JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman (LPBKI) bersama dengan Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) menggelar peringatan Hari Santri Nasional 2019. Bersama dengan Organisasi Kepemudaan Islam yang turut hadir yaitu dari PMII, HMI dan KAMMI serta Komisi, Lembaga dan Badan di lingkungan Dewan Pimpinan MUI.
Kegiataj digelar pada Jumat (25/10/2019) di kantor pusat MUI dengan mengangkat tema Literasi Pergerakan dan Dedikasi Santri Untuk Indonesia.
Sekretaris Jenderal MUI, Dr. KH. Anwar Abbas saat meresmikan acara tersebut menyambut baik dan mendorong agar santri terus menjaga fatsun pergerakan dan dedikasinya yang telah dicontohkan oleh para kiai. Salah satunya terus saling membantu, giat belajar, bekerja keras dan cerdas, serta gaya hidup sederhana.
Wakil Sekjend MUI, KH. Sholahuddin Al-Aiyub dalam paparannya mendorong agar LPBKI-MUI dan MPII bersama dengan OKP agar terus bersinergi dan secara kontinu menggelar kegiatan yang berorientasi kepada responsibilitas dan aspirasi umat terhadap ulama dan umara.
KH Sodikun selaku Ketua MUI juga menaruh harapan agar LPBKI-MUI dan MPII menjadi motor kaderisasi ulama yang akan meneruskan kiprah dan khidmah para ulama senior di MUI.
Sedangkan Arif Fahrudin selaku Sekretaris LPBKI-MUI menyampaikan bahwa kaderisasi ulama di level pemuda mutlak diprioritaskan. Tidak mungkin menjadi ulama tanpa melalui proses nyantri. Kaderisasi ulama di level pemuda tersebut dengan melibatkan MUI, OKP, Pesantren, dan didukung oleh pihak-pihak yang terkait dengan penguatan ulama bervisi kebangsaan sebagaimana tag line pergerakan MPII. Denga demikian tidak akan lagi terjadi pembenturan antara agama dan kehidupan berbangsa bernegara.
“Kegiatan ini mengupas tentang peran santri dan menunjukkan dedikasinya dalam membela bangsa dan tanah air. Kini sudah saatnya santri mendedikasikan dirinya untuk bangsa dengan cara mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa ini dari ancaman radikalisme,” jelas Arif.
Ia menambahkan, santri yang menempuh pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi harus ambil peran untuk menebarkan paham agama yang toleran sebagaimana yang telah diajarkan di pesantren.
“Filterisasi santri terhadap paham radikalisme yang bertebaran di masyarakat umum maupun di kampus adalah salah satu bentuk dedikasi untuk mempertahankan keutuhan bangsa dari ancaman radikalisme yang semakin hari semakin mengakar di tengah kehidupan masyarakat kita,” pungkasnya. (Red: Anam)
Leave a Reply