JAKARTA– Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan duka mendalam atas wafatnya jurnalis senior media Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, yang ditembak mati tentara Israel saat bertugas di Pengungsian Jenin, Palestina, Rabu (11/05).
“Kami menyampaikan dua cita, inna lillahi wa inna ilahi rajioun. Kami berduka mendalam atas tragedi pembunuhan terhadap wartawati senior al-Jazeera Shireen Abu Akleh oleh aparat Zionis Israel, ” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI), Buya Sudarnoto Abdul Hakim, dalam keterangan tertulis yang diterima MUIDigital, Jumat (13/05).
Menurutnya, ditembaknya Shireen adalah bukti nyata dan tidak terbantahkan tindakan terorisme yang dilakukan Israel terhadap Jurnalis. Sebelumnya, pada tahun lalu, Israel juga meruntuhkan gedung yang menjadi tempat berkumpulnya para jurnalis.
Apa yang dilakukan Israel itu, ujar Buya Sudarnoto, tidak berbeda dengan teror yang dilakukan kelompok teroris pada umumnya. Mereka bertujuan menimbulkan dan menanamkan perasaan takut di benak masyarakat.
Dia menambahkan, aksi penembakan terhadap Shireen itu juga menandakan pembungkaman suara perjuangan Palestina. Selama ini, Shireen menggambarkan situasi dan kondisi yang riil yang ada di Palestina melalui medianya.
“Pembunuhan Shireen merupakan sebuah kejahatan dan kebiadaan yang tidak boleh dibiarkan terulang. Pembunuhan keji ini kemungkinan besar akan menyasar kalangan tokoh agama, ulama, wartawan, intelektual, aktivis kemanusiaan, dan siapapun juga, ” ujarnya.
Buya Sudarnoto menilai, tindakan Israel ini kemungkinan untuk memperkuat semangat hari kemerdekaan Israel yang diklaim jatuh pada 14 Mei. Pada tanggal tersebut, bendara Stars of David akan dikibarkan di mana-mana dan memicu pertentangan keras. Sementara 15 Mei adalah hari penting Palestina sebagai kaum an-Nakbah.
“Saya memprediksi kekerasan dan kejatahan Israel terhadap Palestina akan meningkat dalam beberapa hari ke depan, ” ujar dia.
Dia pun meminta agar aliansi lintas tokoh agama, jurnalis, intelektual, aktivis kemanusiaan, aktivis HAM, politisi, profesional, bahkan kaum terpelajar seperti mahasiswa mendesak Israel diberi sanksi internasional.
“Bersama dengan masyarakat lainnya, kita perlu memberikan empati dan meningkatkan dukungan terhadap perjuangan rakyat dan bangsa Palestina sekaligus mengecam tindakan Zionis Israel, ” pungkasnya. (Sadam Al-Ghifari/Azhar)