskan bahwa pada umumnya mayoritas menganggap baik bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang di Nusantara. Pesantren juga berperan penting dalam pembentukan republik.
Namun, ada insiden di media terkait asusila memicu keresahan. Oleh karena itu, perlu segera ditindaklanjuti dan dicarikan solusinya.
“Pesantren tidak pernah mengajarkan untuk demo. Santri tawadhu pada kiai itu luar biasa. Ini harusnya jadi model pendidikan di negeri ini. Tapi ada kasus (asusila) itu bisa mengingatkan kita, dan kita harus dandani masyarakat kita dan diri kita sendiri,” tambahnya.
“Kita menghubungi Jakarta minta agar difasilitasi kegiatan ini. Alhamdulillah bisa. Masukan dari forum ini insyallah akan sampai ke Jakarta,” tandasnya lagi.
Bertindak sebagai narasumber dalam halaqah ini adalah Dr. Abu Khoir, M.A., Dr. Hastaning Sakti, M. Kes., dr. Masyhudi AM. M. Kes., Drs. Eman Sulaeman, M.H. Kegiatan ini diikuti pengurus MUI Jawa Tengah, utusan MUI Kabupaten/Kota, Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi. (*)
The post MUI Jateng Gelar Halaqah Ulama Tentang Pencegahan Asusila di Pesantren first appeared on Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah.