JAKARTA—Dewan Pimpinan MUI Pusat mengucapkan duka mendalam atas kepergian Wakil Sekretaris Komisi Infokom MUI Ustadz Ahmad Khoirul Anam ke hadapan Allah SWT.
Gus Anam, begitu dia biasa disapa, wafat pada Kamis 24 Juni 2021 pagi usai menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Sari Asih, Ciputat, Tangerang Selatan.
Wujud penghormatan dan doa, pada Kamis (24/6) malam, MUI menggelar doa dan tahlil untuk almarhum yang dijadiri segenap pengurus MUI dan sejumlah kolega almarhum. Hadir pula dalam doa dan tahlil daring itu ibunda dan kakak almarhum. Tahlil dan doa dipimpin Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis.
Kiai Cholil menyampaikan bahwa sosok Gus Anam memotivasi dirinya untuk menulis. Saat Kiai Cholil menjadi anggota Lembaga Bahtsul Masail PBNU, Gus Anam meminta dan meyakinkannya mengisi rubrik Bahtsul Masail di NU Online.
“Bahkan yang memotivasi saya menulis bagaimana memberikan jawaban di NU Online itu beliau. Saya melihat keikhlasannya, lebih tepat lagi adalah kesederhanaannya. Tak pernah beliau itu bergelimang, tidak pernah, ” ujarnya.
Wakil Sekjen MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, Asrori S Karni, mengungkapkan Gus Anam bergabung dengan MUI pada periode kepengurusan 2010/2015 mengurus media cetak. Kemudian pada periode 2015/2020, kembali bergabung dengan MUI mengurus website mui.or.id sekaligus wakil sekretaris Komisi Infokom MUI. Terakhir pada periode 2020/2025 menjadi Wakil Sekretaris Komisi Infokom MUI sekaligus menggawangi pokja media sosial MUI sebagai sekretaris.
“Dalam khidmah di MUI, Mas Anam banyak memberikan warna dalam mengembangkan media digital. Mas Anam punya pengalaman yang lama dan panjang di NU Online. Mas Anam berpengalaman mengelola media online keislaman. Pengalaman itulah yang diharapkan ditransformasikan di MUI yang mengelola media onlinenya belakangan, ” ujarnya Kamis (24/6) di Jakarta pascamengiringi proses pemakaman Gus Anam.
Dia menyampaikan, kepergian Gus Anam ini termasuk mendadak. Pada Jumat malam, dia sempat berkomunikasi intensif dengan Gus Anam membicarakan agenda penanggulangan Covid-19 berbasis Fatwa MUI. Gus Anam rencananya akan mengisi materi implementasi fatwa di media sosial dalam menghadapi pandemi pada 22 dan 23 Juni di Palembang.
Selang beberapa hari, Gus Anam meminta agar dipindahkan mengisi online saja karena tidak bisa berangkat ke Palembang. Saat diperkenankan mengisi materi online di Padang, Gus Anam juga tidak bisa mengikuti karena pada Selasa 22 Juni 2021 harus dibawa ke rumah sakit.
“Pada hari menjelang meninggal ini, Mas Anam sedang mencurahkan perhatian yang tinggi tentang agenda literasi media sosial dan fatwa MUI. Mas Anam punya perhatian tinggi pada capacity building, sering memberikan pelatihan dan pembekalan kepada anak muda tanpa dibayar, inisiatif diskusi media sosial, bahkan sempat menjadi aktor minidrama MUI. Warisan ilmu dan pengalaman beliau di MUI insya Allah menjadi jariyah,” ungkapnya.
“Semoga keluarga Mas Anam diberikan kemudahan rezeki, sehingga anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang baik. Keluarganya diberikan kemudahan rezeki untuk melanjutkan pengabdian, ” imbuhnya.
Perintis NU Online
Masuknya Gus Anam menjadi pengurus Komisi Infokom MUI tidak lepas dari perannya sebagai salah satu pendiri NU Online sejak tahun 2003. Sebuah media berbasis masa Islam yang bisa dikatakan paling maju saat ini. Kedudukan terakhir Gus Anam di NU Online sebagai Wakil Pimpinan Redaksi.
