JAKARTA — Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI menggelar diskusi terbatas bersama Wakil Rektor Palestine Technical University, Associate Professor Nidal Jabari di kantor MUI, Rabu (6/7/2022).
Dalam pertemuan tersebut, hadir Prof Sudarnoto Abdul Hakim, ketua MUI Bidang HLN-KI dan Dubes Bunyan Saptomo, ketua Komisi HLN-KI MUI. Selain itu, hadir pula beberapa pengurus HLN-KI yakni H Oke Setiadi, Dr Achmad Ubaidillah, Dr Burhanuddin, Muhammad Faisal, dan Yanuardi Syukur.
Dalam pertemuan tersebut, Nidal Jabari menjelaskan bahwa kemitraan Indonesia-Palestina bukanlah hal baru, melainkan sudah berlangsung lama, yang ditunjukkan dengan dukungan terus menerus dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.
“Jumlah mahasiswa Palestina yang menerima beasiswa di Indonesia semakin hari semakin meningkat, dan itu dimulai setelah tahun 2013, ketika saya menyelesaikan studi doktoral saya di Indonesia dan memulai kegiatan saya untuk memperluas kemitraan antara kedua negara,” kata Prof Nidal.
Prof Nidal juga bercerita terkait inisiatif MUI dalam pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Hebron. “RS Indonesia di Hebron bukanlah yang pertama, namun didahului oleh RS Indonesia lainnya di Gaza. Rumah sakit yang dianggap sebagai dukungan dermawan umat Islam dan Rakyat Indonesia untuk Palestina ini akan memperluas lingkaran hubungan politik dan sosial antara kedua negara,” kata lelaki kelahiran Hebron 23 Maret 1970 tersebut.
“Kami juga mengharapkan agar MUI dapat mengunjungi Palestina dan membuat kesepakatan-kesepakatan baru di berbagai bidang, selain melanjutkan komunikasi dan kunjungan kami ke Jakarta,” tambahnya.
Prof Nidal juga menceritakan bahwa hubungan Indonesia-Palestina sangat dalam, meskipun ribuan mil memisahkan kedua negara.
“Kita tahu betul bahwa Indonesia ada di hati seluruh rakyat Palestina. Selama periode yang saya habiskan di Indonesia, saya melihat dengan sangat baik bahwa Indonesia mengalami kemajuan yang sangat cepat, kecepatan dan skala kemajuan teknologi di Indonesia, Anda tidak dapat melihatnya di tempat lain.”
“Indonesia sedang menuju kuat untuk membentuk ekonomi dominan di Asia Tenggara, yang mendorongnya ke depan dalam memimpin kawasan itu secara ekonomi. Toleransi agama dan etnis, penghormatan terhadap minoritas dan penghormatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu ciri terpenting bangsa Indonesia,” tambah Prof Nidal.
Sebelumnya Prof Nidal pernah mendirikan Persatuan Persahabatan Palestina Indonesia dan sekarang dipimpin oleh dewan terpilih. “Saya berusaha untuk memperluas lingkaran kemitraan akademik dan menandatangani lebih banyak kesepakatan antara universitas-universitas Palestina dan Indonesia,” kata Prof Nidal.
Prof Nidal juga berusaha untuk membentuk Dewan Riset Palestina Indonesia sebagai platform kemitraan penelitian antara peneliti di kedua negara,” tambahnya.
Terkait Rumah Sakit Indonesia di Hebron, Prof Nidal menceritakan bahwa Dr KH Zaitun Rasmin mewakili MUI baru baru ini mengunjungi kota Hebron dan didampingi Wali Kota Tayseer Abu Sinina menuju lokasi rumah sakit yang diusulkan.
“Pak Zaitun menyaksikan kesiapan lahan untuk dibangun, dengan luas 4.200 meter persegi. Pak Tayseer, melalui Pak Zaitun dan saya, mengirimkan surat ucapan terima kasih dan terima kasih kepada Majelis Ulama Indonesia dan kepada rakyat Indonesia, mengingat rumah sakit tersebut merupakan dukungan besar bagi rakyat Palestina dan Tanah Suci yang diduduki.”
Wali Kota Hebron Mr Tayseer mengungkapkan keinginannya untuk menjadi tuan rumah MUI di kota Hebron setelah mulai mengerjakan pembangunan rumah sakit, untuk berbagi kebanggaan dewan dalam memulai proyek tersebut.
Dalam pertemuan dengan Komisi HLN-KI MUI ini, Prof Nidal bertemu dengan Ketua Panitia RS Indonesia Hebron Prof Sudarnoto Abdul Hakim dan Duta Besar Bunyan Saptomo membahas prosedur untuk segera memulai pembangunan rumah sakit.
Terkait dengan RS Indonesia Hebron, saat ini MUI tengah menindaklanjuti perjanjian kerja sama yang sempat ditandatangai beberapa waktu yang lalu dengan Wali Kota Hebron. “Insya Allah bisa segera dieksekusi” kata Prof Sudarnoto. [Yanuardi Syukur/Fakhruddin]