PALU – Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi mengatakan, ulama Indonesia bahkan sejak berabad-abad yang lalu sudah berupaya mewujudkan integrasi bangsa. Karena itu, kata dia, upaya untuk tidak aktif menjaga Indonesia sama saja menghanati perjuangan para ulama.
“Peran ulama dalam menginstegrasikan Indonesia itu dibuktikan oleh sejarah, tidak hanya dinarasikan di dalam al-Quran, bagaimana peran ulama yang ideal. Tidak hanya kita baca dari sejarah Rasulullah dan generasi sebelumnya, tetapi juga dibuktikan oleh proses sejarah,” katanya saat mengisi materi Webinar MUI Sulawesi Tengah, Kamis (23/07).
Dalam Webinar bertema Resesi Demokrasi Global dan Peran Ulama Milenial dalam Menjaga Nasionalisme Bangsa itu, dia mengatakan, pada abad ke-17, ulama Indonesia yang baru pulang dari belajar di Timur Tengah selalu membawa semangat persatuan. Mereka tidak hanya mengajarkan Islam namun juga menginisiasi semangat persatuan itu.
Sedangkan pada abad-abad berikutnya yaitu abad ke-18, ke-19, sampai awal abad ke-20, ulama yang ada di Indonesia mulai membangun integrasi sosial. Ulama kala itu, kata dia, juga sudah membangun ide abstrak sehingga penyatuan tanah nusantara menjadi semakin jelas.
“Kalau kita lihat melihat beberapa waktu sebelum hadirnya bangsa, itu integrasi nasional digagas, dan peran para ulama luar biasa, tentu ada peran lain, tapi yang paling utama adalah peran ulama,” katanya.
Dia mencontohkan, wujud keseriusan peran ulama dalam membangun bangsa ini terlihat dari sikap mereka terhadap kerajaan Islam baik pra maupun pasca kemerdekaan.
Ketika ulama pulang dari belajar di Timur Tengah, sekalipun waktu itu beberapa kerajaan Islam masih berdiri. Namun ulama memilih berhimpun pada gagasan yang lebih besar dari sekadar kerjaan yaitu tentang bagaimana membangun sebuah entitas yang nantinya bernama Indonesia.
Para ulama dahulu, kata dia, selain memiliki pemahaman al-Quran dan Hadist yang kokoh, juga berperan aktif dalam kelahiran Indonesia.
“Kalau kita sebagai generasi Islam yang ada sekarang, misalnya kita bermalas-malasan, tidak mau ikut aktif di dalam menjaga nasionalisme, kecintaan kepada Indonesia, itu berarti kita berkhianat kepada amanah ulama-ulama terdahulu,” katanya.
“Saya berharap ketika kita berbicara tentang ulama milenial, itu sebenarnya adalah kelanjutan, dan itulah seharusnya yang kita lanjutkan. Seperti itulah peran ulama terdahulu memberikan contoh kepada kita,” imbuhnya. (Azhar/Anam)