Menjadi Da’I dengan Masif Income di Era Disrupsi

JAKARTA — Wakil Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia ( DP MUI) Dr. H. Nadjamuddin Ramly, M.Si. mengulas beberapa langkah untuk menjadi dai yang tetap produktif di era disrupsi.

Disrupsi adalah fenomena baru yang dialami seluruh masyarakat dengan menggeser aktifitas yang biasanya dilakukan di dunia nyata beralih menjadi ke dunia maya. Menurutnya dalam menghadapi perubahan kebiasaan faktual menjadi virtual ini para dai dituntut untuk memiliki skill komunikasi yang lebih baik.

“Kemampuan untuk melakukan komunikasi sangat dibutuhkan. Komunikasi sudah menjadi syarat utama dan tentunya harus di dukung dengan kekuatan ilmu pengetahuan. Meningkatkan keleluasaan kita untuk berkomunikasi,” kata Nadjamuddin dalam webinar nasional yang ditayangkan melalui channel Youtube Ummushabri TV, Selasa (14/07)

Kemampuan komunikasi menurut Nadjamuddin bisa ditingkatkan melalui pembiasaan membaca, dengan membaca seseorang bisa meningkatkan intelektualitas sekaligus menambah pembendaharaan kosakata baru.

Selain itu, ia juga menyampaikan untuk bisa bertahan di era disrupsi ini, seorang dai perlu memiliki kemampuan kreasi dan produksi. Kreasi adalah potensi seseorang untuk bisa menciptakan karya yang baru, sedangkan produksi adalah hasil dari karya-karya yang dilakukan.

Menurutnya, saat ini banyak dai kondang yang masih bertahan dan tetap berpenghasilan sekalipun tidak keluar rumah. Mereka memilih melayani umat menggunakan teknologi dan mengadakan direct virtual communication untuk masyarakat.

“Dai yang masyhur itu menggunakan youtube, dan mendapatkan penghasilan sampai berjuta-juta karena video pendeknya di tonton, di subscribe, lalu di koment oleh ribuan pengikutnya. Itu yang saya maksud kita masih bisa berpenghasilan secara masif,” pungkasnya.

Masih dalam forum yang sama, Ketua Komisi Dakwah MUI pusat K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D juga memberikan masukan kepada para dai agar di era disrupsi ini tidak hanya fokus pada ceramah saja, melainkan juga harus peka dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang lainnya.

“Dakwah kita itu tidak hanya dakwah ceramah saja, tetapi juga dakwah ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Kita memberi contoh dan mengajak mereka untuk tetap bertahan hidup meski di kondisi sulit,” kata Kiai Cholil.

Dakwah ekonomi bisa dilakukan dengan cara membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat dan pemberdayaan potensi sumber daya manusia. Masyarakat bisa diberdayakan tenaga dan kemampuan nya lalu dibantu unuk menyalurkan kemampuan nya agar bisa menjadi peluang dalam berpenghasilan. (Nurul/Din)



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia