KEDIRI— Jumat (11/06) hari ini LDII mencetak sejarah baru. Sebab, setelah 70 tahun, baru hari ini ada imam dan khatib shalat Jumat di Masjid Pusat LDII Kediri yang bukan berasal dari internal LDII. Sekretaris Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI, KH Dr Ali M Abdillah, bertindak sebagai Khatib, sedangkan anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Jawa Timur sekaligus Wakil Rektor IAIN Kediri Dr H Ahmad Subakir menjadi Imam.
“Alhamdulillah, ini menjadi satu langkah kemajuan yang sebelumnya tidak mungkin dan sulit diterima oleh cara pandang LDII. Satu harapan besar kita sudah terlaksana, ” ungkap Kiai Ali usai menjadi khatib di Masjid Pondok Pesantren Wali Barokah Pusat LDII, Kediri, Jawa Timur.
Dia menyampaikan, langkah kemajuan ini berkat kerjasama semua pihak khususnya tim pendahulu MUI, tim MUI Jatim, MUI Kediri, maupun Pimpinan Pusat LDII di Jakarta dan Kediri. Dari MUI, selain Kiai Ali dan Kiai Subakir, ada pula Ketua Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Dr Firdaus Syam.
“Ini langkah awal yang sangat kami syukuri. Kita menuju kepada pembinaan yang lebih lanjut. Semoga juga dapat bertemu tokoh LDII yaitu Abdul Aziz seperti yang direncanakan,” kata Kiai Ali.
Keberhasilan Kiai Ali menjadi khatib dan Kiai Subakir menjadi Imam di Markas Pusat LDII ini menunjukkan keseriusan LDII mewujudkan komitmen ruju’ ilal haq (kembali kepada kebenaran) dengan paradigma baru.
Meskipun pada 2006 LDII pernah menyatakan akan menjalankan paradigma baru, namun sampai belakangan ini belum banyak dilaksanakan. Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI secara diam-diam juga masih menemukan praktik paradigma lama. Kemauan LDII Pusat di Kediri mengundang MUI menjadi imam dan khatib shalat Jumat ini menunjukkan bahwa LDII kali ini serius menjalankan paradigma baru.
“Semoga langkah di pusat LDII ini bisa diikuti Masjid-masjid LDII yang lain. Untuk Masjid di Kantor Pusat LDII Pondok Pesantren Wali Barokah, akan ditindaklanjuti MUI Kediri. Ini sebagai komitmen LDII dalam melaksanakan Paradigma baru, ” ujar Kiai Ali.
“Diharapkan, setelah tanda tangan surat pernyataan, LDII semakin serius dalam melaksanakan paradigma baru. Selanjutnya, MUI akan terus membina LDII melalui lintas Komisi seperti Komisi Fatwa, Komisi Dakwah, Komisi Pendidikan dan Kaderisasi, Komisi Informasi dan Komunikasi, dan Komisi Hukum,” kata Kiai Ali.
Komitmen LDII untuk menjalankan paradigma baru dan Komitmen MUI membantu LDII tetap menjalankan paradigma baru ini karena pada 27 April 2021, Pimpinan LDII hadir di kantor MUI Pusat. Pada pertemuan tersebut, Ketua DPP LDII Chriswanto Santoso dan Sekretaris Umum LDII Dody Taufiq Wijaya menandatangani surat pernyataan menjalankan paradigma baru.
Ketua MUI Bidang Pengkajian dan Penelitian, Prof Utang Ranuwijaya, menyampaikan pada pertemuan tersebut ada tiga hal yang disepakati. Tiga hal itu adalah tidak ada amir dalam jamaah LDII, ajaran Islam Jamaah tidak dipakai di LDII, dan mewajibkan warga LDII menjalankan paradigma baru.
Dia berharap pasca sejarah baru yang tercipta siang tadi, MUI bisa bertemu langsung dengan imam LDII yaitu Imam Abdul Aziz. Pertemuan ini agar memastikan bahwa amir mendukung LDII menjalankan paradigma baru secara sungguh-sungguh, konsisten, dan konsekuen.
“Langkah berikutnya yang masih harus dilaksanakan oleh perwakilan Tim adalah bertemu dengan Imam Abdul Aziz yang disebut sebut sebagai amir/imam jamaah LDII. Pertemuan itu kami harapkan bisa terjadi. Sehingga memastikan bahwa amir mendukung LDII menjalankan paradigma baru secara sungguh-sungguh, konsisten, dan konsekuen,” ujarnya Jumat (11/06).
Saat ini, rencana pertemuan dengan Imam Abdul Aziz itu masih dalam proses pembicaraan. Sabtu (12/06) besok, giliran Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH Marsudi Syuhud yang akan hadir ke Markas Pusat LDII Kediri. Beliau akan menyampaikan pidato kebangsaankebangsaan. (Azhar/Nashih)
Leave a Reply