detik.com – Petugas keamanan kini disibukan dengan aksi perang sarung yang marak di beberapa daerah di Jawa Barat (Jabar). Aksi ini berbahaya. Sebab, sebagian pelaku perang sarung juga menambahkan ‘senjata’.
Pelaku perang sarung menambahkan alat berbahaya, seperti batu dan lainnya. Batu ini dimasukkan ke dalam sarung. Kemudian, sarung tersebut digunakan untuk senjata perang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar secara tegas melarang aksi perang sarung. Sebab, MUI menilai aksi perang sarung melenceng dari nilai-nilai Ramadan.
“Memang itu semacam permainan, tapi jangan sampai berlebihan. Apalagi sampai menimbulkan korban. Maka dari itu hindarilah,” kata Ketua MUI Jabar KH Rachmat Syafei saat dihubungi detikJabar, Minggu (10/4/2022).
Rachmat mengatakan, bulan Ramadan sejatinya harus diisi dengan kegiatan positif. Sebab, Ramadan merupakan bulan penuh rahmat dan pengampunan. Sehingga, sangat disayangkan ketika dicederai kegiatan yang mencelakai orang lain, salah satunya perang sarung.
“Sarung diisi batu itu perbuatan yang sangat menyimpang. Ini bisa menganiaya orang lain. Sangat dilarang. Kami tegas melarang perbuatan seperti itu,” ucap Rachmat.
Seperti diberitakan sebelumya, aksi perang sarung ini marak terjadi di beberapa daerah, salah satunya di Cianjur. Puluhan bocah terlibat aksi perang sarung di Jalan Raya Cianjur-Bandung, tepatnya di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Rabu (6/4/2022) dini hari.
Warga mengaku resah dengan aksi tersebut, sebab sarung yang digunakan para bocah itu berisikan batu. Informasi yang dihimpun, puluhan remaja yang terbagi dalam dua kelompok itu saling berkumpul di dua lokasi yang berdekatan.
“Sekitar pukul 03.00 WIB, terlihat ada dua kelompok anak-anak yang berkumpul. Jarak titik kumpul antara mereka sekitar 500 meter, yang satu di jalan menuju puskesmas, yang satu lagi di dekat sekolahan,” ujar Hendi Sanusi (30), warga sekitar, Rabu (6/4/2022).