■ Oleh: Asnawin Aminuddin, Komisi Komunikasi dan Informasi MUI Sulsel
OPINI, muisulsel.com — Nabi Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah syubhana wa ta’alla memiliki banyak keistimewaan. Salah satu keistimewaan beliau adalah diberi umur panjang, bahkan sangat panjang. Nabi Adam konon berusia sekitar 1000 tahun.
Siti Hawa, istri Nabi Adam, dalam berbagai riwayat disebutkan melahirkan sebanyak 20 kali, dan setiap melahirkan selalu kembar. Dengan demikian, Adam dan Hawa memiliki anak sebanyak 40 orang, terdiri atas 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.
Apakah ada manusia di zaman sekarang ini yang usianya hingga 1000 tahun seperti Nabi Adam? Apakah ada wanita di zaman sekarang ini yang mampu melahirkan sebanyak 20 kali dan setiap melahirkan selalu anak kembar? Jawabannya tentu saja, “Tidak ada.”
Nabi Nuh konon berusia lebih dari 1000 tahun. Dalam usianya yang sangat panjang itu, Nabi Nuh disebutkan berdakwah selama 950 tahun, terhitung sejak beliau diangkat menjadi nabi dan rasul.
Allah ta’alla menyebutkan dalam Al-qur’an, Surah Al-Ankabut, surah ke-29, ayat 14, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Mengapa Nabi Adam dan Nabi Nuh bisa berusia hingga 1000 tahun, sementara kita, umat Muhammad, bahkan Rasulullah SAW sendiri, rata-rata hanya berusia kurang dari 100 tahun. Rasulullah sendiri hanya berusia sekitar 62 tahun.
Salah satu penyebabnya mungkin karena tubuh Nabi Adam dan tubuh Nabi Nuh memang jauh lebih besar dan jauh lebih tinggi dibanding tubuh Nabi Muhammad dan manusia akhir zaman.
Dalam berbagai riwayat disebutkan tinggi badan Nabi Adam sekitar 60 hasta. Hasta adalah ukuran panjang yang diukur dari ujung jari tengah hingga siku. Satu hasta disepakati panjangnya sama dengan 45 sentimeter.
Jika dikalikan, 60 hasta dikalikan 45 sentimeter, maka jumlahnya sama 2.700 sentimeter atau 27 meter. Dengan demikian, maka tinggi badan Nabi Adam diperkirakan sekitar 27 meter, sementara tinggi badan rata-rata manusia sekarang ini kurang dari 2 meter.
Maka wajar kalau Nabi Adam bisa berusia sekitar 1000 tahun. Mungkin tidurnya juga tidak seperti kita sekarang ini. Boleh jadi, Nabi Adam dan manusia pada zamannya, satu kali tidur mungkin tidurnya berhari-hari atau berminggu-minggu lamanya, sementara kita hanya tidur antara lima jam hingga delapan jam per hari.
Ulang Tahun
Sekarang ini, banyak orang yang berdo’a agar umurnya dipanjangkan. Banyak orang yang setiap tahun merayakan ulang tahunnya dan meminta kepada keluarga dan teman-temannya agar mendo’akan dirinya panjang umur.
Dalam acara peringatan hari ulang tahun, mereka menyanyikan lagu, “Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya, serta mulia, serta mulia, serta mulia”. Lagu ulang tahun ini sebenarnya bukan lagu Islami. Lagu ini berasal dari tradisi orang Nasrani (Kristen).
Acara perayaan ulang tahun sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa shallam tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Rasulullah juga tidak pernah berdo’a agar umurnya dipanjangkan.
Usia Rasulullah terbilang paling pendek dibandingkan nabi-nabi sebelumnya, kecuali Nabi Isa yang hanya berusia sekitar 33 tahun pada saat diangkat ke langit.
Rasulullah pernah diberi tawaran dari Allah ta’alla untuk diperpanjang umurnya, tetapi beliau menolak. Nabi Musa juga pernah ditawari umur panjang, tetapi beliau menolak.
Peringatan Allah
Sekarang, justru banyak orang yang berdo’a agar umurnya dipanjangkan. Untuk apa meminta umur panjang? Orang yang panjang umurnya kebanyakan tidak produktif lagi di usia tua, bahkan ada yang jadi pikun.
Dan celakanya, ada juga orang tua yang karena dianggap tidak lagi bisa mengurus dirinya sendiri dan dianggap membebani keluarga, akhirnya dibawa ke panti jompo.
Niat sang anak atau keluarganya mungkin baik, supaya orang tua mereka bisa mendapat perawatan dan bisa berkumpul sesamanya orang jompo, tapi orang tua yang dibawa ke panti jompo belum tentu senang, belum tentu bahagia.
Di sisi lain, dimana hati nurani Anda sebagai anak yang telah dihamilkan selama sembilan bulan lebih, dilahirkan, diberi ASI, dirawat, dibesarkan, dididik, disekolahkan, hingga akhirnya bekerja dan berkeluarga, tapi setelah itu orang tua yang melahirkan Anda, Anda bawa ke panti jompo, hanya karena dianggap tidak bisa lagi mengurus diri sendiri atau dianggap hanya menjadi beban keluarga.
Tentang umur yang panjang ini, Allah ta’alla sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an, Surah Yasin, surah ke-36, ayat 68, “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya, (lemah). Maka, mengapa mereka tidak mengerti?”
Dalam ayat lain, Surah An-Nahl, surah ke-16, ayat 70, Allah ta’alla berfirman, “Dan Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu; di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa.”
Jangan Meminta Mati
Meskipun tidak disarankan untuk meminta umur panjang, kita juga dilarang meminta agar kematian kita dipercepat. Kita dilarang berputus asa, meskipun kita mendapat cobaan berat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa shallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, bersabda, “Jangan kamu minta mati kepada Allah karena masalah yang Allah berikan kepadamu, akan tetapi lebih baik engkau berdo’a kepada Allah, ‘Ya Allah, hidupkan aku selama Engkau izinkan aku hidup dalam keadaan yang baik buat aku, dan wafatkanlah aku apabila Engkau kehendaki aku wafat dalam keadaan yang baik buat aku.”
Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Manusia yang terbaik (adalah) orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Sebaliknya, “Orang yang terburuk (adalah) orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR. Ahmad)
Orang Yang Dipanjangkan Umurnya
Sebenarnya tanpa meminta, Allah ta’alla bisa saja memperpanjang umur manusia. Salah satu kisah orang yang diperpanjang umurnya oleh Allah, terjadi pada zaman Nabi Ibrahim.
Suatu hari, Nabi Ibrahim kedatangan seorang tamu, yang tak lain ialah sahabat sekaligus muridnya sendiri. Setelah tamunya pergi, datanglah Malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa.
“Siapa anak muda yang tadi mendatangimu, wahai Ibrahim?” tanya Malaikat Izrail.
“Itu sahabat sekaligus muridku,” jawab Ibrahim.
“Ada apa dia datang menemuimu?” tanya Malaikat Izrail.
“Dia menyampaikan akan melangsungkan pernikahannya besok pagi,” jawab Nabi Ibrahim.
“Sayang sekali,” kata Malaikat Izrail.
“Sayang kenapa?” tanya Nabi Ibrahim.
“Saya diperintahkan mencabut nyawanya malam ini,” jelas Malaikat Izrail.
Setelah berkata seperti itu, Malaikat Izrail pun langsung pergi meninggalkan Nabi Ibrahim.
Hampir saja Nabi Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, untuk mensegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu. Tapi langkahnya terhenti. Nabi Ibrahim memilih membiarkan kematian dan umur manusia menjadi rahasia Allah.
Keesokan harinya, Nabi Ibrahim pergi ke rumah muridnya dan menyaksikan anak muda tersebut melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabi Ibrahim malah melihat anak muda itu panjang umurnya.
Hingga muridnya itu berumur 70 tahun. Ketika itulah Malaikat Izrail datang dan Nabi Ibrahim langsung bertanya kepadanya.
“Apakah tempo hari engkau berbohong kepadaku? Bukankah engkau mengatakan akan mencabut nyawa muridku itu pada malam sebelum ia menikah? Nyatanya, ia masih hidup sampai saat ini dan usianya sudah 70 tahun?” tanya Nabi Ibrahim.
“Saya memang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencabut nyawanya pada malam itu, tapi Allah menahannya,” ungkap Malaikat Izrail.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawanya ketika itu?” tanya Nabi Ibrahim.
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut mensedekahkan separuh kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan memanjangkan umurnya, hingga engkau masih melihatnya hidup sampai saat ini,” tutur Malaikat Izrail.
Perbanyak Beribadah
Dari kisah tersebut, kiranya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa umur manusia itu sudah ditentukan oleh Allah ta’alla. Tidak perlu berharap panjang umur. Tidak perlu berdo’a panjang umur.
Perbanyak saja beribadah. Shalat lima waktu secara berjamaah di masjid, shalat di awal waktu, rajin berpuasa, rajin shalat malam, rajin bersedekah, rajin membantu orang lain, rajin bersilaturrahim, dan sebagainya.
Jika Allah menghendaki, dengan ibadah kita, dengan sedekah kita, dengan silaturrahim kita sesama manusia, insya Allah umur kita diperpanjang agar dapat lebih lama beribadah dan melakukan kebajikan.■
Leave a Reply