Menjaga Istiqamah Agar Menjadi Akhlak
Dr. Siti Nurjannah, M.Ag
Rektor IAIN Metro
Marhaban ya ramadhan, bulan penuh keberkahan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai makhluk sempurna dengan sebaik-baiknya bentuk, dalam bahasa al Qur’an disebut “bi ahsani taqwiim” sebaik-baiknya bentuk tidak berarti sebaik-baiknya rupa, karena mungkin burung merak lebih indah, atau makhluk lain ciptaan Allah ada yang lebih indah dari manusia, namun manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk. Di antara kesempurnaan dari anugrah Allah kepada munusia adalah akal yang sehat, sebagai sarana untuk berfikir, juga di sisi lain Allah swt., menganugrahkan agama kepadanya sebagai obor agar akal dapat berfikir dengan sehat dan bermaslahat.
Di sisi lain, Allah swt., juga menganugrahkan hawa nafsu agar manusia memiliki keinginan, posisi nafsu ini berada di belakang otak, sehingga sering kali mempengaruhi dan menyetir otak, meskipun demikian, otak haruslah dapat mengendalikan nafsu dan bukan dikendalikannya, sebuah ungkapan bijak yang mengatakan, nafsu itu seperti halnya anak kecil yang sulit dilepaskan dengan ibunya, jika dia tidak dilatih untuk di sapih, maka dia akan selalu mengikuti ibunya, begitu juga nafsu jika tidak dilatih untuk dikendalikan, maka dia akan selalu mengendalikan kita.
Dalam konteks ibadah, istiqamah merupakan hal penting yang harus dilatih, dibiasakan dan dilestarikan, karena diajarkan oleh Rasulullah muhammad saw, “al istiqaamatu khairun min alfi karaamatin” Istiqomah adalah lebih baik dari seribu kemuliaan.
Kemaksiatan merupakan hal yang dapat mengancam istiqamah, sehingga dapat mengikis keimanan kita, yang kemudian iman dapat bertambah dengan ketaatan kepada allah swt, sebagaimana sabdanya, Iman seseorang akan bertambah dan akan berkurang dan bahkan hilang, yang dikatenakan amal baik atau amal buruknya. Taat kepada allah swt., berarti menjalankan segala yang diperintahkan Allah swt., dengan penuh ketulusan, keikhlasan dan istiqamah serta tawakkal kepada allah swt., sedangkan berkurangnya ketika manusia melupakan Allah dan bahkan mentaati syaithan, yang mana syaithan akan selalu mengendalikan hawa nafsu kita untuk digiring kearah kemaksiatan dan kemudharatan dan menjerumuskan pada lembah hitam yang dapat merusak hati untuk beristiqamah.
Pada bulan yang suci ini, kita telah berlatih istiqamah selama ramadhan, dengan modal iman. Istiqamah yang kita lakukan akan senantiasa membekas pada setiap insan yang beriman, baik shalat malamnya, tadarrusnya, amal sunah lainnya selama ramadhan seharus benar benar menancap pada relung relung sanubari kita, sehingga selepas ramadhan kita masih istiqamah me jalankan segala yang melekat kepada kita, dan itulah hakekat kataqwaan yang kita dapatkan selama ramadhan. Semoga kita semua dalam naungan ramadhan penuh keberkahan.amin
Leave a Reply