IMAN SEBAGAI BEKAL PUASA
Dr. Agus Hermanto
Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung
Marhaban ya ramadhan, bulan penuh keberkahan. Semaraka ramainaya di masjid-masjid, mushola-mushola menjadi ciri khas tradisi Islam di Indonesia yang tidak terlupakan, sentralisasi masjid yang menjadi media beribadah bagi umat muslim, baik meriah tarawih di malam harinya dengan sahutan bilal yang membuka relung-relung hati setiap insan yang beriman untuk tetap semangat membangun kebersamaan dengan sebuah orientasi ketaqwaan kepada Allah SWT.
Setelah selesainya shalat malam, ditambah kemeriahan tadarus al Qur’an yang saling bersahutan dengan berlomba-lomba untuk dapat mengkhatamkannya, seruan ini tidak lain adalah kemeriahan yang dibangun atas dasar iman kepada Allah SWT., yang telah memberikan kesehatan kepada kita semua, karena kesehatan dan ketenangan dalam hati sesungguhnya lebih mulia daripada harta dan kekayaan (al- shihhatu wa raahatu al-baali, aghlaa min al-kunuuzi wa al-amwaali.)
Keberkahan ramadhan senantiasa disarasakan setiap insan, tidak hanya yang khusu’ berpuasa di siang hatinya, shalat tarawih di malam harinya, tadarus dan amaliyah lainnya selama bulan Ramadhan, bahkan orang yang belum tentu bagian dari itupun mendapatkan keberkahan ramadhan, pedagang kaki lima menjamur di seluruh sudut sudut kota di sepanjang jalan, dengan keberkahan ramadhan, maka laris manis terjual tanpa sisa di setiap harinya, subhanallah.
Namun demikian, sebagai orang yang beriman dalam panggilan yang sangat sederhana, secara tidak langsung masuknya kita dalam sebuah lingkaran keimanan, maka kita harus benar-benar mampu mengendalikan diri dengan menahan segala yang membatalkan mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dari segala makanan dan minuman serta hubungan seksual.
Ada kemeriahan tersendiri pada saat berbuka dan sahur, terkadang ada banyak menu makanan yang kita siapkan, namun karena dasar iman yang melekat pada diri kita, segala hal tersebut kita membatasinya agar senantiasa mendapatkan keberkahan ramadhan.
Kemeriahan ramadhan kali ini, tentu berbeda jauh dengan dua tahun yang lalu, dimana setiap kita dalam kekhawatiran dan kewaswasan karena adanya covid 19, hingga akhirnya aktivitas menjadi terbatas, hingga ibadah shalat tarawih punya sebagian melakukannya berjamaah dengan bersembunyi dan sebagian lainnya shalat sendirian, sungguh keberkahan yang tiada tara ramadhan kali ini, sehingga segala aktifitas dan tradisi selama ramadhan pada tahun tahun lalu dapat dilaksanakan kembali. Semua itu tidak lain adalah atas spirit keimanan yang melekat demi menggapai taqwa llah. Wallahu a’lam.