JAKARTA— Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habiburrahman El Shirazy, mengenang sosok KH Sahal Mahfud sebagai sosok yang tidak boleh dilupakan.
Pria yang akrap disapa Kang Abik ini menilai, KH Sahal Mahfud memiliki keteladanan dan pikiran-pikirannya yang harus ditampilkan di tengah umat.
“Saya secara pribadi sangat mencintai KH Ahmad Sahal Mahfud. Kenal beliau sebagai santri di Sragen,”ujarnya di kegiatan Ngabuburit Kebudayaan yang digelar oleh LSBPI MUI, Jumat (15/4/2022).
Kegiatan ini bertema “KH Sahal Mahfud: Pemandu Ulama yang Mengayomi Umat Indonesia” yang dihadiri oleh sejumlah tokoh di antaranya Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal, KH Sholahuddin Al-Aiyub dan Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning, Dr Jamal Makmur Asmani.
Kang Abik mengaku beberapa kali berjumpa dengan KH Sahal Mahfud saat di Kairo, Mesir. Ia melihat sosok KH Sahal Mahfud sebagai seorang ushuly, yang sangat luar biasa dalam fiqh dan ushul fiqhnya.
“Dan kita bisa melihat sekrang yang faqih, ilmu fikihnya untuk mengayomi umat, bangsa, perempuan dan sebagainya,” tutupnya.
Sementara itu, saat menyampaikan sambutan pembukaan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, mengingatkan keberkahan dengan mencintai dan meneladani para ulama.
Kiai Jeje menambahkan, hal ini juga diperkuat dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa “kamu akan dikumpulkan bersama yang kamu cintai.”
“Insya Allah dengan mencintai para Nabi, mencintai para sahabat, para sholihin dan ulama. Minimal mendapatkan keberkahan (dan) kecintaan itu, diangkat kedudukan, didekatkan dengan mereka,” ujarnya.
Menurut dia, sangat penting untuk menggali aspek-aspek ketauladan, kebaikan dan para ulama khususnya para ulama yang ada di MUI untuk mendapatkan kebaikan. Apalagi, dilakukan pada Ramadhan yang penuh berkah ini.
Selain itu, dia juga mengapresiasi LSBPI MUI yang konsisten menyelenggarakan kegiatan ini. Dia berharap, kegiatan seperti ini yang menggali sejarah para ulama, bisa mendekatkan generasi muda Islam agar memiliki sosok panutan.
“Tidak mengikuti keteladanan dan figur yang dilihat konteks kehidupan dalam berislam dan bernegara di bumi Indonesia ini,” kata dia. (Sadam Al-Ghifari, ed: nashih)