Pernikahan adalah Perjanjian Suci kepada Allah SWT

Oleh: Prof KH Maruf Amin, Wakil Presiden RI yang sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan MUI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا والصلاة والسلام على سيدنا ومولانا محمد أرسله الله إلينا بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله بإذنه وسراجا منيرا وعلى آله وأصحابه الذين فصلهم الله فضلا كبيرا
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillahirrahmanirrahim.

Pernikahan sangat penting dan krusial. Di dalam Islam disebut sebagai mitsaqan ghalidhan ميثاقا غليظا, perjanjan yang kuat, kesepakatan yang kuat. Jadi, ketika Anda mengucapkan “Saya terima nikahnya,” itu terjadi suatu perjanjian yang kuat. Kelihatannya seperti Anda berjanji kepada istri Anda, tetapi sesungguhnya perjanjian itu adalah perjanjian Anda dengan Allah SWT. Karena itu, Nabi Muhammad SAW menyatakan:
اتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ
“Hati-hati terhadap perempuan itu. Kamu mengambilnya dengan amanat Allah dan menghalalkan untuk menggaulinya dengan kalimat Allah. Jadi itu suatu peristiwa penting.”

Ada tiga perjanjian kuat yang diabadikan dalam Alquran selain perjanjian pernikahan terebut yaitu yang pertama, antara Allah SWT dengan Bani Israil untuk tidak melanggar. Pada hari Sabtu ketika dilanggar, kemudian dikutuklah mereka.

Yang kedua, perjanjian Allah SWT yang ditujukan kepada para nabi-Nya:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا۝
“Saya telah mengambil perjanjian dengan para nabi, dengan kamu Muhammad, dengan Nuh, dengan Ibrahim, dengan Musa, yaitu perjanjian yang kami ambil adalah perjanjian yang kuat.”

Jadi, pernikahan antara suami-istri itu dianggap seperti perjanjian antara Allah dengan para nabi untuk menjalankan tugas-tugas kenabian, dan kalian untuk menjalankan tugas kemasyarakatan. Ini namanya mitsaqan ghalidhan ميثاقاغليظا.

Saya menganggap perjanjian kita sebagai bangsa Indonesia ketika pendiri negara ini melakukan kesepakatan nasional, konsensus nasional, saya juga menganggap itu adalah mitsaqan gholidhan ميثاقاغليظا, perjanjan yang kuat, yang tidak boleh ditinggalkan, dirusak.

Yang kedua, perkawinan ini melahirkan keluarga. Keluarga adalah صورة مصغرة من المجتمع (shuratun mushaggharah minal mujtama), gambar yang diperkecil, miniatur dari masyarakat, dari bangsa. Artinya, cerminan dari pada bangsa itu ada di keluarga. Kalau keluarga baik, bangsa baik, masyarakat baik. Kalau keluarga tidak baik, maka masyarakat tidak baik, bangsa tidak baik. Karena itu, penting sekali membangun keluarga yang baik itu.

Itulah sebabnya maka saya nasihatkan supaya pertama, yang utama dulu, luruskan niat kalian untuk menikah ini supaya niatnya, nikahnya berpahala. Sebab dalam Islam banyak amalan kelihatannya amal duniawi, tapi dia menjadi amal akhirat. Dia berpahala, termasuk nikah.

Termasuk kita mencari rezeki, termasuk kita berjuang dalam berbagai kegiatan sosial, politik, dan ekonomi. Kalau dengan niat yang baik, maka dia menjadi amal akhirat dan berpahala. Sebaliknya, banyak amal tampaknya akhirat, tapi dia menjadi amal dunia, tidak berpahala, bahkan bisa menjadi maksiat kalau niatnya jelek.

Berdakwah, berjuang dalam soal keagamaan, tapi niatnya tidak ikhlas, niatnya untuk duniawi, niatnya untuk kemasyhuran, popularitas, dia bukan tidak sampai berpahala tapi juga maksiat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, niatkan sekarang, menjalankan ibadah mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.

Bagi pengantin lama, yang dulu niatnya belum beres, (para tamu tertawa), saya minta diperbarui niatnya sekarang. Namanya tajdidun niat, memperbarui niat, dan memperbaiki niatnya. Insya Allah sisanya berkah (para tamu mengamini).

