Makassar, muisulsel.com – Pasca diperintahkannya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam oleh Allah swt untuk berdakwah secara terang-terangan kepada penduduk kota Makkah, di situlah tantangan terbesar yang Nabi rasakan, baik itu penyiksaan, teror-teror dan lain-lain sebagainya.
Namun Apakah hal itu membuat Nabi saw menghentikan dakwahnya, ataukah ia berkecil hati karena melihat tantangan yg besar dihadapannya. justru sebaliknya, Nabi tetap berbesar hati dan melanjutkan dakwahnya.
Setelah masuk Islamnya paman Nabi saw Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar Bin Khattab yang keduanya adalah tokoh masyarakat dan mempunyai kedudukan yang tinggi, mereka menjadi angin segar bagi umat Islam pada saat itu, di mana atmosfer kota Mekah terkhusus kaum kafir Quraisy spontan berubah. Mereka seakan baru tersadar dari mabuknya yang selama ini asyik menghina dan menyiksa umat muslim.
Bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy pada saat itu untuk mencari jalan keluarnya, karena selama ini kekerasan yang dilancarkannya tidak berhasil. Diubahlah strategi tersebut dan melakukan upaya untuk mengadakan pendekatan atau negosiasi terhadap Nabi saw demi menghalangi dakwahnya.
Diutuslah Abu Al Walid pergi menemui Nabi untuk bernegosiasi kepadanya, lalu berkatalah Al Walid dengan manisnya, “Wahai Putra saudaraku, kita ini adalah sama-sama dari keluarga yang terpandang. Kita ini bersatu dengan yang lainnya, tetapi sekarang jadi terpecah belah oleh karena dakwahmu dengan agamamu yang baru yang engkau bawa. Dengarkanlah aku wahai Putra saudaraku. Sebutkanlah wahai Muhammad apa yang engkau inginkan kepada kami. Katakanlah semua kebutuhan-kebutuhanmu semoga apa yang engkau katakan dapat kami penuhi semuanya.”
Lantas Apa jawaban Nabi saw terhadap Al Walid?, Apakah Nabi menerima tawaran tersebut?, Lalu bagaimana proses negosiasi kaum kafir Quraisy kepada Nabi?. (NAP)
Simak selengkapnya disini.
The post HIKMAH HALAQAH: Proses Negosiasi Kaum Kafir Quraisy kepada Nabi appeared first on MUI Sul Sel.