Orkestrasi Industri Halal dan Pemulihan Ekonomi di Jawa Timur

SURABAYA— Jawa Timur harus turut serta melakukan transformasi ekonomi, dengan cara segera mengubah dari sektor-sektor yang selama ini menjadi andalan Jawa Timur tetapi belum memiliki nilai tambah tinggi dikurangi proporsinya ke industri bernilai tambah tinggi, salah satunya industri halal.

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Prof Badri Munir Sukoco, saat menjadi salah satu pembicara di acara webinar yang diselenggarakan MUI Jawa Timur dengan topik “Membaca Arah Ekonomi dan Ekosistem Industri Halal di Jawa Timur Pascapandemi” belum lama ini, mengatakan syarat menjadi negara yang keluar dari middle income trap serta mewujudkan negara maju 2045 adalah pendapatan perkapita diatas 12 ribu. Dimana harus tumbuh 4 kali lipat dalam kurun waktu 24 tahun.

“Inilah tantangan bagi Indonesia dan harus dilakukan tidak bisa hanya Jakarta akan tetapi seluruh daerah termasuk Provinsi Jawa Timur salah satunya dengan mengembangkan industri bernilai tambah tinggi seperti industri halal,” katanya, sebagaimana dikutip MUIdigital, Kamis (18/11).

Menurutnya, pendekatan industri halal dengan konsep ekosistem harus dilakukan, karena yang selama ini dilakukan ketika mengembangkan industri selalu menggunakan pendekatan sistem.

Masing-masing pemain bergerak sesuai tugasnya, sedangkan bila menggunakan pendekatan ekosistem, maka yang terbangun adalah masing-masing pemain akan saling melengkapi.

“Hal ini juga dengan konsep dan aturan main yang jelas, sehingga para pemain sudah bisa memproyeksikan nilai tambah serta keuntungan apa yang didapat dari ikut dalam industri halal, sehingga semuanya akan berkontribusi secara optimal,” terangnya.

Dia menambahkan, untuk industri halal di Jawa Timur juga perlu ditentukan target pasarnya, apakah global, nasional atau lokal, termasuk dalam hal pengembangan pariwisata halal. “Potensi wisata-wisata religi bisa dikembangkan dengan mengoptimalkan banyak pemain di dalamnya,” ujar dia.

Covid-19 menurun
Sementara itu, kondisi Covid-19 di Indonesia khususnya Jawa Timur saat ini sudah menurun dengan sangat drastis. Oleh karena itu, dikotomi antara mana yang lebih dipentingkan antara ekonomi dan kesehatan sudah dapat berjalan beriringan.

Dan kabar bahwa Jawa Timur sudah memasuki level 1 PPKM menjadi angin segar untuk ekonomi Jawa Timur agar lekas bangkit di tengah pandemi.

Prof Badri, menyatakan untuk membangkitkan ekonomi tentu ada beberapa syarat, yang pertama tentu dari sisi customer confidence index.

Dia menulilkan survei yang dilakukan BI pada September terlihat bahwa kepercayaan diri yang dimiliki penduduk Indonesia yang memiliki pendapatan Rp5 juta sangat optimis.

“Sedangkan yang pendapatannya masih Rp2-1 juta masih pesimis. Secara umum CCI Indonesia cukup baik dan ini menjadi dasar,” katanya.

Kedua, dari sisi umur yang berumur senior dan pada rentang umur 20-30 tahun optimis bahwa ekonomi akan bangkit. “Sedangkan pada rentang usia 31-50 tahun cenderung agak pesimis,” terangnya.

Selain itu, Consumer Expectation Index juga mempengaruhi. Orang-orang bisnis terlihat bahwa sangat percaya bahwa ekonomi akan membaik, job avalaibility juga membaik, income expectation juga makin membaik.

“Tentu hal ini dapat dilakukan secara umum jika kasus Covid-19 semakin membaik. Dari sini kita harus tetap berhati-hati agar tidak mengikuti Jerman yang saat ini sedang bermasalah,” ujar dia. (Infokom MUI Jatim/ Nashih)



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia