Syekh Abdullah memiliki gelar Dt Jabok karena perawakannya yang besar dan ber-jabok (bulu). Ayahnya adalah Tuanku nan Banyak Dt Perpatih nan Sabatang wakil Tuanku nan Bonjol untuk urusan Pengadilan dan Hakim pada masa paderi.
Di VII Koto Tuanku nan Banyak bahu membahu dengan Tuanku nan Biru Dt Bandaro nan Itam dalam bidang Pemerintahan di sekitar daerah Mudiak, Suliki, Limbanang, Guguak, Mungka, Kubu Godang, Taeh Baruah, Padang Japang, Dangung-Dangung, Koto Kociak, yang lebih dikenal dengan parik (parit) gadang atau daerah kubu pertahanan Tuanku nan Biru.
Syaikh Abdullah berasal dari suku Koto dilahirkan di Padang Japang pada tahun 1830. Waktu Syekh Abdullah lahir, situasi sosial politik Minangkabau pada waktu itu sedang hangat-hangatnya Perang Paderi. Ia merupakan murid tertua dari Syekh Taram (Beliau surau Durian) dan dari Syekh Kumai serta Tuanku Gadut yang semuanya merupakan ulama-ulama besar Minangkabau pada masanya.
Setelah menamatkan pelajarannya, langsung membuka surau di Padang Japang pada tahun 1854. Tidak lama setelah itu, beliau pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Pada tahun 1857, beliau kembali ke kampung halamannya dan mengajar kembali mengajar di surau kembali.
Diantara murid-muridnya yang kemudian dikenal sebagai ulama terkemuka di daerah mereka masing-masing antara lain adalah Engku Mudo Karuang Sicincin, Engku Sutan Air Tabit, Engku Capuak Air Tiris, Engku Lima Puluh di Malalo, dan juga anak-anaknya Syaikh Muhammad Shalih Pariaman, Syaikh Mustafa Abdullah Padang Japang, dan Syaikh Abbas Abdullah Padang Japang.
Syekh Abdullah memiliki istri bernama Seko yang berasal dari Pitopang nagari Padang Japang, berasal dari keluarga hartawan yang taat beragama. Syekh Abdullah memiliki enam orang anak dari tiga orang istri.
Yang tertua bernama Syekh Muhammad Shalih, yang kedua Syekh Mustafa Abdullah dan merupakan saudara seayah seibu Syekh Abbas Abdullah. Sedangkan dari ibunya yang lain terdapat saudaranya yang lain yaitu Syekh Muhammad Said, Sa’adah dan Sa’adud.
Leave a Reply