Siapakah dia yang sifat kasih sayangnya begitu sempurna? Mulanya penduduk Mekkah tidak mengenal siapa itu ar-Rahman.
Sebagaimana terukir dalam surat al-Furqon ayat ke 60, Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Sujudlah kepada ar-Rahman,” mereka menjawab : Siapakah ar-Rahman itu?”
Alquran sendiri kemudian dalam beberapa kali kesempatan, seperti pada surat Al-Isra ayat 110, menggunakan kata ar-Rahman sebagai kata ganti Allah sebagai dzat yang disembah. Bahkan dalam az-zukhruf ayat 45 ditegaskan bahwa rosul-rosul pun menyeru untuk menyembah ar-Rahman (Allah yang Maha Pemurah).
Ar-Rahman. Dialah dzat yang mengajarkan alquran. Demikian dua ayat pertama dari surat yang menurut riwayat al-Baihaqi dijuluki sebagai pengantin alquran karena keindahannya. Pertanyaannya yang kemudian muncul kenapa Allah atau ar-Rahman mensifati dirinya sebagai dzat yang mengajarkan alquran dengan nama Ar-Rahman, bukan dengan nama-nama yang lain?
Mengomentari hal ini, sahabat Ali k.w. menuturkan bahwa semulia-mulia pelajaran adalah pelajaran Alquran. Semulia-mulai pengajar adalah orang yang mengajarkan alquran. Semulia-mulia pelajar adalah pelajar yang mempelajari alquran. Semulia-mulia majlis adalah yang di dalamnya terdapat pengejaran alquran.
Sahabat Ibnu Abbas r.a. suatu ketika pernah ditanya oleh seorang arab badui tentang seberapa sering ia menghatamkan alquran.
“Wahai ibnu Abbas, berapa kali engkau menghatamkan Alquran?”
Beliau tidak langsung menjawab, malah bertanya balik kepada si penanya.
“Apa yang engkau maksud dengan menghatamkan alquran? Apakah menghatamkan bacaannya? Ataukah memahami maknanya? ataukah mengamalkannya? ”
Setelah beliau melihat si penanya kebingungan, beliau pun menjawab. “Kalau yang kau maksud adalah menghatamkan alquran dalam artian membaca, dalam satu minggu aku bisa menghatamkan delapan kali. Kalau yang kau maksud adalah memahami maknanya, aku baru tiga kali. Kalau yang kau maksud adalah mengamalkan, Aku baru sampai ayat kelima.”
Dengan alquran sebagai panduan, seharusnya seorang muslim berakhlak yang baik -akhlaqul karimah. Karena ketika berinteraksi dengan alquran kita akan mendapati bahwa ayat-ayat tentang kasih sayang Allah jauh lebih banyak dari pada ayat-ayat tentang ancamanNya. Bukankah RahmatNya mencakup segala sesuatu?
Bukankah rahmatNya senantiasa mendahului murkaNya? Bukankah rosul diutus untuk menyempurnakan akhlaq? Bukankah akhlaq beliau yang kita jadikan sebagai teladan adalah alquran sehingga beliau dijuluki alquran yang berjalan?
Sekarang mari kita bertanya pada diri kita dimana posisi kita dalam berinteraksi dengan alquran? Sudah berapa kali kita khatam alquran, meski untuk sekedar membacanya saja? Atau alquran yang ada di rumah kita sudah berdebu dan kusam karena jarang kita sentuh?
Ataukah hidup kita saat ini jauh dari tuntunan-tuntunan ilahi yang dihadirkan dalam alquran? (Jamaluddin Rosyidi)
sumber: http://www.insancendekia.org/grak/263-ar-rahman