Alasan Mengapa Bunuh Diri Dilarang Islam?

Kasus bunuh diri mahasiswa Universitas Brawijaya berinisial NW, menghebohkan warganet. Wanita tersebut bunuh diri dengan meminum racun di makam sang ayah, belakangan diketahui dia depresi setelah dipaksa melakukan aborsi oleh sang pacar.

Terlepas dari kasus tersebut, jika diamati bersama mengenai bunuh diri sendiri, berbagai hal bisa menjadi penyebab seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Tentu, Islam memiliki pandangan sendiri mengenai bunuh diri. Lantas, bagaimana pandangan Islam tentang bunuh diri ini?

Mengutip dari Buku Pendidikan Agama Islam, karya Drs H Muslimin, menjelaskan bunuh diri sebagai hilangnya nyawa seseorang yang disengaja dengan alat. Islam melarang penghilangan nyawa baik melalui pembunuhan terhadap orang lain, maupun diri sendiri. Dalil mengenai larangan bunuh diri tercantum dalam surat An Nisa ayat 29:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Mahapenyayang kepadamu.”

Melihat dalil tersebut, tampak jelas Allah
ﷻ secara tegas melarang tindakan bunuh diri. Sesulit apapaun ujian yang kita rasakan, kita harus yakin Allah ﷻ akan menolong hambanya-Nya. Lantas, mengapa bunuh diri dilarang?

Mengutip jurnal berjudul “Kontribusi Penyuluh Agama dalam Meminimalisasi Bunuh Diri,” karya Moh Rosyid memaparkan, dilarangnya bunuh diri karena sejumlah faktor yaitu yang pertama, mendahului kehendak Allah ﷻ (dalam hal kematian).

Kedua, menandakan kita tidak siap menerima realitas dan dinamika kehidupan yang menimpa. Ketiga, menandakan ketidaksiapsiagaan menyongsong masa depan yang tidak lekang dari tantangan dan halangan-rintangan.

Selain bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang, orang yang membunuh dirinya sendiri dengan menggunakan suatu benda atau cara, kelak di hari kiamat akan dihukum dengan benda atau cara tersebut di dalam neraka. Hal itu dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad ﷺ yang berbunyi:

مَن حَلَفَ علَى مِلَّةٍ غيرِ الإسْلامِ فَهو كما قالَ، وليسَ علَى ابْنِ آدَمَ نَذْرٌ فِيما لا يَمْلِكُ، ومَن قَتَلَ نَفْسَهُ بشيءٍ في الدُّنْيا عُذِّبَ به يَومَ القِيامَةِ، ومَن لَعَنَ مُؤْمِنًا فَهو كَقَتْلِهِ، ومَن قَذَفَ مُؤْمِنًا بكُفْرٍ فَهو كَقَتْلِهِ

“Barangsiapa yang bersumpah dusta atas nama agama selain Islam, maka dia seperti apa yang diucapkannya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengan benda tersebut di neraka jahannam. Melaknat seorang mukmin sama seperti membunuhnya. Barang siapa yang menuduh seorang mukmin sebagai kafir maka dia seperti telah membunuhnya.” [HR Al Bukhari (6105) dan Muslim (110)]

Dalam menghadapi realitas dan dinamika kehidupan, sebagai umat Islam sudah sepatutnya untuk terus bertawakal kepada Allah ﷻ dan ketahuilah Dia akan memberi ketenangan dari katakutan yang ada. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311.

Ibnul Qayyim berkata, “Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfaat. [Taisirul Azizil Hamid hal 503]

Umat Islam sudah sepatutnya menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini bunuh diri bukan jadi solusi dalam penyelesaian masalah yang ada di dunia.

Jika kita mengalami kesulitan dalam hal apapun, maka lihatlah ke bawah tepatnya kepada orang yang lebih mengalami kesulitan. Hal tersebut membuat kita lebih banyak merasa bersyukur dan lebih beruntung.

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). “ (QS Ar Rad ayat 26 )

Perlu diketahui hidup di dunia memang tidak ada yang sempurna, sebab Allah ﷻ selalu memberikan ujian kepada hamba-Nya. Namun, dalam menyelesaikan ujian tersebut sebagai umat islam harus mampu menyelesaikan ujian itu dengan cara terbaik sesuai tuntunan Allah ﷻ, tentu tidak dengan tindakan bunuh diri.
(Falah Aliya/ Nashih)



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia