JAKARTA — Tradisi keilmuan di Pondok Pesantren merupakan tempat mencetak generasi bangsa yang berkualitas, dikarenakan adanya penggabungan antara kurikulum pengetahuan umum dan agama.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Kiai Cholil Nafis dalam program MUI Menyapa Umat di di Pondok Pesantren Al Jauhari, Garut, Jawa Barat, Ahad (5/6/2022).
“Tidak semua kita diberi kesadaran untuk memondokkan anak-anaknya. Di pesantren ilmu itu syarat akan sanad. Jadi jelas kita belajar dengan siapa, lalu guru kita belajar kepada siapa. Tidak sembarangan dan asal-asalan tradisi keilmuannya,” ungkap Kiai Cholil.
Kiai Cholil menegaskan bahwa sanad memiliki kedudukan sangat penting selama proses belajar, khususnya ilmu agama. Hal ini dikarenakan apa yang telah kita perbuat termasuk belajar, semuanya akan dimintai dipertanggugjawaban di hadapan Allah.
Menurut Kiai Cholil, pilihan orang tua untuk mendidik anaknya pondok pesantren bukan atas dasar dengki, namun bentuk kasih sayang kepada anak masa depan dirinya, bangsa, hingga dunia.
“Sekarang kita bisa lihat, banyak orang yang tidak jelas gurunya siapa, akhirnya banyak yang merujuk dan bertanya kepada Google. Ujung-ujungnya pemahaman mereka salah dan memicu lahirnya aliran sesat, karena belajar agama tidak memiliki guru,” jelas Kiai Cholil.
Di samping itu, Kiai Cholil menyampaikan bahwa bukan sesuatu yang mustahil apabila Nabi Muhammad menerima langsung wahyu Alquran dari Allah. Akan tetapi justru yang terjadi adalah Nabi menerima wahyu melalui perantara Malaikat Jibril.
Di sinilah isyarat yang Allah ajarkan bahwa adanya sanad dan sambungan ilmu dalam agama bukan sembarangan dan akal-akalan belaka. Bahkan dengan tegas Kiai Cholil mengingatkan jika seseorang belajar ilmu agama secara otodidak maka gurunya adalah setan.
“Jangan takut jadi santri atau hanya karena belajar di pesantren. Sudah banyak teladan bahwa santri bisa jadi pemimpin bangsa. Mulai dari jadi presiden contohnya Gus Dur, wakil presiden KH. Ma’ruf Amin, bahkan yang jadi menteri tidak terhitung jumlahnya, apalagi yang menjabat sebagai anggota dewan,” pungkasnya.
(Isyatami Aulia/Fakhruddin)