Sejarah Pembangunan Masjid Tuo Al-Ihsan Ampang Gadang, Nagari VII Koto Talago

Nagari Tujuah Koto Talago , menurut cerita dari orang tua-tua sudah ada sejak sebelum tahun 1800 Masehi. Tujuah Koto Talago setelah berdiri tersebut barulah punya Pemerintahan, sudah ada Adat Istiadat dan sudah beragama Islam. Nagari Tujuah Koto Talago terdiri dari 7 ( tujuh ) Jorong , yaitu Jorong Talago sebagai ibu Nagari, berikutnya Jorong Ampang Godang, Jorong Tanjung Jati, Jorong Padang Kandi, Jorong Koto Kociak, Jorong Sipingai terakhir Jorong Padang Jopang.

Menurut cerita orang tua-tua, ketika itu belum ada berdiri Mesjid besar/Mesjid Raya, yang ada baru Surau-Surau pesukuan. Di Jorong Ampang Godang baru ada Surau-Surau pesukuan , ada surau Pesukuan Melayu , Surau Suku Pitopang, Surau Suku Caniago, Surau Suku Kutianyir, Surau Suku Koto , Surau Suku Bendang, dll. Disurau itu masyarakat Ampang Godang melaksanakan tempat ibadah.

Diantara Surau-Surau tersebut ada satu buah surau yang agak besar yaitu Surau Suku Melayu Dt. Paduko Tuan dengan kesepakatan bersama, surau suku Melayu itulah yang dijadikan tempat sholat Jum’at, surau itu beratapkan ijuk dan atapnya bertingkat tiga. Setelah penduduk Ampang Godang semakin bertambah dan tidak mungkin pada surau Suku Melayu itu diadakan lagi sholat Jum’at.

Menurut cerita orang tua-tua pada awal tahun 1834 M diadakan rapat bersama yang diprakarsai oleh Alim Ulama Cerdik Pandai Niniak Mamak dengan seluruh lapisan masyarakat yang ada dengan agenda tunggal merencanakan mendirikan sebuah Mesjid yang agak besar untuk kegiatan keagamaan oleh masyarakat Ampang Godang secara bersama-sama tidak antar suku terutama untuk melaksanakan ibadah Jum’at singkat cerita semua anggota rapat menyetujui dengan suara bulat mendirikan sebuah Mesjid sebagai pusat ibadah.

Selanjutnya pada awal tahun 1835 M, dimulailah membangun Mesjid dan cara bergotong royong. Ketika itu Tujuah Koto Talago masih banyak ditumbuhi kayu-kayu untuk dijadikan tiang-tiang Mesjid, termasuk di Ampang Godang sendiri ditebanglah kayu-kayu untuk dijadikan tiang-tiang Mesjid tersebut. Setelah dikumpulkan tiang-tiang itu tinggal lagi yang paling besar atau tonggak macunya yang berdiri pada bagian tengah Mesjid tersebut.

Kayu besar tersebut tidak dijumpai di Ampang Godang, lalu dicarilah oleh anggota gotong royong ke Jorong tetangga yakni ke Jorong Talago . Al kisah anggota gotong royong menemukan tonggak besar itu di Jorong tetangga Jorong Talago yang berjarak 1,5 Km dari Jorong Ampang Godang. Setelah selesai ditebang, diukur panjangnya, lalu dikuliti. Selanjutnya diikat dengan tali yang ukup besar, lalu ditarik bersama-sama oleh anggota goro. Pada awalnya tonggak besar itu mau saja ditarik dengan baik, seolah-olah anggota tidak terlalu mengeluarkan energi baru 500 M dari tempat penebangannya, tonggak besar itu tidak mau lagi berjalan ,walau anggota goro sudah ditambah, sehingga berhentilah tonggak itu, tanpa bisa ditarik lagi anggota goro hampir saja putus asa dan saling tanya bertanya antara mereka.
Bagaimana caranya lagi untuk membawa tonggak ke Ampang Godang dengan jarak 1 Km lagi.

Dengan petunjuk dan hidayah Alllah , timbul fikiran dari anggota goro, lalu ia berkata : Wahai kawan-kawan ku semua, di Padang Jopang Jorong tetangga kita, kan ada seorang Syekh yang ilmu Agamanya cukup tinggi dan sangat disegani yaitu Syekh H. Abdullah. Lalu Anggota goro mengirim anggotanya ke Padang Jopang menemui Syekh H. Abdullah di Lurah Puncak Bakuang Padang Jopang, diceritakanlah maksud kedatangan mereka . Lalu dibawalah Syekh H. Abdullah ke tempat tonggak itu tidak mau ditarik lagi. Setelah Syekh tiba ditempat tonggak, lalu sang Syekh membaca-baca sekira-kira begini bacaan Syekh H. Abdullah, “ Hai tonggak – hai tonggak, berjalanlah, berjalan lah, berjalan lah, engkau akan dijadikan tiang untuk Mesjid tempat orang Islam beribadah, lalu di pukul-pukulah tonggak itu dengan tongkat Syekh tadi.

