JAKARTA— Narapidana terorisme Bom Bali, Ali Imron, beberkan latar belakang kronologis terjadinya Bom Bali pada tahun 2002. Ali Imron adalah saudara kandung Amrozi dan Mukhlas. Dua saudara kandungnya telah dihukum mati karena Bom Bali sementara Ali Imron bebas karena menyesal dan mau bekerjasama dengan pihak kepolisian.
Sebagai pelaku, dia mengaku aktif terlibat dalam proses peledakan Bom Bali. Dia terlibat dalam perencanaan, pemetaan strategi, hingga eksekusi di lapangan. Dia mengakui itu sebagai tindakan yang paling berdosa di antara rekan timnya.
“Saya yang menerima pasokan bahan kimia yang disuplay dari Surabaya ke Denpasar, meracik bahan kimia menjadi bahan peledak, hingga yang merakit menjadi bom mobil, bom rompi dan bom tas jinjing, ” ujar Imron menceritakan pengalamannya di Webinar Peringatan 20 Tahun Tragedi Bom Bali oleh Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Sabtu (15/10).
Menurut pengakuannya, Bom Bali tidak terlepas dari program besar Jamaah Islamiyah (JI) yang memiliki afiliasi kuat dengan Negara Islam Indoneisa (NII) yang didirikan oleh Kartosoewirjo yang didirikan pada tahun 1949.
Seperti Ali Imron, kata dia, para pelaku Bom Bali merupakan alumni Akademi Militer Mujahidin Afghanistan. Gerakan ini dulunya melawan gerakan Komunis yang didukung Rusia mulai 1948 sampai 1996.
“Saya ini adalah angkatan ke-9 dari 12 angkatan Akmil Mujahidin Afghanistan. Beberapa rekan seangkatan saya juga terlibat dalam Bom Bali, ” kata dia.
Yang jarang diketahui orang banyak, kata dia, Bom Bali sebenarnya bukan program JI. Ini merupakan rencana dan ide dua anggota JI yaitu Ali Imron, Mukhlas, dan senior Jamaah Islamiah Afghanistan yaitu Hambali.
Bom Bali merupakan kelanjutan dari Bom Kedubes Filipina untuk Indonesia tahun 2000, Bom Natal pada tahun 2000, Bom Atrium Senen tahun 2001, hingga adanya rencana Bom Bali dari salah satu Alumni Akmil Mujahidin, Imam Samudra.
Proses perencanaan Bom Bali, kata dia, terjadi pada pertengahan Agustus 2022 dalam pertemuan yang dipimpin oleh Mukhlas. Dia berencana akan menyerang para bule di Bali sebagai balasan terhadap Amerika Serikat yang menyerang Afganistan pasca runtuhnya gedung WTC pada 11 Sptember 2001.
“Ketika kami ditangkap, yang marah bukan hanya masyarakat dunia, tetapi juga sesama anggota JI pada waktu itu,” jelas Imron. (A Fahrur Rozi/Azhar)
Leave a Reply