All posts by Admin

Komisi Fatwa MUI: Tidak Semua 25 Ribu Produk UMK Self Declare Penuhi Syarat dan Layak Sidang 

JAKARTA— Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara merespons pernyataan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) terkait 25 ribu produk usaha mikro kecil (UMK) yang menantikan fatwa halal melalui mekanisme Self Declare BPJPH.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Miftahul Huda, menjelaskan total 25 ribu produk tersebut masih dalam tahapan pendaftaran. Dari tahapan pendaftaran, masih harus melalui sejumlah tahapan lagi antara lain verifikasi dokumen pendaftaran dan laporan hasil pendampingan.

Dia menyebutkan bahwa produk yang sudah masuk ke Komisi Fatwa langsung ditindaklanjuti, tanpa tunda. Hingga Kamis (21/7/2022), terdapat 5044 laporan pendamping produk halal yang masuk setelah setelah kurasi, diverifikasi internal dan disidangkan.

Dari dokumen produk tersebut, sebanyak 1000 laporan  produk sudah dibahas dalam sidang komisi fatwa, dan sementara terdapat 162 laporan produk yang dinyatakan tidak memenuhi syarat. Sisanya sudah difatwakan.

Fatwa itu penetapan hukum untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat, karenanya butuh kehati-hatian. Karena itu, jangan sampai karena mengejar target sehingga tidak memperhatikan kepatuhan, terlebih aspek syar’inya.

Karena itu MUI berharap, harus ada konsens serius dalam memastikan kelengkapan dan kesesuaian dokumen pemeriksaan, sehingga saat dikirim ke MUI sudah layak sidang.

Dia memberikan contoh produk yang dianggap tidak memenuhi syarat misalnya, terdapat  satu produk yang bahan bakunya hewani, tapi dokumen pendukung yang disertakan bukan informasi terkait produk hewaninya, melainkan foto orang yang sedang foto bersama. “Hal ini tentu mesti menjadi evaluasi bersama,” kata dia di Jakarta, Jumat (22/7/2022).

Masalah lain yang sampai hari ini belum dijalankan adalah pihak pelapor dari BPJPH atas produk yang diajukan, yang memberi klarifikasi saat sidang Komisi Fatwa jika dibutuhkan penjelasan.

“Hingga hari ini belum ada tim yang bisa bertanggung jawab untuk hadir dalam sidang. Selama ini staf saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan dalam proses sertifikasi halal, penetapan halal dilakukan dalam sidang di Komisi Fatwa MUI. Hal tersebut berjalan seperti biasa karena memang ini menjadi mandat dan tugas keagamaan yang  dari dulu hingga kini dilaksanakan dengan baik.

Dia menegaskan sidang-sidang fatwa berjalan sesuai dengan prosedur dan pedoman yang dijadikan acuan bagi pimpinan dan anggota Komisi Fatwa, baik pada aspek syar’i maupun aspek teknisnya.

“Kita juga sudah meredesain pelaksanaan sidang fatwa yang efisien, khususnya untuk produk yang melalui self declare sehingga kapastitasnya bisa banyak dan cepat. Walau demikian  harus tetap memperhatikan aspek kepatuhan, karena ini soal penjaminan halal secara syari,” tutur dia.

Untuk aspek teknis, kata Kiai Miftah begitu akrab disapa, pihaknya juga sudah mengantisipasi kemungkinan meningkatnya volume sidang-sidang mengingat meningkatnya jumlah produk yang disidangkan, salah satunya dengan digitalisasi dan reformulasi penyelenggaran sidang agar lebih efisien. 

Dia menambahkan, pihaknya secara rutin menerima produk yang telah diperiksa LPH LPPOM MUI, LPH Sucofindo, dan juga LPH Surveyor Indonesia.

Penjadwalan sidang juga rutin, dengan pelaporan hasil audit oleh LPH dengan detil. Langkah ini diawali dengan pelaporan hasil pemeriksaan, diskusi, dan klarifikasi dilaksanakan dalam sidang untuk pendalaman yang secara umum berjalan cukup baik.

“Nah, fungsi pelaporan oleh Direktur LPH dalam model sertifikasi reguler itu dijalankan BPJPH saat sidang fatwa terhadap produk yang model self declare, mengingat tidak melalui LPH,” tegasnya.

Sebelumnya BPJPH menyebutkan  Program Sehati yang dibuka sejak Maret 2022 ini menargetkan pemberian sertifikat halal melalui mekanisme self declare untuk 25 ribu produk UMK (Usaha Mikro dan Kecil). 

“Alhamdulillah, target 25 ribu pendaftar SEHATI telah terpenuhi,” tutur Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham, di Jakarta, Senin (18/7/2022). 

“Selanjutnya, penerbitan sertifikat akan menunggu fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia,” imbuh Aqil.  

Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal BPJPH, Mastuki, menuturkan pihaknya mengapresiasi kesadaran para pelaku usaha.

“Semula, hingga awal Juni, jumlah pendaftar di SIHALAL baru sekitar 10 ribu. Padahal, program ini rencananya ditutup pada 30 Juni 2022,” ungkap Mastuki.

Namun, BPJPH tidak patah arang. Serangkaian publikasi, sosialisasi, serta kerja sama dengan sejumlah pihak pun dilakukan. “Akhirnya, kami perpanjang hingga 11 Juli. Tapi berdasarkan data yang masuk, pada 3 Juli 2022, jumlah pendaftar sudah memenuhi kuota,” papar Mastuki.

“Saat ini sekitar 15 ribu data pendaftar yang masuk belakangan sedang kami validasi dan verifikasi, untuk selanjutnya diteruskan ke Komisi Fatwa MUI,” ujarnya.
 
KOMISI INFOKOM MUI



Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

harus-kuat-kekitaan-bukan-keakuan

Makassar, muisulsel.com – Sejatinya dalam kehidupan sosial, menurut pandangan Alquran, daya tarik “kekitaan” untuk memikirkan dan mewujudkan kemaslahatan bersama harus lebih kuat daripada daya tarik “keakuan” yang hanya semata memikirkan kepentingan diri sendiri.

Dengan kata lain bahwa, kehidupan yang harmonis, sejuk, dan indah adalah menempatkan “keakuan” dalam “kekitaan”.

Sejarah hitam kemanusiaan dari putra Adam a.s.(Qabil) yang lebih mendahulukan sifat ke’aku’annya diabadikan dalam al-Qur’an untuk menjadi nasihat yang berharga bagi kita semua.

Bahwa kehidupan yang tidak berbasis semangat berkurban akan mengorbankan kehidupan orang lain dan ini adalah pelanggaran kemanusiaan.

Bentuk kehidupan yang diwarnai dengan sifat angkuh, rakus, iri, dengki serta semacamnya membutakan hati untuk lebih bijaksana dalam bersikap, bertutur dan berprilaku, susah mendapatkan hidayah, dan akan
meracuni pertimbangan akal sehat manusia, dan semakin menyeretnya menjauh dari Allah swt.

Qabil dengan hati yang angkuh, iri, rakus berontak dan menolak kebijakan ayahnya sendiri(Adam ) yang pada akhirnya berujung dengan sebuah tragedi kemanusiaan dengan membunuh saudaranya (Habil) dalam genggaman tangannya sendiri tanpa
berprikemanusiaan. Betapa nistanya hati yang dikuasai sifat rakus, arogan, benci dan iri.

Tersebut di atas adalah penggalan khotbah Iduladha 1443 H oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel Dr KH Ruslan Wahab MA.

Lokasi lebaran Iduladha di Masjid As-Sahabah Kampus Universitas Islam Makassar (UIM), Jl Perintis Kemerdekaan Kilometer 10 Makassar, Ahad (10/7/22)

Selengkapnya, berikut ini naskah khotbah Id KH Ruslan Wahab.

