JAKARTA—Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Fatwa, Dr KH Fahrur Razi Burhan, menceritakan pengalamannya umroh era new normal. Umroh new normal sebenarnya sudah lama terdengar di Indonesia sejak pertengahan 2020, namun praktik riilnya mulai bermunculan berlakangan ini.
Fahrur menceritakan bahwa umroh new normal terasa begitu sepi dibandignkan biasanya. Selain itu, ada beberapa tahapan protokol kesehatan yang harus dijalankan seperti tes swab PCR maupun isolasi mandiri.
Meskipun new normal, tutur Fahrur, proses pendaftaran dan pengurusan umroh berlangsung cepat. Dia mengirimkan data melalui email pada Jumat (22/1) dan pada Sabtu (23) visanya sudah terbit. Pada Ahad(24/1) dia menjalankan isolasi mandiri untuk kemudian dilaksanakan swab PCR. Keesokan harinya, ketika sudah dinyatakan negatif, dia boleh berangkat ke Jeddah.
“Hari Sabtu sudah keluar visanya, satu hari karantina dilakukan swab PCR, alhamdulillah semua jamaah yang jumlahnya 109 orang negatif, keberangkatan pada 25 Januari 2020 dari Surabaya menuju Jeddah dan kemudian Madinah al-Munawwaroh,” ujarnya, Ahad (31/01).
Setibanya di Madinah, kata dia, jamaah diwajibkan melaksanakan isolasi mandiri selama tiga hari penuh di sebuah hotel. Selama tiga hari itu, setiap jamaah diharuskan tetap tinggal di dalam kamar, bahkan ibadah juga dilaksanakan di dalam kamar masing-masing. Pelayanan selama karantina juga dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat. Makanan dikirimkan melalui box nasi.
“Pada hari ketiga (hari terakhir isolasi mandiri) dilakukan test swab PCR, hanya mulut, tidak termasuk hidung seperti di Indonesia. Tesnya dilakukan pada malam hari dan besok paginya keluar hasil. Bila negatif, kita diizinkan masuk masjid. Di dalam masjid pun dilakukan social distancing dengan tanda-tanda hijau dilantai masjid,” ujarnya.
Dia menambahkan, umroh para era new normal memang terlihat sepi namun protokol berlangsung ketat, sehingga tidak bebas. Ketika biasanya orang bisa bebas untuk masuk ke wilayah Raudlah, pada era new normal, sekalipun jamaah umroh tidak banyak, namun ada syarat khusus. Setiap jamaah yang ingin ziarah di Raudlah harus mendaftar melalui aplikasi, baru kemudian mereka dibolehkan masuk.
“Sekarang itu shalat di Raudlah alhamdulillah longgar, namun harus daftar dulu melalui aplikasi atau perusahaan penyedia jasa umroh. Memang tidak sebebas dahulu, namun sekarang ada aplikasinya. Semoga semuanya dimudahkan Allah SWT,” ujarnya.
Sementara untuk thawaf, imbuh dia, bisa dilaksanakan dengan sangat lancar dalam beberapa menit. Ini karena jamaah umroh yang memang jumlahnya tidak banyak, diberikan jalur khusus. Sedangkan untuk sai, para jamaah umroh berjalan seperti biasa dengan tetap berjaga jarak. Jamaah umroh juga bisa menyewa sepeda listrik dengan biaya 115 riyal untuk menyelesaikan sainya.
“Saya doakan semuanya dimudahkan Allah untuk pergi ke Makkah dan Madinah. Semoga semuanya diberikan kesehatan yang prima dan rezekinya yang berkah. Aamiin Allahumma Aamiin,” ucapnya. (Azhar/ Nashih)