JAKARTA — Wakil Ketua Umum MUI KH. Muhyiddin Junaidi menyampaikan bahwa Indonesia dengan penduduk Muslim sekitar 88,2 persen, sudah semestinya memberikan kontribusi terhadap umat Islam di dunia.
Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara-negara Islam mayoritas lainnya seperti di Timur Tengah. Di Indonesia, kata dia, hampir tidak pernah ada konflik antara sesama umat Islam di Indonesia. Kalaupun ada, itu bukan murni konflik, namun lebih banyak disusupi kepentingan politik.
“Nyaris tidak ada konflik antar umat maupun dengan penganut agama lain kecuali memang dipengaruhi unsur politik. Saatnya kita tampil di dunia internasional menunjukkan bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang diterima global,” ujarnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, Selasa (30/06) malam di Zoom.
“Karena kita tidak menampilkan Islam yang radikalis maupun liberalis, namun Islam yang wasathy, Islam yang sangat kompatibel dengan nilai demokrasi yang sebagian dijadikan rujukan negara maju di dunia,” imbuhnya.
Keterlibatan Muslim Indonesia di tingkat global ini penting karena menurutnya, tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak ada umat Islamnya. Semua negara anggota PBB ada umat Islamnya. Di tujuh belas negara kecil di Pasifik Selatan, seperti Vanuatu dan lain sebagainya, selalu ada pemeluk Islamnya.
Selain itu, kata dia, konflik bersenjata yang terjadi sejak tahun 2011 di Timur Tengah justru memberikan keberkahan tersendiri. Masyarakat Timur Tengah yang kemudian menjadi imigran di negara minoritas Muslim di Eropa, mempraktekkan Islam di sana dengan baik.
“Alhamdulillah , di negara Eropa itu para imigran Muslim walaupun sedikit yang pindah agama, namun secara umum meraka masih tetap mempertahankan agama mereka dan membangun perdaban Islam di negara tujuannya masing-masing,” katanya.
Dia mengatakan, saat ini banyak negara sedang melirik Indonesia sebagai role model Islam moderat. Menurutnya, negara-negara Timur Tengah sekalipun banyak ulama hebat, namun implementasi Islam damai di dunia nyata mereka belum terwujud nyata sekarang.
“Kita semua tahu di sana ada yang namanya ulama kuffah, ada ulama basrah, tapi saat ini, hanya tinggal nama karena mereka sudah terkooptasi oleh kepentingan politik jangka pendek. Kita punya, harus punya amunisi yang lebih kuat,” paparnya. (Azhar/Din)
Leave a Reply