BACA JUGA:

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha

Terkait Kasus ACT, MUI Sulsel Sarankan Hati-hati Beri Donasi Cap Kemanusiaan

 

The post Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan appeared first on MUI SULSEL.



MUI Sulsel Harap Peserta Pendidikan Kader Ulama Menulis

Makassar, muisulsel.com – Penyelenggaraan program pengaderan Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel tak lama lagi. MUI Sulsel menginginkan semua peserta menghasilkan karya tulis.

“Kita berharap peserta tak hanya sekadar mengikuti materi saja tapi bisa membuat karya yang nantinya diserahkan ke MUI Sulsel untuk disebarkan,” kata Ketua Bidang Pendidikan dan Pengaderan MUI Sulsel Dr KH Kamaluddin Abunawas MA, Kamis (21/7/2022).

Perkataan KH Kamaluddin saat memimpin rapat pengurus MUI Sulsel, di Kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar. Pertemuan membahas persiapan program pengaderan ulama MUI Sulsel.

Rapat pengurus MUI Sulsel, di Kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar, Kamis (21/7/22). Pertemuan membahas persiapan program pengaderan ulama MUI Sulsel.

Hadir Ketua Umum MUI Sulsel Prof Dr KH Najamuddin AS Lc MA, Dr KH Muammar Bakry Lc MA, Dr KH Mustari Bosrah MA, Prof Muhammad Ghalib MA, Dr KH Yusri Muhammad Arsyad Lc MA, Dr KH Ruslan Wahab MA, Dr H A Marjuni MA Pdi, Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA, Prof Abustany Ilyas MA, Dr H Andi Aderus Lc MA, dan Prof Dr H M Kasjim Salenda SH MThI.

BACA JUGA:

Halo! Ini Daftar Pelamar yang Lolos Seleksi Berkas Pendidikan Kader Ulama MUI Sulsel

MUI Makassar Sikapi Khilafatul Muslimin

MUI Sulsel mengagendakan pengaderan selama 20 hari, mulai tanggal 1 sampai 20 Agustus 2022, di Sultan Alauddin Hotel & Convention, Jl Sultan Alauddin, Makassar.

KH Kamaluddin, wakil rektor IV UIN Alauddin, menyampaikan, Gubernur Sulsel H Andi Sudirman Sulaiman bakal hadir membuka program prioritas MUI tersebut.

Rapat pengurus MUI Sulsel, di Kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar, Kamis (21/7/22). Pertemuan membahas persiapan program pengaderan ulama MUI Sulsel.

Terkait proses pendidikan kader, penitia berharap kepada masing-masing pemateri membawa makalah atau catatan referensi untuk dibagikan kepada peserta.

“Pemateri harus memberikan foto copy materinya untuk menjadi bahan pembelajaran. Mengingat waktunya cuma 20 hari maka, pemateri diusahakan menyampaikan materi lebih ke metodologi,” ujar KH Kamaluddin.

KH Najamuddin Lc MA mengusulkan penekanan materi Bahasa Arab. Menurutnya, banyak ulama yang belum fasih bahasa Arab.

“Peserta pengkaderan minimal menguasai Bahasa Arab terutama fasih dalam menyampaikan ayat dan hadis,” katanya.

Rapat pengurus MUI Sulsel di Kantor MUI Sulsel, Kamis (21/7/22).

Tercatat 30 peserta lulus seleksi berkas. Panitia menjadwalkan tes selanjutnya pada Sabtu (23/7/22), secara online dan offline. (Irfan)

The post MUI Sulsel Harap Peserta Pendidikan Kader Ulama Menulis appeared first on MUI SULSEL.



Ketua Komisi Luar Negeri MUI Sampaikan 5 Deklarasi Komunitas Masjid Asean

JAKARTA—Indonesia sampaikan draft deklarasi Komunitas Masjid Asia (Asean Masjid Community) mengingat jumlah dan peran penting umat Islam dalam pembangunan peradaban Asia di masa depan.

Draf deklarasi itu disampaikan Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja sama Internasional MUI, Bunyan Saptomo, dalam acara Konferensi Internasional Komunitas Masjid Asean 2022 di Gedung Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jakarta Timur, Rabu (20/07/2022).

Hal itu, menurut dia, juga bentuk perwujudan dari dokumen Asean social culture community sehingga perlu kerja sama dalam semua bidang, utamanya bidang keagamaan merupakan bagian penting apa arti keislaman.

Bunyan berharap deklarasi itu bisa secara konsisten dilakukan dan mendapat respons positif dari negara-negara lainnya di Asia mengingat yang hadir dalam konferensi itu hanya Indonesia-Malaysia.

“Intinya bisa mulai dari suatu kegiatan kebersamaan, tidak perlu ketua tapi rutin konferensi bergilir. Kemudian setelah dianggap lebih maju isinya diganti organization of Islamic cooperation,” lanjutnya.

Draf dekralasi itu dikenal dengan Jakarta Declaration On Asean Masjid Community yang secara resmi ditawarkan oleh Indonesia, di antaranya:

  1. Welcome the formal establishment of Asean 2015 comprising 3 pillars community yang bertujuan untuk stabilitas politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
  2. Agree to work together to promote Islam Washatiyah in Southeast Asia sebagai upaya untuk mewujudkan ketentaraman dan kesejahteraan masyarakat di Asia.
  3. Agree to work together to deveploment through Masjid in Southeast Asia
  4. Agree to establish Asean masjid community
  5. Agree to organize the next meeting of Asean Masjid Community in Malasyia in the year 2023.
    (A Fahrur Rozi, ed: Nashih)


Memaknai Tauhid dan Pengorbanan

memaknai-tauhid-dan-pengorbanan

Makassar, muisulsel.com – Sekretaris Komisi Fatwa MUI Sulsel Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA sebagai khatib Iduladha 1443 H, di Masjid Nurul Hijrah, Perumnas Panakukkang, Makassar, Ahad (10/7/22).

KH Syamsul Bahri mengangkat judul Memaknai Tauhid dan Pengorbanan di Hari Iduladha.

Berikut ini, naskah khotbah KH Syamsul Bahri.

Unggah naskah khotbah di sini: Memaknai Tauhid dan Pengorbanan di Hari Iduladha

 

Baca juga:

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

The post Memaknai Tauhid dan Pengorbanan appeared first on MUI SULSEL.



Semangat Kurban Kokohkan Persatuan

semangat-kurban-kokohkan-persatuan

Makassar, muisulsel.com – Ketua MUI Sulsel Bidang Infokom Dr HM Ishaq Shamad MA sebagai khatib Iduladha 1443 H di Lapangan Bitoa, Manggala, Makassar, Ahad (10/7/22).

Khotbah Wakil Rektor IV Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu berjudul Dengan Semangat Kurban Kita Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Umat.

Naskah khotbah KH Ishaq Shamad sebagai berikut.

Unggah naskah di sini: Dengan Iduladha Kurban Kita Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Umat

 

Baca juga:

Memaknai Tauhid dan Pengorbanan

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

The post Semangat Kurban Kokohkan Persatuan appeared first on MUI SULSEL.



Makin Kaya Makin Pelit Itu Biasa, Kecuali Berkurban

makin-kaya-makin-pelit-itu-biasa,-kecuali-berkurban

Makassar, muisulsel.com – Alquran surah al-Isra ayat 100, “Wa kaana al-insaanu qatuuraa” menjelaskan bahwa manusia dalam permasalahan harta, semakin kaya maka ia akan semakin pelit. Maka semua orang yang menunaikan perintah berkurban, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang luar biasa. Mengapa? Karena mereka adalah orang-orang yang keluar dari kebiasaan.

Sebagaimana Alquran mengatakan manusia semakin kaya semakin kikir, maka mereka keluar dari klaim sifat itu, mereka adalah orang-orang yang luar biasa.

Contoh sederhana lagi ketika ada orang yang bangun untuk shalat malam, mereka adalah orang-orang yang luar biasa, mengapa? Karena mereka keluar dari kebiasaan orang banyak yang di waktu tengah malam tertidur pulas.

Demikian halnya Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih Ismail, maka ini adalah keluar dari kebiasaan orang banyak, yaitu seseorang mustahil menyembelih anaknya. Tapi Nabi Ibrahim keluar dari kebiasaan itu, dia laksanakan perintah Allah itu walau pada akhirnya digantikan oleh seekor kibas (domba).

Lalu dengan ketaatan itu, Allah memberi anugerah yang tidak terkira kepada Nabi Ibrahim as Ia diberikan Salam oleh Allah SWT “salamun a’laa Ibrahim.” Siapakah yang tidak bangga mendapatkan salam dari Sang Khalik.

Bayangkan jika kita mendapatkan salam dari Bapak Bupati Pangkep saja, luar biasa bangganya kita. Sekarang ketika kita ikhlas mengorbankan materi yang kita miliki, dalam rangka ibadah kepada Allah maka yang memberikan salam itu adalah Dzat yang menciptakan kita, yaitu, Allah Swt. Luar Biasa.

Nabi Ibrahim juga diberikan keberkahan hidup oleh Allah dengan dijadikan nabi dan rasul itu dari keturunannya. Termasuk Rasulullah SAW yang merupakan keturunan dari Ismail as. Ini berarti, orang yang mau mengorbankan hartanya di jalan Allah, insya Allah keluarganya akan dijadikan keluarga yang saleh dan salehah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Tersebut di atas adalah penggalan khotbah Iduladha 1443 H oleh Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Sulsel Dr H Shaifullah Rusmin Lc MThI.

Ketua Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) Kota Makassar itu berkhotbah di Lapangan Citra Mas, Pangkajene, Pangkep, Ahad (10/7/22).

Judul khotbah Shaifullah, sekretaris umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Makassar, Ibadah Qurban Era New Normal; Manifestasi Kekuatan Iman dan Kepekaan Sosial.

Berikut ini naskah lengkap khotbah KH Shaifullah Rusmin.

 

Silakan unggah naskah di sini: Ibadah Qurban Era New Normal; Manifestasi Kekuatan Iman dan Kepekaan Sosial

 

BACA JUGA:

Semangat Kurban Kokohkan Persatuan

Memaknai Tauhid dan Pengorbanan

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Terkait Kasus ACT, MUI Sulsel Sarankan Hati-hati Beri Donasi Cap Kemanusiaan

The post Makin Kaya Makin Pelit Itu Biasa, Kecuali Berkurban appeared first on MUI SULSEL.



Hayu Prabowo: Krisis Iklim Terjadi Berawal Dari Krisis Moral

JAKARTA–Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPH SDA) MUI, Hayu Prabowo mengungkapkan bahwa terjadinya krisis iklim disebabkan oleh krisis moral.

Hayu Prabowo juga mengutip Qs. Al-Rum ayat 41. Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

“Ini adalah sebuah dakwah, bagaimana merubah perilaku manusia terutama bumi itu sendiri,” kata dia saat menjadi narasumber dalam Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN, di Gedung DPP DMI, Rabu (20/7).

Untuk itu, Hayu Prabowo sangat berharap, masjid dapat memainkan peran strategisnya untuk dapat mengubah akhlak umat Islam agar menekan terjadinya krisis iklim tersebut.

Hayun Prabowo mengibaratkan bumi itu sebagai masjid, yang juga harus dirawat.

Selama menjabat sebagai Ketua LPH SDA MUI, Hayun Prabowo mengaku sudah merumuskan enam fatwa Tentang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Manusia.

Keenam fatwa tersebut yaitu Fatwa Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Satwa Langka, Fatwa Nomor 47 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, Fatwa Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Pembakaran Hutan dan Lahan.

Kemudian, Fatwa Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Daur Ulang Air, dan Fatwa Nomor 1 Dalam Munas MUI ke-9 Tahun 2015 Tentang Pendayagunaan Ziswaf untuk Pembangunan Sarana Air dan Sanitasi Masyarakat.

“Nah disinilah MUI telah mengeluarkan fatwa. Fatwa ini harus bisa diturunkan kedalam kehidupan masyarakat dan inilah fungsi masjid,” terangnya.

Hayun Prabowo yang juga Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga, Hubungan Luar Negeri dan Lingkungan Hidup DMI ini menambahkan bahwa fatwa tersebut kemudian dibuatkan buku panduan.

“Untuk apa? Untuk di sosialisasikan dan diterapkan oleh masyarakat,” jelasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



MUI Makassar Bahas Perilaku Keagamaan Netizen dan Launching Buku Wasathiyah

mui-makassar-bahas-perilaku-keagamaan-netizen-dan-launching-buku-wasathiyah

Makassar, muisulsel.com – Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar diskusi publik dan launching buku dakwah, di Hotel Horison Ultima Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (13/7/22).

Diskusi dengan topik “Media Sosial dan Perilaku Keagamaan Netizen di Era Digital.”

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar diskusi publik dan launching buku dakwah, di Hotel Horison Ultima Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (13/7/22).

MUI Makassar menghadirkan tiga narasumber: Dosen Komunikasi Pendidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) Dr Citra Rosyalin Anwar MSi, Psikolog UNM Dr Farida Aryani MPd, dan Ketua Komisi Infokom MUI Makassar Dr Firdaus Muhammad MA.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar diskusi publik dan launching buku dakwah, di Hotel Horison Ultima Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (13/7/22).

Moderator Drs H Jurlan Em S Hao’S mencatat 100-an peserta. Mereka dari perwakilan sekolah, siswa-siswi, mahasiswa, pemuda KNPI, IPNU IPPNU, IPM, Fatayat NU Makassar, Aisyiyah Makassar, dan pengurus MUI kecamatan se-Makassar.

“Kita ingin siswa, pelajar santun, baradab, dalam bermedia sosial. Sebaiknya netizen terutama pelajar memilih konten amar ma’ruf nahi mungkar,” kata Firdaus Muhammad, pengamat Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar.

Firdaus mengingatkan pentingnya merawat jejak digital, “Hindari berkomentar yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebab ada jejak digital yang dampaknya nanti kembali ke diri sendiri.”

Di sela diskusi ini, panitia meluncurkan buku dakwah MUI berjudul “MUI (Majelis Ulama Indonesia) di Jalan Wasathiyah.” Penulis buku adalah Dr Firdaus Muhammad MA.

Buku dakwah MUI berjudul “MUI (Majelis Ulama Indonesia) di Jalan Wasathiyah.” Penulis buku adalah Dr Firdaus Muhammad MA.

Sejumlah tokoh MUI hadir menyaksikan, di antaranya Ketua Umum MUI Makassar KH Baharuddin HS MA, Sekretaris MUI Makassar Dr Masykur Yusuf MAg yang juga ketua Komite Dakwah Khusus MUI Sulsel, dan AG Dr H Munir Aminuddin MA.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar diskusi publik dan launching buku dakwah, di Hotel Horison Ultima Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (13/7/22).

Selanjutnya, hadir H Saenong Tebba Lc MA, Dr H Mustamin Umar, Drs H Alwi Arsyad, Drs H Abd Rasyid Kudaedah, Hj Harmoni Hamka, Hasan Pinang SAg MFil, Ismail, Nasruddin Ibrahim Tuwo SS, HM Harun SAg MA, dan Drs HM Yunus HJ MSI. (ile M)

Baca juga:

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

Ini Maklumat MUI Sulsel tentang Lebaran Iduladha 1443 H

 

The post MUI Makassar Bahas Perilaku Keagamaan Netizen dan Launching Buku Wasathiyah appeared first on MUI SULSEL.



Corak Penafsiran Buya Hamka dalam Mahakaryanya Tafsir Al-Azhar


Alquran sebagai teks suci yang merupakan firman Allah SWT (kalamullah) sangat terjaga kemurnian dan kesuciannya, baik dari segi bacaan maupun tulisannya, semua pernyataannya dalam Alquran bersifat mutlak dan final.

Namun, untuk memahami kandungannya, menusia melakukan usaha melalui tafsir Alquran yang secara teoritis mempunyai unsur subjektivitas. Di Indonesia, penafsiran Alquran dibagi kedalam dua bagian yaitu klasik dan modern.

Pada masa modern, penafsiran di Indonesia mulai banyak dilakukan para ulama setelah merebaknya gerakan pembaruan Islam di Mesir yang dipelopori Jamaludin al-Afghani pada 1938-1897 dan Rasyid Ridha pada 1865-1935.

Hampir semua tafsir di Indonesia yang muncul setelah masa itu, mengikuti gaya pemikiran tafsir al-manar dan yang semacamnya seperti tafsir al-Maraghi, tafsir al-Qasimi, dan lainnya.

Di antara ciri khas pemikiran madrasah al-Manar adalah salafi dalam bidang akidah, kebebasan dalam berpikir, rasionalis, menggalakkan ijtihad, antitaklid, menjadikan Alquran sebagai pilihan utama untuk mengubah nasib masyarakat, dan menjadikan sejarah kemajuan serta kemunduran suatu bangsa sebagai pelajaran kehidupan.

Hal ini diungkapkan oleh pakar bidang qira’at dan ilmu-ilmu Alquran, Dr Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya Membumikan Ulumul Quran: Tanya Jawab Memudahkan tentang Ilmu Qiraat, Ilmu Rasm Usmani, Ilmu Tafsir, dan Relevansinya dengan Muslim Indonesia yang terbit pada 2019.

Salah satu penafsir Alquran pada masa modern yang mengikuti gaya al-manar adalah Abdul Malik Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka. Sosok ilmuan, ulama, budayawan, sastrawan, pendidik, dan aktivis Islam yang telah malang melintang dalam sejarah pergerakan di Indonesia ini mencetuskan karya di bidang tafsir Al-Azhar.

Buya Hamka yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama ini dikenal sangat piawai dalam menulis. Atas kepiawaiannya itu, sangat membantu Buya Hamka dalam membuat tafsir Al-azhar sebagai salah satu karya masyhur dari buku-buku karya Buya Hamka lainnya.
Latar belakang kehidupan dan keilmuan Buya Hamka sangat jelas membekas dan memengaruhi corak, serta karakteristik karya tafsirnya tersebut. Karakteristik tafsir ini berkisar antara adabi-ijtima’i atau sastra dan kemasyarakatan.

Banyak pengalaman kehidupan yang dirasakan oleh Buya Hamka tertuang dalam tafsirnya ini. Selain itu, dalam hal pemikiran yang tertuang di tafsirnya ini, Buya Hamka sangat terpengaruh oleh Gerakan pencerahan keislaman Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Hal ini bisa dilihat daru tafsirnya. Namun, sebagai ulama besar dan kharismatik, Buya Hamka juga banyak mengutip hadist Nabi Muhammad SAW, perkataan sahabat dan tabiin sehingga, tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka ini menjadi karya tafsir yang harmonis antara tafsir bil matsur dan bil ma’qul. (Sadam Al-Ghifari, ed: Nashih)



Meraih Cinta Allah

meraih-cinta-allah

Makassar, muisulsel.com – Orang bijak mengingatkan, “Suamimu tentu tidak semulia Nabi Muhammad, setakwa Nabi Ibrahim, setabah Nabi Ayyub, atau setampan Nabi Yusuf, suamimu hanyalah pria akhir zaman yang bercita-cita menjadi saleh, maka bantulah untuk mewujudkannya.

Sebaliknya, suami yang baik mesti menyadari, istri yang ia nikahi, tidaklah semulia Khadijah, setakwa Aisyah atau setabah Fatimah putri Nabi, tapi istri yang ia nikahi hanyalah wanita akhir zaman yang bercita-cita menjadi salehah, jadilah imam yang menuntunnya, karena pasangan kita hanya manusia yang berusaha menjadi pasangan saleh dan salehah.

Pernikahan tak menyatukan dua orang yang sempurna, tetapi satu sama lain saling menerima dengan sempurna.

Hubungan baik anak dan orang tua perlu dijaga, termasuk kita semua sebagai anak yang terlahir dari penderitaan kedua orang tua, marilah kita segera meminta maaf dan berterima kasih atas jasa-jasanya, setetes air susu ibu tidak mungkin kita balas.

Nasihat-nasihat tersebut di atas adalah penggalan khotbah Iduladha 1443 H berjudul “Iduladha, Meraih Cinta Allah, Merawat Cinta Keluarga dan Sesama Hamba Allah” oleh Dr Firdaus Muhammad MA, ketua Komisi Infokom MUI Sulsel.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar itu membawakan khotbahnya di Masjid Jamaluddin Muhammad, Pao-Pao Permai Paccinnongan, Gowa, Ahad (10/7/22).

Naskah khotbah lengkap Pembina Pesantren An-Nahdlah Makassar itu sebagai berikut.

Baca juga:

MUI Makassar Bahas Perilaku Keagamaan Netizen dan Launching Buku Wasathiyah

Makin Kaya Makin Pelit Itu Biasa, Kecuali Berkurban

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

Dr Firdaus Muhammad MA, ketua Komisi Infokom MUI Sulsel.

The post Meraih Cinta Allah appeared first on MUI SULSEL.



Membangun Kepedulian Sosial

membangun-kepedulian-sosial

Makassar, muisulsel.com – Ketua Komisi Pendidikan dan Pengaderan MUI Sulsel Dr H Andi Marjuni MPd sebagai khatib Iduladha 1443 H, di Lapangan Mattoangin, Kompleks Kodam XIV/Hasanuddin, Makassar, Ahad (10/7/22).

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu mengusung judul khotbah, Kurban sebagai Manifestasi Perjuangan dalam Membangun Kepedulian Sosial.

Berikut ini naskah lengkap khotbah KH Andi Marjuni.

BACA JUGA:

Khotbah KH Rusdy Khalid: Kurbanku Hanya karena Allah

Meraih Cinta Allah

MUI Makassar Bahas Perilaku Keagamaan Netizen dan Launching Buku Wasathiyah

The post Membangun Kepedulian Sosial appeared first on MUI SULSEL.



MUI Makassar Sikapi Khilafatul Muslimin

mui-makassar-sikapi-khilafatul-muslimin

Oleh:

H Jurlan Em Saho’as

Makassar, muisulsel.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar menggelar diskusi publik mengkritisi munculnya kelompok radikal Khilafatul Muslimin yang belum lama ini memunculkan diri secara demonstratif di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Kota Makassar sendiri.

Diskusi publik berlangsung sehari di Hotel Aston, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar, Sabtu (16/7/2022).

Kegiatan yang menghadirkan tiga narasumber masing-masing dari Polrestabes Makassar diwakili Kanit Sosbud Satintelkam AKP Yusran SH, Kasi Intel Kejari Makassar Andi Alamsyah SH MH, Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Makassar Prof Dr HM Arfin Hamid, pakar hukum dari Unhas yang kini menjabat WR 1 UIM Al Gazali.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar menggelar diskusi publik mengkritisi munculnya kelompok radikal Khilafatul Muslimin, Sabtu (16/7/22), di Hotel Aston, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar.

