Makassar, muisulsel.com – Sejatinya dalam kehidupan sosial, menurut pandangan Alquran, daya tarik “kekitaan” untuk memikirkan dan mewujudkan kemaslahatan bersama harus lebih kuat daripada daya tarik “keakuan” yang hanya semata memikirkan kepentingan diri sendiri.
Dengan kata lain bahwa, kehidupan yang harmonis, sejuk, dan indah adalah menempatkan “keakuan” dalam “kekitaan”.
Sejarah hitam kemanusiaan dari putra Adam a.s.(Qabil) yang lebih mendahulukan sifat ke’aku’annya diabadikan dalam al-Qur’an untuk menjadi nasihat yang berharga bagi kita semua.
Bahwa kehidupan yang tidak berbasis semangat berkurban akan mengorbankan kehidupan orang lain dan ini adalah pelanggaran kemanusiaan.
Bentuk kehidupan yang diwarnai dengan sifat angkuh, rakus, iri, dengki serta semacamnya membutakan hati untuk lebih bijaksana dalam bersikap, bertutur dan berprilaku, susah mendapatkan hidayah, dan akan
meracuni pertimbangan akal sehat manusia, dan semakin menyeretnya menjauh dari Allah swt.
Qabil dengan hati yang angkuh, iri, rakus berontak dan menolak kebijakan ayahnya sendiri(Adam ) yang pada akhirnya berujung dengan sebuah tragedi kemanusiaan dengan membunuh saudaranya (Habil) dalam genggaman tangannya sendiri tanpa
berprikemanusiaan. Betapa nistanya hati yang dikuasai sifat rakus, arogan, benci dan iri.
Tersebut di atas adalah penggalan khotbah Iduladha 1443 H oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel Dr KH Ruslan Wahab MA.
Lokasi lebaran Iduladha di Masjid As-Sahabah Kampus Universitas Islam Makassar (UIM), Jl Perintis Kemerdekaan Kilometer 10 Makassar, Ahad (10/7/22)
Selengkapnya, berikut ini naskah khotbah Id KH Ruslan Wahab.
BACA JUGA:
Rektor Unhas Prof Jamaluddin jadi Khatib Iduladha di Al Markaz Makassar
Khotbah Id Direktur Pascasarjana UIN Alauddin: Memahami Hikmah Iduladha
Terkait Kasus ACT, MUI Sulsel Sarankan Hati-hati Beri Donasi Cap Kemanusiaan
The post Harus Kuat Kekitaan bukan Keakuan appeared first on MUI SULSEL.
Leave a Reply