JAKARTA–Perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H menjadi momentum Pemerintah untuk mengatasi polarisasi yang masih terjadi di tengah masyarakat akibat polarisasi politik di tahun 2019.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, kepada MUIDigital, Senin (11/7/2022).
“Jangan malah menimbulkan kesan sebaliknya, bahwa seakan-akan situasi keterbelahan ini sepertinya sengaja dirawat dan diawetkan demi kepentingan kekusaan politik tertentu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Kiai Jeje mengatakan, perayaan Idul Adha membawa hikmah mendalam yang bisa membangun solidaritas masyarakat.
Pada momen ini, kata Kiai Jeje, telah mendorong masyarakat untuk semangat bergotong royong atau bekerja bersama. Namun, lanjutnya, hal ini saja tidak cukup.
Wakil Ketua Umum PP Persis ini menerangkan, momentum ini harus menjadi pengingat bagi para pemimpin pemerintahan untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Kiai Jeje menjelaskan, Allah telah menyuguhkan kisan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai pelajaran yang sangat berharga tentang kerelaan untuk mengalahkan egosime diri sendiri dan mengorbankannya demi meraih ridho Allah.
“Jika para pemimpin negeri ini mengambil keteladanan kepeminpinan seperti Nabi Ibrahim dan Ismail, kita yakin permasalahan bangsa seberat apapun akan teratasi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai Jeje juga mengingatkan masyarakat Muslim untuk menjadikan momentum Idul Adha sebagai kesempatan memperkuat ukhuwah dan solidaritas nasional.
Hal ini juga termasuk untuk bisa saling menghormati dan semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan, serta mampu menepis isu-isu provokatif yang dapat memecah ukhuwah.
“Sudah seharusnya bagi para pemimpin negeri dan pejabat negara membuktikan kesungguhan kerja mereka. Mereka harus jadi para negarawan yang seluruh kebijakan dan keputusan mereka untuk kepentingan umat dan bangsa, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu,” pungkasnya.
(Sadam Al-Ghifari/Angga)