Ketua MUI Makassar Anregurutta Dr KH Baharuddin Abduh Shafa MA, saat sambutan pembukaan dialog, mengatakan, kendatipun gerakan Khilafatul Muslimin telah dibubarkan secara resmi oleh pemerintah namun kita harus tetap memantau dan mengkritisi paham ini karena mengancam keutuhan negara.

“Khilafah Muslimin ini rupanya tidak hanya ada di Lampung dan di Jawa tapi sudah menyebar di berbagai daerah, termasuk di Sulsel, bahkan di Kota Makassar sendiri menyebar di berbagai kelurahan. Artinya, mereka berada di sekeliling kita dan dikhawatirkan dapat dengan mudah mempengaruhi generasi muda kita dengan ideologinya ingin membangun negara baru,” ungkap Kiai Baharuddin.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar menggelar diskusi publik mengkritisi munculnya kelompok radikal Khilafatul Muslimin, Sabtu (16/7/22), di Hotel Aston, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar.

Menurut Kiai Baharuddin, setiap manusia itu khalifah dan dinyatakan sendiri oleh Al Qur’an yang diberi tugas mengatur dunia ini untuk dimakmurkan. Negara kita ini sudah sebuah khilafah yang berbentuk NKRI dengan Pancasila sebagai ideologi negara yang sudah final.

Ketua panitia Drs H Abdi Manaf Nursaid SH MH, dalam sambutannnya, mengatakan, dialog publik yang diikuti sekitar 100 peserta utusan organisasi remaja dan pemuda masjid serta muballig dan organisasi keagamaan, bertujuan untuk mendapatkan pencerahan atas gerakan Khilafatul Muslimin yang tiba-tiba muncul secara demonstratif dan tidak jelas motifnya.

“Peserta yang sengaja dihadirkan dari kalangan remaja masjid, pemuda, dan pengurus organisasi keagamaan serta kalangan muballig dimaksudkan agar dapat memahami betul gerakan saparatis seperti Khilafatul Muslimin. Remaja kita tentunya sangat rentan terpapar sehingga sangat penting diberi pemahaman yang detail tentang Gerakan yang dapat mengancam NKRI, sementara dari para muballig kita mengharap dapat melakukan pencerahan di tengah ummat lewat cerama dan dakwahnya,” kata H Abdi Manaf.

Prof Dr HM Arfin Hamid yang tampil pada sesi kedua yang dimoderatori H Muh Fakhri Jawad SH MH, memaparkan, sejumlah bentuk-bentuk gerakan saparatis yang hanya punya satu tujuan membentuk negara Islam dengan memanfaatkan politik dan agama menggalang kekuatan dan mempengaruhi orang-orang yang direkrutnya.

Menurut Prof Arfin, hukum Islam di Indonesia sudah berlaku di keseluruhan aspek kehidupan sekalipun negara kita bentuknya NKRI. Namun banyak ulama dan muballig salah persepsi dengan pemahamannya tentang penegakkan hukum Islam di Indonesia. Dia mengambil contoh, orang Islam menikah berdasarkan syariat Islam, membangun masjid juga berdasarkan agama, termasuk di dalam mengembangkan ajaran agama Islam.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar menggelar diskusi publik mengkritisi munculnya kelompok radikal Khilafatul Muslimin, Sabtu (16/7/22), di Hotel Aston, Jl Sultan Hasanuddin, Makassar.

Diakui Prof Arfin, seharusnya para mubalig itu di dalam menjalankan tugas dakwah tidaklah membawa masalah yang tidak tuntas atau tidak selesai pembahasannya sehingga ummat justru makin bingung usai mendengar ceramah.

“Seharusnya muballig itu menyejukan hati ummat bukan sebaliknya justru menambah bingung ummat. Bahkan, sering terlibat dalam debat kusir yang terkadang jika dilakukan di medsos sangat merusak citra dan kharisma da’i bersangkutan karena didebat orang yang sama sekali tidak faham dengan persoalan yang didebatnya,” tegasnya.

Dialog publik tersebut dihadiri sejumlah pengurus MUI Makassar, di antaranya Sekretaris Umum MUI Makassar Dr KH Maskur Yusuf MAg dan Bendahara Drs HM Yunus HJ.(Jurlan Em Saho’as)

 

The post MUI Makassar Sikapi Khilafatul Muslimin appeared first on MUI SULSEL.



Berlangsung 26 Juli 2022, Milad MUI Ke-47 Akan Dihadiri Presiden dan Wakil Presiden

JAKARTA– Milad MUI ke-47 yang berlangsung 26 Juli 2022 di Hotel Sultan Jakarta akan dihadiri Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Hal itu disampaikan Ketua Panitia Milad MUI Ke-47, KH Cholil Nafis, Selasa (19/07) kepada MUIDigital.

Kiai Cholil menyampaikan, Presiden dan Wakil Presiden akan hadir dalam acara itighosah dan menyampaikan amanat pada kegiatan tersebut. Presiden Jokowi hadir sebagai kepala ngara sementara Kiai Ma’ruf sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI.

“Persiapan Milad MUI Ke-47 sudah mencapai 90 persen,” ungkap Kiai Cholil.

Milad MUI Ke-47 ini akan dihadiri oleh Dewan Pertimbangan MUI, Dewan Pimpinan MUI, Pimpinan Komisi Badan dan Lembaga di MUI, Pimpinan Lembaga Negara , Menteri Kabinet, Pimpinan Badan dan Lembaga Negara, Pimpinan Ormas Islam tingkat pusat, Pimpinan Perguruan Tinggi Islam, serta Pengasuh atau Pimpinan Pondok Pesantren.

Ketua MUI Bidang Dakwah itu mengungkapkan, Milad MUI Ke-47 ini merupakan rangkaian penguatan ukhuwah dan kekuatan umat yang dirajut dalam bingkai kemerdekaan. Tema Milad kali ini adalah Merajut Kesatuan dan Kekuatan dalam Bingkai Kebinekaan. Pada gelaran Milad nanti, juga akan terlaksana forum dai dan konten kreatif.

“Komisi Dakwah dan Komisi Infokom akan melakukan konsolidasi dakwah untuk mengakrabkan dan memperbaiki diri. Kita ada forum ukhuwah yang mengundang Ketua Ormas Islam yang tergabung di MUI,” ungkapnya.

Dikatakannya, pada Milad tersebut, MUI akan meluncurkan program Wakaf, Infak, dan Sedekah ala Pesantren atau yang disingkat Wis Pren. MUI juga akan memberikan MUI Award kepada beberapa tokoh yang berjasa dalam perkembangan keislaman dan kebangsaan di Indonesia.

“Insyaallah MUI juga akan memberikan penghargaan bagi orang-orang yang berjasa kepada Indonesia baik jasa kebangsaan maupun keislaman di Indonesia,” ujar pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Depok ini. (Saddam Al-Ghifari/Azhar)



Halo dunia!

Selamt datang di WordPress. Ini adalah pos pertama Anda. Sunting atau hapus, kemudian mulai menulis!



MUI-Baznas Jajaki Kerja Sama Penyaluran Qurban ke Wilayah 3 T

JAKARTA— Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menerima seekor sapi qurban dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI. Penyaluran sapi qurban tersebut diberikan melalui Staf Baznas RI kepada Kepala Kantor MUI Pusat, Akbar Kurniawan di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (11/07/2022).

Ketua Panitia Qurban 1443 H MUI, KH Rofiqul Umam Ahmad, menyampaikan rasa terima masih atas perhatian dan bantuan Baznas yang telah mengirimkan seekor sapi kepada MUI.

Dia mengatakan, pihaknya akan menunaikan amanah tersebut dengan menyalurkan daging sapi qurban dari Baznas kepada mereka yang berhak menerimanya.

“Insya Allah Panitia Qurban MUI Pusat akan menunaikan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya,” ujar Rofiq yang juga menjabat sebagai Wasekjen MUI ini.

Sementara itu, Ketua Baznas RI Prof Noor Achmad, mengaku bersyukur, karena Baznas dapat terus bersinergi dan menjalin kerja sama yang baik dengan MUI.

Ia mengatakan, Baznas-MUI akan terus bersinergi dan bergandengan tangan dalam menjalankan peran mulia sebagai khadimul ummah. “Terima kasih kepada MUI yang terus bekerja sama dengan BAZNAS. MUI adalah milik umat sekaligus penjaga dan pemersatu umat dan BAZNAS akan selalu berkomitmen untuk membantu umat yang membutuhkan,” ujar Pria yang akrab disapa Kiyai Noor Achmad saat dihubungi redaksi MUIDigital.

Lebih lanjut, Kiyai Noor mengatakan, kedepan pihaknya berencana menggandeng MUI untuk bekerja sama dalam rangka program daging qurban yang dikemas dalam kaleng untuk kemudian disalurkan kepada umat yang membutuhkan terutama di daerah 3 T (terpencil, terdepan, dan tertinggal).

“Kami berharap yang akan datang antara BAZNAS dan MUI dapat bekerjasama dalam penanganan hewan qurban yang dikalengkan dalam rangka untuk membantu umat di daerah 3 T, membantu penanganan stunting dan bantuan pangan untuk wilayah bencana,” kata dia. (Arif Hasibuan, ed: Nashih)



MUI Perpanjang Batas Pengiriman Call For Papers Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial Sampai 19 Juli 2022

JAKARTA— Komisi Fatwa MUI Pusat memperpanjang batas pengiriman naskah Call For Papers The 6th Annual Conference on Fatwa MUI Studies (ACFS) tentang Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial sampai 19 Juli 2022. Melalui surat Dewan Pimpinan MUI nomor UU-1590/DP-MUI/VII/2022, batas akhir pengumpulan makalah yang semula 8 Juli diperpanjang menjadi 19 Juli 2022.

“Makalah yang terkumpul akan direview dan dinilai pada 20 Juli sampai 22 Juli 2022. Pengumuman makalah terpilih akan dilaksanakan pada 23 Juli 2022. Seminar dan presentasi makalah tanggal 26 sampai 28 Juli 2022 di Hotel Sultan, Jakarta, ” ungkap Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, Senin (11/07) kepada MUIDigital.

Kiai Niam mengatakan, Call for Papers Annual Conference on Fatwa Studies ke-6 dimaksudkan sebagai sarana pertukaran gagasan dan pemikiran para ulama, cendekiawan, akademisi, dan peneliti tentang berbagai hal terkait dengan

Masih sama dengan tahun sebelumnya, Kiai Niam menyampaikan, Call For Papers tahun ini bertema Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial. Tema utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat sub-tema pembahasan.

“Ada empat sub tema pembahasan yaitu Kelembagaan dan Metodologi Fatwa, Fatwa Akidah dan Ibadah, Fatwa Sosial Kemasyarakatan, dan Fatwa Produk Halal, ” ujarnya.

Kiai Niam menyampaikan, 50 peserta terpilih akan diundang memperesentasikan naskahnya di hadapan Dewan Pimpinan MUI dan akademisi. Segala biaya akomodasi dan transportasi akan ditanggung sepenuhnya oleh MUI.

Adapun ketentuan penulisannya, lanjut Kiai Niam, menggunakan bentuk huruf Times New Roman 12 dengan jarak/spasi tunggal. Karya tersebut ditulis di kertas ukuran A4 dengan margin atas 4, kiri 4, bawah 3, dan kanan 3. Karya tersebut ditulis maksimal dalam lima belas halaman di luar halaman referensi/daftar pustaka.

“Naskah yang sudah dikirimkan berarti menjadi milik panitia. Makalah terpilih akan dimasukkan ke dalam buku kumpulan makalah dan prosiding, ” ujarnya.

Dia menambahkan, naskah yang sudah siap bisa dikirimkan ke email Komisi Fatwa MUI yaitu komisi.fatwamui@gmail.com dalam format dokumen/microsoft word. (Dhea Oktaviana/Azhar)



Momentum Idul Adha 1443 H, Ketua MUI Ingatkan Pemerintah Atasi Polarisasi Masyarakat

JAKARTA–Perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H menjadi momentum Pemerintah untuk mengatasi polarisasi yang masih terjadi di tengah masyarakat akibat polarisasi politik di tahun 2019.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, kepada MUIDigital, Senin (11/7/2022).

“Jangan malah menimbulkan kesan sebaliknya, bahwa seakan-akan situasi keterbelahan ini sepertinya sengaja dirawat dan diawetkan demi kepentingan kekusaan politik tertentu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Kiai Jeje mengatakan, perayaan Idul Adha membawa hikmah mendalam yang bisa membangun solidaritas masyarakat.

Pada momen ini, kata Kiai Jeje, telah mendorong masyarakat untuk semangat bergotong royong atau bekerja bersama. Namun, lanjutnya, hal ini saja tidak cukup.

Wakil Ketua Umum PP Persis ini menerangkan, momentum ini harus menjadi pengingat bagi para pemimpin pemerintahan untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.

Kiai Jeje menjelaskan, Allah telah menyuguhkan kisan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai pelajaran yang sangat berharga tentang kerelaan untuk mengalahkan egosime diri sendiri dan mengorbankannya demi meraih ridho Allah.

“Jika para pemimpin negeri ini mengambil keteladanan kepeminpinan seperti Nabi Ibrahim dan Ismail, kita yakin permasalahan bangsa seberat apapun akan teratasi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Kiai Jeje juga mengingatkan masyarakat Muslim untuk menjadikan momentum Idul Adha sebagai kesempatan memperkuat ukhuwah dan solidaritas nasional.

Hal ini juga termasuk untuk bisa saling menghormati dan semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan, serta mampu menepis isu-isu provokatif yang dapat memecah ukhuwah.

“Sudah seharusnya bagi para pemimpin negeri dan pejabat negara membuktikan kesungguhan kerja mereka. Mereka harus jadi para negarawan yang seluruh kebijakan dan keputusan mereka untuk kepentingan umat dan bangsa, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu,” pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



Layanan Haji 1443 H Ada Peningkatan, Begini Empat Catatan MUI untuk Tahun Depan

JAKARTA—Rangkaian ibadah haji 1443 H sudah selesai. Para jamaah haji asal Indonesia merasa puas dengan pelayanan dan bimbingan selama proses rangkaian ibadah haji.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Arif Fahrudin yang menjadi delegasi Amirul Hajj dari MUI terkait adanya perbaikan pelayanan dan kualitas ibadah haji pascapandemi dua tahun terakhir.

Menurut Kiai Arif, kepuasan itu disampaikan langsung oleh para jamaah Haji, utamanya jamaah yang dari tanah air. Ada banyak pelayanan yang memuaskan yang tidak ditemui pada pelaksanaan haji di tahun sebelumnya.

“Hal ini banyak disampaikan oleh para jamaah haji bahwa mereka merasa puas dengan pelayanan seperti layanan bus shalawat,” paparnya saat dimintai keterangan oleh MUIDigital, Senin (11/07/2022).

Seperti disebut oleh Kiai Arif, peningkatan perbaikan itu berupa operasional bus shalawat untuk antar-jemput salat lima waktu jamaah haji ke Masjidil Haram, fasilitas tenda di Arafah dan Mina yang sudah layak, persediaan catering yang melimpah dan fasilitas hotel yang sangat memuaskan.

Dia juga mengapresiasi adanya pelayanan tenaga fasilitator bimbingan ibadah yang mumpuni, inisiasi klinik satelit di beberapa penginapan serta layanan kesehatan yang cepat tanggap dengan adanya Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

“Alhamdulillah bisa tercukupi bahkan terpenuhi, tidak ada kekurangan,” tambahnya.

