JAKARTA— Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis LC, menawarkan konsep keluarga maslahah sebagai upaya untuk mencegah stunting di Indonesia. Apa itu keluarga maslahah?
Menurut Kiai Cholil, keluarga maslahah ini tidak hanya harmonis dan sakinah akan tetapi haruslah jadi mawaddah wa rahmah.
Dikutip dari Youtube resmi Wapres Ahad (9/10/2022), dalam Halaqoh Nasional mengenai Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting, akhir pekan lalu, Kamis (6/10/2022), Kiai Cholil menjelaskan keluarga yang maslahah itu ada manfaat, dan dari manfaat itu ada yang uswah dan ada ta’tsir (pengaruh). Ini menjadi proses menjadi teladan pada keluarga lain, kemudian dia juga punya pengaruh kepada orang lain. Dengan demikian keluarganya itu berarti memiliki efek positif bagi keluarga lain.
“Kerangka besar keluarga maslahah, yaitu jika berpikir keluarga saya baik, tapi tidak hanya baik melainkan harus adanya perbaikan. Selanjutnya tidak sekadar saleh, akan tetapi juga harus mushlih (melakukan perbaikan untuk orang lain),” ujar Kiai Cholil.
Sedangkan terkait mawaddah, Kiai Cholil, menjelaskan yaitu adanya maddah atau materi. Jadi kalau hubb itu perasaan, dengan demikian ketika kita sudah bawakan hadiah atau kita lamaran, maka itu sudah menjadi mawaddah.
Dia pun menjelaskan makna surat Al Baqarah ayat 233 وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ (Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf). Itulah kewajiban seorang suami memberikan gizi yang cukup.
Jadi, kata Kiai Cholil, mencari nafkah dalam Islam itu bukan kewajiban istri, melainkan kewajiban suami.
“Oleh karena itu kewajiban kita itu memberikan pakaian dan rezeki yang cukup, itu semua berkenaan dengan gizi apakah itu makro atau berkaitan dengan mikro. Kalau makro seperti hal nya lemak, protein, dan karbohidrat. Sedangkan mikro seperti hal nya mineral dan juga vitamin,” ujar dia.
Kiai Cholil yang juga Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah ini, berpendapat bahwa mengatasi stunting itu diawali dari keluarga, yang harus menjadi keluarga yang hebat, keluarga yang tangguh, dan ketahanan keluarga.
“Dengan demikian nantinya akan melahirkan anak-anak yang hebat, maka dari itu bisa dimulai dari kelahirannya. Akan tetapi umpamanya jangan 3T yaitu Jangan terlalu tua, jangan terlalu muda, jangan terlalu cepat, dan jangan terlalu banyak,”papar dia.
Kiai Cholil mengingatkan apa-apa yang terjadi kepada ibu dan bapak nya itu sangat berpengaruh terjadi kepada anaknya, baik itu yang keluar melalui percakapan atau perilaku sehari-hari. “Karena pada hakikatnya anak itu akan mengcopy paste apa yang menjadi tingkah laku kedua orang tuanya,”ujar dia. (Ratna, ed: Nashih).