Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Masjid Islamic Center Samarinda Terbesar Kedua di ASEAN

Sejak dulu, Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur (Kaltim), begitu memesona dengan perkembangan ko ta dan Sungai Mahakamnya yang jer nih. Sungai Mahakam yang memiliki panjang sekitar 920 kilometer itu, membentang dari Samarinda, Kutai Kartanegara, hingga ke Kutai Barat. Di dalamnya, hidup berbagai spesies ikan dan salah satu hewan langka, pesut Mahakam.

Hingga kini, Sungai Mahakam, salah satu sungai terpanjang di Indonesia itu, masih menjadi urat nadi kehidupan sebagian masyarakat di Kalimantan Timur. Pendek kata, dari dulu hingga sekarang, Sungai Mahakam masih menjadi ikon Provinsi Kalimantan Timur.

Seiring perkembangan zaman, ikon Kaltim tak hanya Sungai Mahakam dan ikan pesutnya, tapi kini sudah ber tambah. Seperti Stadion Aji Imbut di Tenggarong (Kutai Kartanegara), Jem batan Mahakam (Kota Samarinda), Ban dara Sepinggan (Balik papan), dan Pantai Derawan (Kutai Timur).

Demikian pula untuk tempat ibadahnya. Ada Masjid Raya Samarinda, Mas jid Agung Tenggarong, Masjid Agung Balikpapan, serta Islamic Centre Samarinda. Khusus untuk Islamic Centre Samarinda ini, ia bisa disebut sebagai ikon baru Kaltim.

Sebab, luas dan besarnya Masjid Islamic Centre Samarinda ini, merupakan terbesar kedua di Asia Tenggara (ASEAN) setelah Masjid Istiqlal Jakarta. Karena itu, ke beradaan Islamic Centre Samarinda ini menjadi kebanggaan masyarakat Kaltim.

Islamic Centre ini mulai dibangun pada 2000. Pencanangannya dilakukan di Bontang, Kaltim, oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama dengan sejumlah proyek infrastruktur lainnya. Selanjutnya, peletakan batu pertama mulai dilakukan pada 5 Juli 2001 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Dan akhirnya diresmikan pada 12 Juni 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Arsitektur Masjid Beragam Gaya

Kepala Tata Usaha Islamic Centre Samarinda Drs H Imron Aili,  mengatakan, keinginan untuk mendirikan Islamic Cen tre di Samarinda sudah ada sejak 1978. Keinginan besar tersebut, kata Imron, karena masyarakat Kalimantan Timur mayoritas beragama Islam.

“Gubernur Muhammad Ardan saat itu juga ingin menghadirkan satu ikon baru di Kalimantan Timur, terutama bagi umat Islam, yakni dengan membangun Islamic Centre,” ujar Imron (Dokumentasi Harian Republika)

Namun, kata dia, upaya untuk membangun Islamic Centre tak bisa langsung diwujudkan, mengingat keterbatas an dana dan lahan. Menurutnya, Masjid Raya Samarinda, yang terletak tak jauh dari Islamic Centre Samarinda, diharapkan bisa menjadi ikon baru. Namun, karena lahan yang terbatas dan kondisinya yang tak bisa menampung jamaah hingga 5.000-an, maka keberadaannya tak bisa dijadikan sebagai simbol. Untuk itu, harus ada lahan yang lebih luas dan didukung dengan dana yang cukup untuk mendirikan Islamic Centre di Samarinda.

Dengan berbagai upaya, kata Imron, akhirnya Islamic Centre di Sa marinda baru bisa direalisasikan pem bangunannya pada tahun 2000, te patnya di Kelurahan Telok Lerong Ulu, Sa marinda, yang dulunya merupakan la han bekas areal penggergajian kayu mi lik PT Inhutani I. Kini, keberadaan Is lamic Centre tersebut yang memiliki luas lahan sekitar 12,5 hektare, menjadi kebanggaan warga Samarinda khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.

Islamic Centre Samarinda ini bi sa dikatakan sangat indah dan me ngagumkan, baik dari sisi arsitek turnya maupun letaknya yang sangat strategis ber ada di tepian Sungai Maha kam, Samarinda.

Dilihat dari sisi arsitekturnya, bangunan Islamic Centre Samarinda memadukan beragam gaya, mulai dari Spanyol, Timur Tengah, Turki, dan Asia. Gaya Spanyol tampak dari lorong masjid yang mirip dengan bangunan Alhambra. Sedangkan ga ya Timur Tengah, tampak dari ruangan da lam di lantai dua. Sejumlah kali grafi juga melekat di sisi dalam bangunan.

Ditambahkan se buah menara utama setinggi 99 meter dan didukung empat menara lainnya setinggi 70 meter, serta dua menara di bagian pintu gerbang setinggi 57 meter, maka keberadaan Islamic Centre Samarinda tampak indah dan mengagumkan. Apalagi bila dilihat dari Samarinda Seberang.

Bahkan, dengan dukungan sejumlah lampu hias maka pemandangan Islamic Centre Samarinda ini pada malam hari akan semakin mengagumkan. Tak heran bila banyak masyarakat Samarinda dan juga warga Kalimantan Timur lainnya atau yang dari provinsi lainnya ingin berkunjung ke tempat ini. Pengelola mencatat, per harinya tak kurang dari 500 orang yang datang berkunjung ke Islamic Centre ini.

Menara Asmaul Husna menjadi simbol dari Islamic Cen tre Samarinda. Disebut Menara Asmaul Husna karena memiliki tinggi 99 meter. Angka 99 itu dipilih karena itulah nama-nama Allah yang terbaik (Asmaul Husna). Menara Asmaul Husna ini memiliki 15 lantai yang masing-masing lantai dibangun setinggi enam meter. Islamic Centre Samarinda ini memiliki beragam simbol unik. Simbol-simbol atau bangunan tersebut menjadi perlambang akan kekhasan dari Islamic Centre ini. Ada beberapa bangunan yang menjadi kekhasan tersebut, antara lain:

Beduk Dua Meter, Islamic Centre Samarinda ini juga memiliki sebuah beduk yang sangat besar. Kulit sapi yang dijadikan beduk itu mencapai luas dua meter dengan diameter (lingkaran) mencapai empat meter atau lebih. Adapun kayunya terbuat dari kayu Bengkirai dan terbuat dari satu kayu utuh. Menurut Imron Aili, beduk tersebut merupakan sumbangan dari gubernur Kalimantan Timur.

Menara Rukun Iman, Menara Islamic Centre sejati nya ada tujuh buah, namun yang satu buah dijadikan seba gai ikon utama. Sedangkan enam menara lainnya sebagai pendukung dijadikan simbol rukun iman.

Sarana Pendukung, Sebagai simbol kegiatan ke islaman, Islamic Centre ini juga memiliki sejumlah bangunan lain. Di antaranya Taman Kanak-kanak (TK) Al- Fath, klinik bersalin, kantin, dan tempat tinggal (mess). Ada dua buah mess. Khusus untuk mess, pengelola Islamic Centre menjadikannya sebagai sarana tempat tinggal bagi tamu yang datang dari luar daerah. “Satu kamar disewakan sebesar Rp 350 ribu per malam,” ujarnya. Masing-masing mess memiliki 50 kamar. n

Tasbih Anak Tangga, Islamic Centre ini juga memiliki keunikan dari jumlah anak tangga yang terletak di lantai satu menuju lantai dua (utama). Anak tangganya berjumlah 33 buah sebagai perlambang tasbih. (Republika)

Exit mobile version