Meski demikian, Kiai Arif tetap memberikan catatan untuk layanan jamaah haji di tahun mendatang, di antaranya:

  1. Jarak pemondokan bisa lebih didekatkan lagi ke Masjidil Haram. Pemerintah kita hendaknya melakukan renegosiasi dengan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA) agar jemaah haji Indonesia memperoleh giliran penempatan tenda yang lebih dekat ke Jamarat, mengingat Indonesia penyumbang jamaah haji terbesar, jemaahnya taat aturan, serta ramah dan santun.
  2. Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA) lebih memperhatikan pelestarian tempat dan segala peninggalan bersejarah dari Rasulullah, para sahabat, dan ulama generasi salafus salihin serta tempat bersejarah penting lainnya.
  3. Screening dan monitoring kesehatan jemaah haji lebih dimaksimalkan jauh-jauh waktu sebelum keberangkatan. Sehingga meminimalisir potensi penambahan pasien haji Indonesia di tanah suci. Ini penting koordinasi antara Kemenag dengan Kemenkes.
  4. Menambah keterlibatan perempuan sebagai tenaga petugas penyelenggaraan ibadah haji dan petugas pendukung. Sehingga jika jemaah membutuhkan konsultasi ibadah fiqih perempuan tidak canggung jika ada petugas perempuan yang proporsional jumlahnya. (A. Fahrur Rozi/Angga)


Di Balik Penamaan Hari Tasyriq, Sunnah, dan Larangannya

JAKARTA – Dzulhijjah sebagai bulan haram (mulia) menyimpan banyak keutamaan, di antaranya terdapat rangkaian ritual ibadah haji, perintah berqurban, keutamaan 10 hari pertama di awal bulan, serta amalan khusus lainnya.

Selain ragam keutamaan yang telah disebutkan di atas, terdapat hari istimewa yang hanya ada di bulan Dzulhijjah, yaitu hari Tasyriq. Apa itu Hari Tasyriq?
Merujuk pada artian secara bahasa, Tasyriq berasal dari bahasa Arab yaitu tasyriq yang berarti penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari).

Akan tetapi yang dimaksud dengan hari Tasyriq disini adalah tiga hari setelah Idhul Adha (10 Dzulhijah), yaitu hari pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada ketiga hari tersebut, umat Islam diperbolehkan untuk menyembelih hewan qurbannya.

Lafal “tasyriq” merupakan bentuk masdar dari fi’il madhi yaitu “syarraqa” yang berarti “matahari terbit atau menjemur sesuatu”.

Dalam kitab Lisan al-Arab karya Syekh Ibnu Manzur (711 H) disebutkan bahwa ada dua pendapat ulama mengenai alasan penamaan hari Tasyriq.

Pertama, penamaan Tasyriq dikarenakan pada hari itu umat Muslim menjemur daging qurban untuk dibuat dendeng.

Ketika masa Rasulullah SAW, belum ada teknologi penyimpanan daging seperti kulkas atau freezer, sehingga untuk menyimpan daging dalam jangka waktu yang lama, mereka harus menjemur daging qurban tersebut agar tetap bisa dikonsumsi.

Kedua, pelaksanaan qurban yang dilakukan setelah matahari terbit. Pada hari Tasyriq, umat Islam diperbolehkan melaksanakan ibadah apapun kecuali puasa. Hal ini dikarenakan, hari Tasyriq merupakan waktu berqurban jadi sangat dianjurkan untuk menikmati daging-daging qurban yang dibagikan. Dalam Hadits Nabi Muhammad SAW riwayat Imam Muslim dijelaskan sebagai berikut:

عَنْ نُبَيْشَةَ اَلْهُذَلِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَيَّامُ اَلتَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ، وَذِكْرٍ لِلَّهِ تعَالى

Dari Nubaisyah Al-Hudzali, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Hari Tasyriq adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari dzikir.” (HR Muslim).

Apa saja amalan Hari Tasyriq?

Pertama, perbanyak dzikir dan tasbih. Firman Allah SWT dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 203:

۞ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ ….”

Berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya….”

Dalam kitab Lathaif Al-Ma’arif karya Ibnu Rajab al-Hanbali, dia mengutip pendapat sahabat Ibnu Umar RA dan mayoritas ulama mengenai maksud dari “hari-hari yang ditentukan” ayat di atas adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yaitu hari Tasyriq.

Sedangkan pendapat dari sahabat Ibnu Abbas Ra dan Atha’ RA, maksud dari redaksi “hari-hari yang ditentukan” adalah empat hari yang dihitunh sejak hari raya Idul Adha dan tiga hari setelahnya.

Selain dzikir dan tasbih, disunnahkan pula untuk membaca takbir hingga Tasyriq berakhir.

ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ، ﺻﻼﺓ اﻟﻐﺪاﺓ، ﻭﻳﻘﻄﻌﻬﺎ ﺻﻼﺓ اﻟﻌﺼﺮ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﺘﺸﺮﻳﻖ

“Rasulullah SAW membaca takbir sejak subuh di hari Arafah dan berhenti di Asar terakhir Hari Tasyriq.” (HR Al-Hakim. Meskipun daif tapi ada jalur riwayat lain).

Kedua, perbanyak doa kepada Allah SWT. Selain diperintahkan untuk banyak berdzikir pada hari Tasyriq, dianjurkan pula untuk memperbanyak doa di dalamnya. Kegiatan berdzikir erat kaitannya dengan doa. Oleh sebab itu para ulama Salaf sangat menganjurkan agar umat Islam memperbanyak doa selama hari Tasyriq.

Merujuk pada kitab Lathaif Al-Ma’arif yang mengutip penjelasan dari Ziyad Al-Jasshas yang meriwayatkan dari Abu Kinanah Al-Qurasyi bahwa beliau pernah mendengar sahabat Rasulullah SAW, yaitu Abu Musa Al-‘Asyari berkata dalam khutbahnya saat pelaksanaan salat Idul Adha, “Setelah hari raya ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya dengan istilah ‘hari-hari yang ditentukan’. Dan doa pada hari-hari itu tidak akan ditolak. Dengan demikian, perbesarlah harapan kalian.”

Ketiga, menyembelih hewan qurban. Berqurban merupakan amalan sunnah bagi umat Islam yang mampu. Melalui kegiatan berkurban, Allah SWT mensyariatkan berbagi kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar yang berupa hidangan istimewa dari hewan sembelihan.
Adapun hewan yang dikurbankan harus sesuai dengan ketetapan syariat, seperti berkualitas baik, tidak sakit, tidak cacat, cukup umur, dan lain sebagainya.

Firman Allah dalam surat Al-Kautsar ayat 2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ “Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah!”

Keempat, larangan berpuasa serta anjuran menikmati makanan dan minuman. Adanya syariat berqurban, terdapat pula perintah menikmati hidangan baik berupa makanan dan minuman selama hari Tasyriq. Bentuk larangan berpuasa merupakan wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT melalui sesembelihan hewan qurban.

Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan di atas melalui hadis riwayat Imam Muslim bahwa hari Tasyriq merupakan hari makan dan minum.
Melalui ritual ibadah kurban, ditetapkannya hari Tasyriq serta berbagai macam kemuliaan di dalamnya merupakan sarana dari Allah SWT bagi hamba-Nya untuk berbagi kebahagiaan dan kenikmatan pada sesama selama perayaan Idul Adha.

