Menyongsong 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Penuh Maghfirah
Dr. Hj. Siti Nurjanah, M. Ag
Rektor IAIN Metro
Bulan ramadhan terdiri dari beberapa fase, fase pertama disebut rahmah yaitu Allah swt, memberikan kasih sayangnya kepada hamba dalam segala lini. Terlebih adalah orang-orang yang beriman, yang secara khusus mendapatkan perintah agung dan mulia sekaligus menguji dengan rasa kasih sayangnya dengan sapaan yang penuh perhatian, yaitu sebutan khusus yaitu “wahai orang-orang yang beriman”. Pada fase sepuluh hari kedua ini, adalah fase transisi setelah Allah menurunkan rahmat-Nya, kemudian Allah memberikan maghfirah dengan dijanjikannya dalam sebuah hadis nabi Muhammad saw, “Barang saiap yang berpuasa dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang” (HR. Bukhari Muslim).
Pada fase pertama biasanya masjid, mushala dipenuhi dengan jama’ah shalat tarawih, mereka berbondong-bondong untuk berangkat menuju tempat-tempat ibadah dengan ukhuwah islamiyyah dan hati yang tulus ikhlas yang dibarengin dengan rahmah Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Fase pertama ini memberikan peluang kepada kaum muslimin untuk diuji keimanannya sehingga mampu memasuki fase kedua yang juga mengandung nilai ibadah yang tinggi hasilnya
Kemudian masuklah pada fase kedua, yakni suatu fase pengampunan (maghfirah), maksudnya adalah barang siapa yang dapat melewati fase sepuluh hari kedua, maka Allah swt., senantiasa akan memberikan maghfirahnya kepadanya. Betapa mulianya Allah sang Maha Pengampun, yang berkehendak mengampuni setiap hamba-Nya, bahkan dikatakan oleh baginda Rasulullah, bagi siapa saja yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah senantiasa mengharamkan jasadnya untuk masuk kedalam api neraka. Begitu mulianya ramadhan, rasa bahagia menyambut datangnya bulan ramadhan saja Allah mengharamkan jasad seorang hamba yang bahagia menyambutnya masya Allah.
Sebagai manusia yang secara filosofi berasal dari kata nasia yansa, yaitu selalu melekat pada dirinya dosa dan kesalahan, atau dalam filosofi Jawa disebut menungso (menus-menus isine doso), yaitu makhluk yang penuh dengan dosa, bahkan dikatakan setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, bahkan Rasulullah mengajari kepada kita untuk memperbanyak istighfar, sebagai ikhtiar hamba untuk menghapus segala kesalahan dan dosa. Dan pada saat inilah Allah membuka peluang besar bagi hamba-Nya untuk senantiasa masuk dalam lingkaran keimanan yang menjadi bekal untuk dapat menjalankan ibadah puasa yang merupakan washilah untuk menggapai ketaqwaan di sisi-Nya.
Semoga dengan spirit iman, amal dan taqwa ini Allah swt, senantiasa memberkahi kita di bulan nan suci dan mulia ini yaitu keberkahan yang tiada berhenti, karena Dialah satu-satunya pemilik kemulyaan dan barang siapa yang mengharapkan kemulyaan, hendaklah mengharapkan dari-Nya. Agar kita semua dapat menjalani fase kedua dengan selamat dan mendapat maghfirah dariNya, sehingga dapat menggapai fase ketiga, yaitu dijauhkan dari siksa api neraka, sehingga kita pada akhirnya mendapatkan kemenangan berupa Idul fitri.
Leave a Reply