Gus Anam menjadi salah sedikit dari anak muda yang berani menyuarakan isi hatinya dengan pijakan kokoh. Dari banyak statusnya di Facebook, tergambar pandangan Gus Anam kerap berbeda dari banyak kalangan. Dia selalu mencari sudut lain ketika membahas hal-hal yang sedang hangat diperbincangkan. Akun Facebooknya menjadi rujukan banyak orang sekaligus tempat mengasah pikiran. Pandangannya yang berbeda itu kerap menjadi oase di tengah opini-opini merespon masalah kekinian yang seragam.
Meski nada bicaranya lemah lembut dan santun, namun kalimat-kalimat yang disusun Gus Anam kerap provokatif (dalam artian positif). Sebagai aktivis NU, dia kerap menantang kawan-kawannya untuk tidak terjebak dalam status quo.
Dengan nada canda, kerap pula melalui statusnya dia menyindir agar tokoh dan aktivis NU tidak melulu membicarakan toleransi, pluralisme, dan kebangsaan . Dia ingin agar kalangan NU juga fokus membicarakan masalah kalangan umat yang tidak pernah selesai: ekonomi. Tentu saja ajakannya itu menimbulkan respons yang beragam dan ketika banyak orang berkomentar sinis terhadapnya, dia hanya menjawab “siap, salah”.
Berulangkali dia menyuarakan agar kalangan Islam Wasathiyah yang sebenarnya mayoritas lebih berani tampil di media sosial. Dia memandang, tumbuh suburnya narasi Islam kanan (meski minoritas) disebabkan absennya tokoh-tokoh Islam Wasathiyah di sosial media. Kritik dia yang berulang tentang ini akhirnya membuat dia membikin channel Youtube sendiri bernama Gus A6.
Channel Youtube itu memiliki makna ganda sebagai Gus A (enam) atau Anam dan Gus A-six (enam dalam bahasa inggris) yang berarti Asik. Pendek kata, Gus A6 itu bermakna Gus Anam yang asik. Seperti dirinya, Chanel Gus A6 kelewat sederhana karena dikerjakan secara mandiri, sound sekadarnya, kualitas gambar biasa saja (terkadang seperti rekaman zoom), namun dijalankan dengan istiqamah. Bahkan ketika rata-rata penonton youtubenya tidak mencapai 100 orang, dia tetap konsisten mengisi Channel Youtube nya dengan semangat.
Pada 2021, Gus Anam mulai menjalankan kritiknya selama ini tentang ekonomi. Dia mulai berkebun di samping rumahnya dan beberapa kali membagikan foto hasil panen nangka dan sayuran. Dia juga sempat memposting tentang usaha ternak lele yang sedang ditekuninya. Semua itu dia tulis di facebooknya dan mendapatkan respons menyenangkan dari banyak kalangan.
Gus Anam adalah sosok yang begitu beragam. Dia aktif di Gerak Literasi Indonesia, menjadi editor Jurnal Bimas Islam Kementerian Agama, menjadi Dosen UNUSIA sekaligus Kepala Program Studi Ahwalus Syahyiyah (Fiqih Keluarga), pakar di bidang ilmu Falakiyyah, Direktur Halal Center UNUSIA Jakarta, dan tentu saja pengurus Komisi Infokom MUI Pusat.
Posisinya yang beragam ini, membuatnya kerap menjadi guyonan kawan-kawannya. Dalam satu waktu dia membagikan poster sedang mengisi materi halal sebagai direktur Halal Center UNUSIA Jakarta, di lain waktu mengisi materi tentang sosial media, di lain waktu sebagai editor Kementerian Agama. Kedudukannya yang bermacam-macam itu kerap menjadi perbincangan seru dan hangat.
Sebagai Direktur Halal Center UNUSIA Jakarta, Gus Anam kerap membagikan analisis khasnya tentang Industri halal di Indonsia. Tidak kelewatan, dia juga mengajak rekan-rekannya untuk mau terjun mengurusi Industri halal yang sedang bergelora. Terlebih, pasca lahirnya UU JPH dan UU Omnibus Law Cipta Kerja dan peraturan turunannya, sertifikasi halal sudah menjadi kewajiban, bukan lagi sukarela seperti sebelumnya, sehingga potensinya besar sekali.
