Muallim memiliki posisi terhormat dimana saja berada, karena merekalah pembaca hikmah dari sumber-sumber yang Allah berikan, baik dari Al-Quran & Hadits, juga dari Alam Sekitar dan juga dari cobaan hidup yang beragam.
Posisi muallim yang Allah sebutkan keistimewaannya dalam surat Al-Muzadallah ayat 11, yang artinya
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Muallim memiliki beberapa sifat dan beberapa ciri khas, yang sifat utamanya adalah yang Rasulullah temui dalam sahabat utamanya, yakni As-Shiddiq “yang membenarkan”.
Sifat muallim yang utama karena memiliki ilmu adalah membenarkan yang disampaikan orang lain, dimana mayoritas orang lain ragu dan muallim dapat membenarkan dan menguatkan apa yang disampaikan benar oleh siapapun dan kapanpun.
Dua ciri khas muallim adalah kita ambil ibrah dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah dalam haji wada’:
Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung).
- Menyampaikan, baik dengan menuliskan, menghafalkan untuk disampaikan kepada orang lain, terlepas paham atau tidaknya, terlepas dari keterbatasan untuk memaknai.
- Memahami, mencoba mentadabburi dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada, karena manusia dituntut partisipasinya dari apa-apa yang dipahaminya.
Sifat yang perlu diwaspadai adalah, sombong karena Ilmu yang dimiliki. Banyak perkara yang hadir dari rasa sombong dari ilmu yang dimiliki, dari menganggap manusia lain rendah, dsb.