Oleh A. Khoirul Anam
(Pengurus Komisi Infokom MUI)
Bulan Ramadhan adalah masa latihan bagi kita umat Islam. Paling tidak, latihan Ramadhan ini untuk tiga hal. Tapi sebelum kita membahas tiga latihan ini, perlu diingatkan bahwa sebagaimana umumnya orang menjalani latihan atau ujian, sukses dan tidaknya seseorang adalah bagaimana ia setelah selesai menjalani latihan atau ujian itu. Jadi kalau latihan selama Ramadhan tidak berdampak pada diri kita, maka jangan-jangan latihan kita tidak berhasil. Kita tidak lulus.
Apa saja tiga latihan itu? Pertama adalah latihan menahan diri seperti saat menjalani ibadah puasa. Sebagaimana telah sering kita bahas, pada bulan Ramadhan, kita menahan diri untuk tidak melaksanakan sesuatu yang sebenarnya diperbolehkan, seperti makan dan minum dan berhubungan suami-istri. Untuk apa menahan diri dari hal-hal yang semestinya diperbolehkan? Kita menahan diri supaya kita bisa mengendalikan dirik kita sendiri; hawa nafsu kita.
Maka beruntunglah kita yang bisa berpuasa 6 hari di bulan Syawal. Bagi yang belum, masih ada waktu sampai akhir bulan Syawal ini. Mengapa dikatakan beruntung? Karena semangat menahan diri di bulan Ramadhan masih ada dalam diri kita dan kita praktikkan secara kongkret. Pahalanya pun tidak tanggung-tanggung. Sampai-sampai disampaikan dalam sebuah hadis Nabi:
من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال كان كصيام الدهر” رواه مسلم
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh. (HR Muslim)
Jadi puasa 6 hari di bulan Syawal sama seperti berpuasa 354 hari dalam kalender Hijriyah.
Secara lebih substantif, upaya pengendalian diri ini tidak hanya terkait dengan makan dan minum saja, tetapi juga pengendalian hawa nafsu secara lebih luas dan ini harus berlanjut selama setahun ke depan sampai Ramadhan berikutnya. Kalau kemarin dikatakan kita mestinya kita bersedih karena meninggalkan Ramadhan sementara kita belum maksimal menjalani latihan dan mengunduh keutamaan-keutamaannya, maka sebenarnya latihan dan keutamaan ini masih bisa kita lanjutkan di bulan-bulan setelah Ramadhan.
Latihan kedua yang kita jalani di bulan Ramadhan adalah rutinitas kita menjalankan ibadah-ibadah sunnah; shalat-shalat sunnah kita, qiyamul lail kita, dan tadarus Al-Qur’an kita. Semestinya rutinitas kesunahan ini tetap kita jalankan di luar bulan Ramadhan; tidak berhenti setelah bulan puasa. Kenapa Ibadah sunnah ini sangat penting bagi kita? Karena ibadah sunah inilah nanti yang akan menutup kekurangan ibadah-ibadah wajib kita. Sebenarnya ibadah-ibadah wajib itu kita jalankan sebagai sebuah kewajiban. Kalau tidak, kita berdosa. Tapi kalau hanya menjalankan kewajiban saja, kita hanya seperti menggugurkan kewajiban. Kita tidak akan mendapatkan keutungan tambahan. Padahal ibarat sebuah “bonus”, bonus ibadah-ibadah sunnah ini nanti kita perlukan suatu saat untuk menambah kebutuhan atau kekurangan kebutuhan atau ibadah wajib kita.
Yang ketiga, latihan kita di bulan Ramadhan adalah kepedulian kita terhadap sesama yang bisa kita wujudkan dalam penyaluran zakat fitrah yang berupa 2,5 KG makanan pokok atau uang senilainya. Zakat fitrah ini wajib bagi kita dan seluruh anggota keluarga meskipun hanya mempunyai kelebihan makanan untuk malam dan hari Idul Fitri saja. Selain zakat fitrah, beberapa zakat-zakat mal dan sedekah sunnah serta infak, kita salurkan selama bulan Ramadhan. Inilah bentuk tanggungjawab kita dalam menjalankan hablum minannas kita di dalam kerangka menjalankan ajaran agama Islam. Jadi di dalam agama Islam selalu dikenal paket antara hablum minallah dan hablum minannas. Kepedulian kita terhadap sesama manusia merupakan bagian dari manifestasi pelaksanaan ajaran Islam yang semestinya tetap kita hidupkan setelah bulan Ramadhan.
Jadi ada tiga latihan, atau tiga semangat dari bulan Ramadhan yang perlu kita pertahankan: Pertama menahan hawa nafsu kita, syukur-syukur jika kita tetap rutin berpuasa; kedua memperbanyak ibadah sunnah; dan ketiga meningkatkan kepedulian kita kepada sesama, kepada yang lebih membutuhkan, apalagi dalam suasana musibah pandemi seperti sekarang ini. Wallahu a’lam bis shawab.