Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Media Harus Siap Bertransformasi di Era Digital untuk Tetap Bertahan

JAKARTA — Kondisi media sekarang ini tidak mudah karena banyak sekali tantangan-tantangan yang harus dihadapi akibat adanya kemajuan teknologi yang melahirkan digitalisasi.

Kondisi ini harus bisa disikapi oleh media dengan bertransformasi. Karena kemajuan teknologi membawa dua sisi yang dapat membawa keuntungan bagi media, tetapi bisa juga membawa ‘kehancuran’ bagi media.

Demikian disampaikan oleh Sekretaris Pokja Media Cyber Infokom MUI, Syukri Rahmatullah dalam Halaqah Mingguan Komisi Infokom MUI yang bertajuk, ‘’Masa Depan Industri Pers Indonesia: Refleksi Hari Hak untuk Tahu Sedunia.’’

Syukri mengungkapkan, meski sudah ada kemajuan teknologi yang mengharuskan media melakukan transformasi. Tetapi masih ada saja media yang masih bertahan dengan pola lama yang tidak melakukan transformasi.

Jurnalis senior ini mengenang perjalanannya menjadi seorang jurnalis sejak tahun 2000. Ia menilai sekarang ini terjadi perubahan yang sangat signifikan dan menantang di era digitalisasi.

‘’Dimana digitalisasi ini sebenarnya membuat media lebih mudah diakses. Tetapi membuat banyak orang (dan) tabloid berguguran. Meskipun ada beberapa media group yang mencoba bertahan, walaupun tidak memiliki masa depan,’’ ujarnya, Rabu (28/9/2022).

Pemimpin redaksi beritasatu.com ini mengungkapkan, era digitalisasi atau sosial media ini memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif. ‘’Di satu sisi memang sosial media menjadi sebuah cermin bagi para pemilik modal media. Biasanya sebelum adanya era digital atau sosial media, komunikasi itu sifatnya seperti jarum hipodermik,’’ paparnya.

Kala itu, terangnya, masyarakat hanya dipaksa untuk menerima informasi apa saja yang dibangun oleh media tersebut. Ketika itu, hanya ada surat pembaca yang dimuat satu atau dua surat dari pembaca yang ditempatkan paling kecil di surat kabar.

‘’Kalau sekarang sudah tidak bisa, dulu suara pembaca hanya dimuat satu atau dua paling kecil dipojok. Kalau sekarang, komunikasi media sifatnya dua arah,’’ ungkapnya.

Menurut dia, ketika sekarang ini media tidak membuka kolom komentar dan tidak membuka respon dari pembaca media, media tersebut dapat dipastikan akan ditinggalkan oleh pembacanya.

‘’Makanya itu menjadi tantangan tersendiri dalam komunikasi dua arah bagaimana media bisa berbuat. Ditambah, selain perubahan teknologi, (digitalisasi) bisa mempengaruhi bisnis media,’’ kata dia.

Founder dari okezone.com ini mengenang diawal mendirikan media ini. Ketika itu, iklan dan banner di media online masih sangat laku dan sangat mahal. Tetapi sekarang ini, dengan adanya periklanan digital seperti google ads membuat harga iklan di media sangat murah.
.
‘’Kenapa? Karena misalnya satu klik hanya dibayar 50 rupiah. Jadi kita dibayar per klik 50 rupiah. Semakin banyak klik, kita baru bisa lebih banyak (pendapatan). Tapi itu pun harus sharing dengan si google itu sendiri,’’ ungkapnya.

Oleh karenanya, Sukri mengatakan, banyak media yang mengalami tantangan ini terutama media di daerah yang memiliki modal yang tidak cukup dan besar. Tantangan tersebut semakin besar bagi media daerah yang memiliki pengiklan yang tidak banyak.

‘’Hal inilah yang membuat media juga banyak yang akhirnya kehilangan independensinya. Misalnya media-media di daerah yang mengajukan diri menjadi teman penguasa dan sebagainya,’’ jelasnya.

Karena di media nasional juga, ujarnya, ada pesan-pesan yang memiliki penguatan-penguatan ideologi, kepentingan penguasa dan sebagainya. Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan hak untuk tau menjadi tereduksi (berkurang),

‘’Ditambah sekarang ini menghadapi tantangan-tantangan yang tidak gampang. Ini berat sekali memang tantangan media saat ini. Tidak sedikit media-media berguguran, PHK, perampingan dan sebagainya,’’ pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Fakhruddin)

Exit mobile version