Kebersamaan yang diciptakan melalui penyembelihan hewan qurban hingga menikmati hidangan dari hewan sesembelihan, diharapkan mampu meningkatkan kebersamaan sosial. Hal ini sejalan dengan hadirnya Islam sebagai rahmat untuk semesta “rahmatan lil ‘alamin”. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)



MUI Pusat Salurkan 10 Ekor Sapi dan 42 Ekor Domba Qurban kepada Masyarakat

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat telah menyalurkan daging qurban sebanyak 10 ekor Sapi dan 42 ekor domba qurban kepada masyarakat. 10 ekor sapi tersebut di antaranya; pemberian dari Kepala Staf Sekretariat TNI Angkatan Laut sebanyak 5 ekor, serta Wakil Presiden RI, Baznas, Basarnas, Kapolri, dan Bapak Djan Faridz masing-masing 1 ekor sapi qurban.

Sementara 42 ekor domba qurban lainnya datang dari pemberian Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), sedangkan 100 pack daging qurban dalam kemasan juga datang dari Bapak Chairul Tanjung.

Ketua Panitia Qurban 1443 H Majelis Ulama Indonesia (MUI), Rofiqul Umam Ahmad menyampaikan, pihaknya telah menunaikan amanah para pemberi hewan dan daging qurban kepada MUI dengan sebaik-baiknya.

“Alhamdulilah, kami telah melaksanakan kegiatan pemotongan dan penditribusian daging qurban oleh MUI kepada berbagai kelompok masyarakat, baik di Jakarta maupun di Jawa Barat sesuai dengan amanah dari para pemberi hewan kurban,” ujar pria yang akrab disapa Rofiq ini di Jakarta, Selasa (12/07/22).

Rofiq yang juga menjabat sebagai wasekjend MUI Pusat ini kemudian mengucapkan rasa terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan kepercayaan kepada MUI untuk melakukan pendistribusian daging qurban kepada masyarakat.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wapres, Bapak KASAL, Bapak Kapolri, Pimpinan Baznas, Pimpinan Basarnas, Pimpinan BPKH, Bapak Djan Faridz dan Bapak Chairul Tanjung yang telah menyalurkan hewan dan daging qurban kepada masyakarat melalui MUI Pusat,” tutur Rofiq.

Rofiq lebih lanjut mengatakan, pihaknya berkomitmen dan melaksanakan amanah tersebut dengan menyalurkan daging qurban ke berbagai kelompok masyarakat yang membutuhkan.

“Alhamdulillah, daging qurban telah kami salurkan ke Satpam, warga masyakarat, pemulung, pedagang kecil, santri, tukang sampah, OB, anak yatim piatu, dan berbagai masyarakat lainnya,” pungkasnya.

Rofiq kemudian berharap, hewan dan daging qurban dari para pihak yang disalurkan melalui MUI dapat memberikan kebahagiaan kepada berbagai kelompok masyarakat tersebut.

“Sudah menjadi komitmen MUI untuk terus memberikan sumbangsihnya untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat,” kata Rofiq.

(Arif Hasibuan/Fakhruddin)



Matahari Melintas Tepat di Atas Kabah, Catat Tanggalnya untuk Cek Arah Kiblat

JAKARTA – Kementrian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa matahari akan melintas tepat di atas kabah pada 15 dan 16 Dzulhijjah atau 15 dan 16 Juli 2022.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag, Adib menjelaskan, peristiwa ini dikenal dengan istilah Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat.

Adib menambahkan, peristiwa yang akan terjadi pada 15 dan 16 Juli itu diperkirakan terjadi pada pukul 16.27 WIB atau 17.27 WITA.

“Matahari melintas tepat di atas kabah. Sehingga bayang-bayang suatu benda yang berdiri tegak lurus dimana saja akan mengarah lurus ke kabah,” kata dia dalam keterangan yang diterima MUIDigital, Rabu (13/7/2022).

Mantan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Jawa Barat ini menambahkan, berdasarkan tinjauan asrronomi atau ilmu falak, terdapat beberapa tekhnik yang dapat digunakan untuk memverifikasi arah kiblat.

Beberapa teknik tersebut di antaranya menggunakan kompas theodolite dan fenomena posisi matahari tepat diatas kabah.

“Bagi unat Islam yang bertempat tinggal di Wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT) tidak mendapatkan peristia Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat,” tuturnya.

Adib menjelaskan, pada wilayah WIT, tidak mendapatkan peristiwa tersebut dikarenakan matahari sudah terbenam.
Sehingga, lanjutnya, tidak dapat menghasilkan bayang-bayang benda.

Pada peristiwa ini, Adib mengatakan, Kemenag mengimbau umat Islam yang mempunyai pedoman arah kiblat untuk dapat menyesuaikan dengan arah bayang-bayang benda tersebut.

Adib mengimbau umat Islam agar memperhatikan pedoman arah kiblat. Salah satunya dengan memastikan benda yang menjadi patokan harus berdiri tegak dan lurus atau menggunakan Lot/Bandul.

“Permukaan dasar harus datar dan rata, serta jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI dan Telkom,” pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

harus-kuat-kekitaan-bukan-keakuan

Makassar, muisulsel.com – Sejatinya dalam kehidupan sosial, menurut pandangan Alquran, daya tarik “kekitaan” untuk memikirkan dan mewujudkan kemaslahatan bersama harus lebih kuat daripada daya tarik “keakuan” yang hanya semata memikirkan kepentingan diri sendiri.

Dengan kata lain bahwa, kehidupan yang harmonis, sejuk, dan indah adalah menempatkan “keakuan” dalam “kekitaan”.

Sejarah hitam kemanusiaan dari putra Adam a.s.(Qabil) yang lebih mendahulukan sifat ke’aku’annya diabadikan dalam al-Qur’an untuk menjadi nasihat yang berharga bagi kita semua.

Bahwa kehidupan yang tidak berbasis semangat berkurban akan mengorbankan kehidupan orang lain dan ini adalah pelanggaran kemanusiaan.

Bentuk kehidupan yang diwarnai dengan sifat angkuh, rakus, iri, dengki serta semacamnya membutakan hati untuk lebih bijaksana dalam bersikap, bertutur dan berprilaku, susah mendapatkan hidayah, dan akan
meracuni pertimbangan akal sehat manusia, dan semakin menyeretnya menjauh dari Allah swt.

Qabil dengan hati yang angkuh, iri, rakus berontak dan menolak kebijakan ayahnya sendiri(Adam ) yang pada akhirnya berujung dengan sebuah tragedi kemanusiaan dengan membunuh saudaranya (Habil) dalam genggaman tangannya sendiri tanpa
berprikemanusiaan. Betapa nistanya hati yang dikuasai sifat rakus, arogan, benci dan iri.

Tersebut di atas adalah penggalan khotbah Iduladha 1443 H oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel Dr KH Ruslan Wahab MA.

Lokasi lebaran Iduladha di Masjid As-Sahabah Kampus Universitas Islam Makassar (UIM), Jl Perintis Kemerdekaan Kilometer 10 Makassar, Ahad (10/7/22)

Selengkapnya, berikut ini naskah khotbah Id KH Ruslan Wahab.

BACA JUGA:

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha

Terkait Kasus ACT, MUI Sulsel Sarankan Hati-hati Beri Donasi Cap Kemanusiaan

 

The post Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan appeared first on MUI SULSEL.



Semangat Kurban Kokohkan Persatuan

semangat-kurban-kokohkan-persatuan

Makassar, muisulsel.com – Ketua MUI Sulsel Bidang Infokom Dr HM Ishaq Shamad MA sebagai khatib Iduladha 1443 H di Lapangan Bitoa, Manggala, Makassar, Ahad (10/7/22).

Khotbah Wakil Rektor IV Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu berjudul Dengan Semangat Kurban Kita Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Umat.

Naskah khotbah KH Ishaq Shamad sebagai berikut.

Unggah naskah di sini: Dengan Iduladha Kurban Kita Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Umat

 

Baca juga:

Memaknai Tauhid dan Pengorbanan

Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan

Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha

Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar

The post Semangat Kurban Kokohkan Persatuan appeared first on MUI SULSEL.