Gus Anam juga dikenal sebagai pakar fiqih keluarga. Kemampuannya dalam fiqih keluarga tidak hanya dalam teori, namun juga dalam praktik. Meskipun menjaga gaya hidupnya tetap sederhana, Gus Anam bisa mengawal sang Istri sampai lulus pendidikan Master (S2) di PTIQ Jakarta. Gus Anam dalam banyak kesempatan juga kerap mengajak anak istrinya mengikuti kegiatan-kegiatannya, salah satunya ketika dia shooting minidrama MUI.
Di MUI, dengan statusnya yang Wakil Pimpinan Redaksi NU Online, dia masih sering ‘turun gunung’ mengajar reporter-reporter muda kemampuan dan semangat menulis. Saat kinerja kepenulisan tidak maksimal, dia kerap menegur langsung atau melalui grup, sehingga semangat kembali hidup. Materi yang diajarkan Gus Anam sebenarnya hal umum, namun yang begitu terasa darinya adalah nuansa keikhlasan.
Gus Anam memang selalu mengambil langkah dan cara pandang beda. Dia menjadi santri angkatan pertama Gus Dur di Pesantren Ciganjur. Ia merasakan betul bagaimana rasanya menjadi santri seorang Gus Dur yang kiai, bukan Gus Dur yang mantan presiden atau Gus Dur yang aktivis sosial-kemanusian. Karena itu, ketika haul Gus Dur rutin dibanjiri tulisan bertema pluralisme, toleransi, kebangsaan, Gus Anam justru menulis esai berjudul ‘Lima Buku yang Direkomendasikan Gus Dur untuk Santri’. Lima buku itu rata-rata membahas tentang pertanian dan ekonomi.
Sebagai santri Gus Dur, Gus Anam di Facebook juga kerap mengupas sosok lain Gus Dur. Dia berulangkali menulis sosok Gus Dur sebagai Kiai di Kampung yang memberikan pengajian kepada para santrinya. Itu dilakukan Gus Dur pasca lengser dari Presiden.
Meskipun berkiprah di banyak tempat dan tentu saja punya jaringan luas, Gus Anam tetap mempertahankan menjadi sosok yang sederhana dan bersahaja. Tampilan busana dia di KompasTV pada saat Ramadhan kemarin banyak dikomentari kawan-kawannya karena kelewat sederhana. Tidak hanya tampilannya, pilihan hidupnya juga termasuk sederhana.
Bayangkan saja, dia dekat dan akrab dengan tokoh besar seperti KH As’ad Said Ali (mantan Wakil Kepala BIN dari sipil terlama), namun kehidupan Gus Anam tetap bersahaja. Dengan koneksinya yang luas (lihat saja berapa ratus orang yang menangisi kepergiannya di facebook, twitter, dan instagram), baru pada 2019 akhir dia mengajukan diri menjadi bagian Tim Media Center Haji Kementerian Agama untuk tahun 2020.
Dia mengajukan diri sebagai wartawan haji saat posisinya sudah di puncak. Artinya, dia mengajukan diri sebagai wartawan haji pascalima belas tahun lebih mengurus NU Online dan sekitar sembilan tahun menggawangi media MUI. Padahal syarat menjadi wartawan haji cukup tiga tahun pengalaman sebagai jurnalis.
Tentu saja dia dengan mudah lolos dan ditetapkan sebagai panitia haji. Namun karena pandemi, sampai akhir hayatnya, Gus Anam belum menjalankan rukun Islam kelim ini.
Dalam status Facebook panjangnya 8 Juni 2021 berjudul “Haji di Zaman Dulu Sekali, Agak Dulu dan Masa Sekarang”, di salah satu komentar, dia ditanya bagaimana kabar Haji Abidin (haji atas biaya dinas). Dia menjawab dengan emoticon senyuman bahwa Haji Abidin (dirinya) belum berangkat. Allah SWT memang tidak mengundang Gus Anam ke Baitullah di Makkah, tapi Allah SWT mengundangnya ke Baitullah yang abadi. Alfaatihah. (Azhar/ Nashih)
Leave a Reply