Site icon Darulfunun El-Abbasiyah

Hari Arafah, 9 Dzul Hijjah 1437 H

Apa yang hendak kita lakukan pada hari ini?

Untuk diingat …

Malam yang dikenal dengan Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, tidaklah kita ketahui kapan persisnya terjadi..

Berbeda dengan hari Arafah, kita telah mengetahui jauh hari sebelumnya: kapan persisnya

Jika pada Lailatul Qadar yang turun adalah para malaikat, maka ketahuilah bahwa pada hari Arafah Allah SWT lah yang akan turun.

Saking mulianya hari Arafah ini, para salaf menabung seluruh keperluan (hajat) khas mereka, juga keperluan (hajat) umat secara umum, ditabung untuk dibuka pada hari Arafah ini.

Yang demikian ini mereka lakukan, mengingat betapa besar nan agung kemurahan Allah SWT pada hari Arafah ini

Juga, betapa Allah SWT akan meng-ijabah segala macam do’a yang dipanjatkan oleh para hamba-Nya pada hari Arafah ini.

Betapa banyaknya keinginan dan cita-cita akan terwujud pada hari Arafah ini! Betapa banyaknya harapan akan terwujud pada hari Arafah ini! Betapa banyaknya do’a akan terkabul pada hari Arafah yang penuh berkah ini.

Oleh karena itu …

Jika memungkinkan bagimu untuk berkhalwat, menyendiri, minimal pada sore hari Arafah. Dengan berdzikir, berdo’a, beristighfar dan membaca Al-Qur’an …

Maka lakukanlah, minimal pada sore hari Arafah, mulai dari selesai shalat Ashar, sampai maghrib. Dorong dan ajak orang-orang di sekelilingmu untuk melakukannya …

Jangan lupa pula untuk berpuasa di hari Arafah ini, sebab Rasulullah SAW bersabda:

«… صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ …» (رواه مسلم [1162]).

Berpuasa pada hari Arafah, saya mempunyai dugaan (keyakinan) kepada Allah SWT bahwa ia menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (HR Muslim [1162]).

Rasulullah SAW juga bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (رواه الترمذي [3585]، وحسنه الألباني)

Sebaik-baik do’a adalah do’a pada *_hari Arafah_*, dan sebaik-baik ucapkan yang aku dan para nabi sebelumku lakukan adalah ucapan: La ilaha illaLlah, wahdahu la syarika lah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Dia Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah seluruh kerajaan, dan milik-Nya lah seluruh pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu). (HR At-Tirmidzi [3585] dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Terkait dengan terkabulnya do’a pada hari Arafah, seorang shalih berkata: “demi Allah, aku tidak berdo’a dengan suatu do’a pada hari Arafah, dan belum sampai genap satu tahun, kecuali apa yang aku pinta telah aku saksikan sebagai kenyataan seterang terbitnya fajar.

Oleh karena itu, perbaiki lah do’a untuk diri kalian, orang tua kalian, istri (suami) kalian, anak-anak kalian dan kerabat kalian.

Jangan lupa juga do’a untuk saudara-saudara kalian yang sedang berjihad untuk mendapatkan hak-hak mereka, di Palestina, di Syuria dan di belahan bumi lainnya.

Beri hak do’a kalian untuk kaum yang tertindas dan lemah, dari seluruh dunia Islam.

Jangan pula lupakan kaum muslimin yang tertekan, terintimidasi, terkerangkeng dalam jeruji tahanan orang-orang zhalim.

Siapa tahu, do’a dari seorang waliyullah (dan antum lah yang dimaksud), baik lelaki ataupun perempuan, do’a itulah yang akan mengubah sejarah umat Islam dengan kemenangan, kegembiraan, rasa aman dan tamkin … dengan seijin Allah SWT.

Berdo’alah dengan penuh kekhusyu’an dan keyakinan (kemantapan) yang sempurna kepada Allah SWT bahwa akan diijabah.

Dan akan semakin kuat lagi peluang terkabulnya jika do’a itu didahului oleh sedekah dan infak fi sabilillah serta berbagai amal shalih lainnya.

Dan orang yang benar-benar merugi, adalah mereka yang pada hari Arafah ini tidak mendapatkan apa-apa dikarenakan kelalaiannya.

Imam Al-Ghazali berkata: “Sesungguhnya, jika Allah SWT mencintai seseorang, maka Allah SWT akan mempergunakannya di waktu-waktu fadhilah (utama) dengan amal-amal yang fadhilah (utama) pula, dan pertanda bahwa seseorang tidak disukai Allah SWT adalah bahwa orang itu mengisi waktu-waktu utama dengan amal-amal yang buruk!!”. (Ihya’ Ulumiddin [1/188]).

Semoga Allah SWT senantiasa berikan kepada kita kekuatan, taufik dan hidayah untuk mengisi waktu-waktu utama dengan amal terbaik, serta menjauhkan kita dari perbuatan buruk, amin.

Musyaffa Abdurrahim

Exit mobile version