Yang kedua, terimalah istri Anda dengan segala kekurangan dan kelebihan, terimalah suami Anda dengan segala kekurangan dan kelebihan. Tidak ada suami ideal tanpa cacat, tidak ada. Istri yang sempurna tanpa cacat, tidak ada. Pasti ada sesuatu yang kita sukai, tapi ada juga sesuatu yang nyebelin (hadirin kembali tertawa). Waktu kita sebel, ingat yang kita sukai (hadirin kembali tertawa), sehingga imbang, itu tuntunan Nabi Muhammad SAW begitu. Kalau kamu melihat sesuatu yang tidak suka, pasti ada yang kamu sukai.

Perempuan itu ada yang kalau ngomong susah, sepekan sekali tidak bunyi (para tamu tertawa). Tapi ada perempuan yang kalau ngomong kayak petasan (tertawa). Tidak sama, tidak sama. Terimalah apa yang kaya petasan, apa yang kaya Malaikat Malik. Malaikat Malik itu malaikat yang tidak pernah senyum. Terima.

Yang ketiga, jadikan rumah tangga Anda rumah tangga yang sakinah, yang harmonis. Yang harmonis itu pertama harus ada mawaddah, mawaddah saling mencintai. Kalau tidak ada cinta, tapi cinta itu biasanya tidak lama (para tamu kembali tertawa), kalau sudah lama itu, makanya itu katanya, bahasa arab mengatakan musim madu, يوم العسل yaumul ‘asl, itu baru-baru [menikah]. Lama-lama jadi يوم البصل yaumul bahsal, hari bawang, hari bawang itu artinya suka mengeluarkan air mata, kan pakai bawang itu kan. Jadi madu bisa jadi bawang. Yang kedua, rahmat, kasih sayang. Nah, ini yang awet, kasih sayang. Kalau kasih sayang itu awet.

Nah, yang ketiga حسن التفاهم husnu tafahum, saling pengertian. Kalau saling pengetian tidak akan ada konflik. Saya punya cerita, ada orang tidak pernah konflik rumah tangganya, istrinya itu ingin sekali-sekali konflik, rasanya konflik seperti apa? Dibuatkan suaminya itu tangan kanannya panjang-lebar, tangan kirinya pendek-sempit, eh terbalik, tangan kanannya yang sempit, tangan kirinya yang lebar. Istrinya bilang, “Nanti kalau dipakai suami saya, pasti suami saya marah.”

Nah, mulailah terjadi konflik. Begitu dipakai suaminya bilang, “Istri saya kok pintar sekali,” katanya, “Saya ini tukang nulis jadi ininya sempit, jadi kalau nulis enak,” (tertawa). Habis tulis itu gerah, dulu tidak ada AC, pakainya kipas angin. Nah, sekarang ini saja pakai kipas katanya itu. Dibuat konflik saja tidak konflik, karena apa? Karena ada حسن التفاهم husnu at-tafahum. مودة ورحمة وحسن التفاهم Mawaddah, rahmah, husnu at-tafahum. Jadi tidak ada sesuatu yang bisa [membuat berkonflik].

Nah, ini bukan hanya untuk rumah tangga. Untuk kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kalau ada namanya مودةmawaddah saling mencintai, ada saling menyayangi, ada saling pengertian pasti tidak akan konflik. Pasti semua harmonis. Makanya ini kunci di dalam kita berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mudah-mudahan kalian berdua diberikan keharmonisan dalam rumah tangga, dipanjangkan umurnya, jodohnya, diberkati Allah.
اللهم بارك لكما واجمع بخير بينكما وارزق الاولاد والاحفاد الصالحين لكما وأدمت الألفة لكما إلى آخر حياة
والله الموفق إلى أقوم الطريق والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Naskah khutbah pernikahan (dengan sedikit penyuntingan) ini disampaikan pada akad nikah putri Chairul Tanjung, Putri Indahsari Tanjung dan Guinandra Jatikusumo, putra Dwi Asmono, Ahad (20/3/2022).



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia