Makassar, muisulsel.com – Setiap manusia yang lahir di dunia ini pastilah disambut gembira oleh seluruh keluarganya terlebih lagi bagi kedua orang tuanya.
Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Rabiul awal di mana bulan tersebut adalah bulan kelahiran nabi kita Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.
Manusia yang paling banyak dan paling tinggi jasanya terhadap umat Islam adalah Nabi Muhammad saw sebab Nabi sangat peduli dan sangat cinta kepada kita sebagai umatnya. Jika dengan manusia lain saja baik dan peduli terhadap kita dan kita senang, terlebih lagi pada Nabi saw.
Pada tiap-tiap negara di dunia ini, ada bermacam-macam cara umat Islam dalam menyambut Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Seperti di Mesir, di mana masyarakat akan membuat makanan-makanan yang istimewa semisal kue yang dibuat hanya pada acara-acara tertentu saja dan juga banyak berdiri kios-kios jajanan makanan di pinggir jalan dan makanan itu dihadiahkan untuk anak-anak kecil agar mereka ikut bergembira karena menyambut bulan Maulid tersebut.
Pada perayaan Maulid ini ada pula sejumlah kalangan yang menganggap bahwa perayaan Maulid itu adalah bid’ah dengan dalil tidak pernah dilakukan oleh Nabi berdasarkan hadits riwayat Bukhari Muslim, “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam agama yang tidak bersumber daripada Nabi maka itu tertolak”, dan lagi hadis riwayat At Tirmidzi dan Nasa’i menyebutkan, “Saya ingatkan kalian dalam baru-barukan dalam agama, karena setiap yang baru-barukan itu adalah bidah dan semua bidah adalah kesesatan dan semua yang sesat adalah neraka “.
Memang benar soal hadits ini, Tetapi bagaimana pemahaman kita terhadap hadits tersebut. Lalu apa yang kita lakukan di bulan Maulid, Apakah hal itu menyimpang dari syariat Islam ataukah tidak. Pada acara Maulid ini umat Islam saling mengajak dan berkumpul di masjid-masjid atau tanah lapang lalu mengundang Ustaz untuk berdakwah. Hal ini adalah salah satu dari syiar Islam, disamping itu juga umat Islam melakukan sholawat pada perayaan Maulid Nabi.
Ketika diturunkannya surah al-Insyirah pada ayat keempat menyebutkan, “Dan kami telah mengangkat sebutan namamu Muhammad,”. Malaikat Jibril menjelaskan tentang makna ayat ini bahwa tidaklah disebut nama Allah jika nama Nabi Muhammad tidak disebutkan bersanding dengan nama Allah swt.
Salah satu perintah Allah di dalam Alquran yakni mengagungkan nabi dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, Lalu apakah yang salah dalam perayaan Maulid Ini sementara kita bershalawat di dalamnya termasuk dalam pembacaan kitab Barzanji.
Menurut ulama besar Syafi’iyah, Ibnu Hajar Al Haitani mengatakan dalam kitabnya menjelaskan bahwa Sayyidina Abu Bakar As Siddiq berkata, “Barangsiapa yang membelanjakan hartanya satu dirham untuk pembacaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam maka dia akan bersama saya di surga nanti.” Kemudian Sayyidina Umar Radhiyallahu Anhu berkata, “Barang siapa yang mengagumkan dan membesarkan Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam maka dia telah menghidupkan agama Islam”.
Syaiful Islam Ma’mun menjelaskan bahwa mengapa para ulama Salafus Saleh tidak melakukan Maulid Nabi, Sebab mereka masih sangat dekat dengan masa Rasulullah dan mereka masih kental dengan para sahabat dan penerus sahabat.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu yakni hingga hampir ribuan tahun, sepakatlah para ulama untuk mengadakan Maulid Nabi untuk mendekatkan kembali dan mengingat kembali ajaran Rasulullah saw. (NAP)
Simak video lengkapnya
The post HIKMAH HALAQAH: Sudut Pandang Maulid Nabi appeared first on MUI Sul Sel.
Leave a Reply