Dengan takdir Tuhan Yang Maha Kuasa , lalu sang Syekh memanggil anggota goro untuk menarik tonggak kembali, lalu tonggak itu kembali berjalan dengan baik sampai ke lurah tempat tiang itu akan didirikan . Lalu didirikan Mesjid itu sampai bisa ditempati yang pada awalnya beratapkan ijuk terdiri dari 3 (tiga) tingkat atap, didirikan secara gotong royong. Jumlah tiangnya sebanyak Peghulu yang ada ketika itu atap bertingkat 3 (tiga) rasa persatuan dan kesatuan yang utuh antara Alim Ulama, Niniak Mamak dan Cerdik Pandai. Diperkirakan berdirinya / siap untuk ditempati sebagai sarana ibadah pada tahun 1835 M. Sampai sekarang sudah berumur 185 tahun, sekarang dinding, lantai dan loteng sudah mulai keropos karena tuanya, pada Mesjid tersebut ada satu buah pintu yang ajaib dan masih bisa dibuktikan sampai sekarang yaitu , bila jarum jam sudah menunjukkan jam Nol nol, pintu yang satu itu terbuka dengan sendiri , kemudian pintu-pintu yang lain ikut terbuka. Dan juga sebelum waktu subuh sering jama’ah yang datang permulaan dia akan melihat seorang berpakaian jubah putih sedang sholat di Mihrab Mesjid, kemudian dia hilang tanpa bekas.

Sewaktu Mesjid masih aktif 5 ( lima) tahun yang lalu jama’ah Mesjid setiap sholat lima waktu lebih kurang 30 orang, kecuali sholat subuh dan sewaktu mengadakan Majlis Taq’lim lebih banyak, adapun kegiatan yang paling mendasar ketika itu antara lain :

1) Mengadakan Majlis Taq’lim dengan buya-buya yang ada disekitar Tujuah Koto Talago.

2) Melaksanakan Iq’tiqaf sepuluh hari Ramadhan terakhir, mengumpulkan beras genggaman untuk tambahan modal membangun mesjid baru dan infak-infak lainnya.

3) Kaum ibu setiap panen padi pergi menuai padi dan hasilnya juga dipergunakan untuk Mesjid baru.

4)Mengadakan infak sosial , sesama jama’ah yang digunakan untuk membeli kain kafan dan dan disumbangkan satu helai untuk orang Ampang Godang yang meninggal dan kegunaan lainnya menjenguk jama’ah yang sakit, pergi taqziah bagi jamaah yang meninggal.

5) Mengumpulkan infak Yatim dan Fakir Miskin yang dibagikan pada malam 17 (tujuh belas ) Ramadhan .

6) Pada Tujuh Belas Ramadhan diadakan Buka Besama sambil menjamu Calon Jama’ah Haji yang berangkat setiap tahun, dan menjamu Anak Yatim Fakir Miskin, tukang-tukang Jrong Ampang Godang dan para Aqniak, yang pada malam tersebut mengeluarkan wakaf dan Infaknya.

7) Acara rutin lainnya mengumpulkan dana Qurban dan mengadakan Qhatam Al Qur’an anak-anak MDTA sekali 2 tahun.

8) Melaksanakan Didikan Subuh setiap Minggu pagi semenjak selesainya Pegolakan PRRI sampai sekarang.

9) Memperingati setiap Hari-hari besar Islam
Tanah tempat berdirinya Mesjid itu, tanah Wakaf Pesukuan Caniago Dt. Perpatiah Ampang Godang.

Demikianlah sekilas lintas asal muasal berdirinya Mesjid Ampang Godang ini yang bersumber dari cerita orang tua-tua zaman yang lampau. Yang benar tetap datang dari Allah, yang salah dari diri saya sendiri, mudah-mudahan Allah meridhoinya. Amiiin…!!!

Sumber : H. Ermizal Dt. Perpatiah.

https://www.facebook.com/groups/465719407397438/permalink/958162901486417/

masjid #masjidtuo #budaya #islam #minangkabau #arsitektur



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia