JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud menerima penghargaan tertinggi dari Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sebagai tokoh penggerak Pembangunan koperasi utama.
Penghargaan tersebut diberikan pada Puncak Peringatan Koperasi ke-72 Dekopin di Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (23/7).
Ketua Umum Dekopin, Nurdin Halid memberikan langsung penghargaan tersebut yang dihadiri Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Wakil Ketua Umum Dekopin, Mohamad Sukri menyampaikan, Kiai Marsudi sangat berjasa dalam membangun Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren). Bahkan, berkat jasanya itu, eksistensi Inkopontren hingga tembus ke internasional.
“Beliau ini dinilai sangat berjasa karena pernah merintis dan mendirikan Inkopontren pada tahun 1994 hingga sekarang, Inkopontren masih eksis. Bukan hanya dalam negeri, tapi juga di luar negeri,” kata dia saat diwawancarai, Sabtu (23/7).
Pria yang akrab disapa Sukri ini menilai, sosok ulama seperti Kiai Marsudi ini sangatlah langka. Apalagi, Sukri melihat bahwa Kiai Marsudi masih mau memberikan perhatian pada ekonomi umat.
Sehingga, kata dia, Kiai Marsudi mendapatkan penghargaan sebagai penggerak koperasi utama.
“Beliau memperoleh penghargaan Tokoh Penggerak Koperasi Utama, yaitu penghargaan tertinggi pribadi atau personal dari gerakan koperasi,” ungkapnya.
Kiai Marsudi yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Inkopontren ini memang dikenal sebagai tokoh yang aktif dalam merespons berbagai isu nasional hingga internasional.
Tidak hanya itu, Kiai Marsudi juga dikenal sebagai tokoh yang aktif dalam bidang keulamaan dan bidang ekonomi umat.
Salah satu pembuktiannya dapat dilihat dari berdirinya Pesantren Ekonomi Darul Uchwah yang terletak di Jakarta Barat. Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul Uchwah, Kiai Marsudi menjadikan pesantren ini memiliki orientasi pada kewirausahaan.
Pesantren tersebut hingga kini telah memiliki beberapa cabang di berbagai daerah, di antaranya Bogor, Depok, Bekasi, Wonogiri, Tegal, Lampung, dan Palembang. (Sadam Al-Ghifari/Angga)