DEPOK—Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Faiz Syukron Makmun mengatakan, Nabi Muhammad SAW sangat mengingkan umatnya menjadi partai mayoritas di surga.
Ulama muda yang akrab disapa Gus Faiz ini menambahkan, Nabi Muhammad SAW akan sangat merasa senang jika umatnya bisa masuk surga, tetapi Beliau akan sangat merasa sedih jika umatnya masuk neraka.
‘’Nabi Muhammad SAW juga sangat menginginkan umatnya menjadi partai mayoritas di surga. Nabi Muhammad SAW akan sangat merasa senang jika umatnya masuk surga, tetapi Beliau akan sangat sedih jika umatnya masuk neraka,’’ Kata Gus Faiz saat mengisi ceramah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022), dikutip MUIDigital, Senin (10/10/2022).
Kegiatan yang bertajuk: Meneladani Rasulullah untuk Mencetak Generasi Unggul tersebut sekaligus Perayaan Milad ke-4 Pondok Pesantren Cendekia Amanah dan santunan bagi anak Yatim dan Piatu.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Rahman ini mengatakan, dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, kalau ada yang mencintai Nabi, maka orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan pernah didapatkan dengan cara apapun.
Selain itu, Gus Faiz menerangakan, Nabi Muhammad selain penuh dengan keindahan, juga penuh dengan rahmat. ‘’Rasul selalu memandang orang lain dengan penuh kasih sayang, maka orang yang berhadapan dengan Rasul yang sedang bermaksiat diampuni oleh Allah SWT,’’ ujarnya.
Wakil Rais Syuriah PWNU DKI Jakarta ini bercerita, ketika itu ada sahabat yang mendatangi Nabi dan berkata sudah bolong puasa Ramadhan selama lima hari karena tidak bisa menahan nafsunya saat berpuasa saat melihat istrinya.
Pada kesempatan itu, sahabat tersebut mengungkapkan penyesalannya. Kemudian, Rasul menyuruh sahabat itu untuk mencari budak agar dimerdekakkan. Karena Sahabat ini sangat miskin, ia tidak menyanggupi permintaan tersebut.
Kemudian Rasul memberikan penawaran terakhir agar sahabat itu memberikan makanan yang layak kepada orang miskin sebanyak 60 orang. Tetapi karena tetap tidak bisa menyanggupinya, justru Rasul yang memberikan kepadanya makanan untuk dibagikan pada 60 orang miskin. (Sadam Al-Ghifari, ed: Nashih)