Opini: Syauq Ramadhan, Kembali Menjaga Tradisi

opini:-syauq-ramadhan,-kembali-menjaga-tradisi

Prof. Wan Jamaluddin, M. Ag., Ph. D

Rektor UIN Raden Intan Lampung

Marhaban ya ramadhan, bulan yang penuh keberkahan. Mengawali bulan Ramadhan yang mulia dan penuh keberkahan ini, tentunya setiap hati berdebar-debar dalam kerinduan menyambut tamu mulia yaitu Ramadhan. Banyak ekspresi yang dilakukan oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia dengan spirit yang sama, yaitu meningkakan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tujuan la’allakum tataquun (supaya menjadi insan yang bertaqwa).

Perintah bahagia dalam menyambut datangnya bulan ramadhan, tentunya relevan dengan hadis Nabi Muhammad saw, bahwa orang yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah senantiasa mengharamkan jasadnya untuk masuk kedalam api neraka. Kemeriahan menyambut datangnya bulan ramadhan terbangun atas dasar keimanan yag teguh, sehingga mampu mengetuk relung-relung hati hamba Allah yang beriman dan dengan rasa bahagia serta gembira ria menyambut keagungannya. Menggemanya spririt tersebut tereksprsikan oleh seluruh umat muslim diseluruh pelosok negeri ini, bahwa bulan suci ramadhan kali ini tidak dalam masa pandemi seperti dua tahun yag lalu, sungguh anugrah yang sangat berharga.

Jika dua tahun yang lalu segala aktifitas ibadah dibatasi karena pandemi, seperti pelaksanaan shalat tarawih berjama’ah, tadarus al-Qur’an dan bentuk ibadah serta mu’amalah lainnya yang memyebabkan kekhawatiran yang cukup terasa dalam setiap langkah kita. Namun kali ini, ujian tersebut lamban laun semakin manjauh dan menghindar dari kehidupan kita, meskipun demikian kita tetap mengajak kepada kaum muslimin untuk senantiasa menjaga protokol kesehatan, karena bisa jadi bahwa hal yang kita anggap nyaman, justru kita terlena dari protokol kesehatan dan mengabaikannya.

Satu ciri khas yang merindukan kita di bulan ramadhan adalah ramainya tempat ibadah, di masjid-masjid, dan di mushala-mushala, pelaksanaan tadarus al-Qur’an, shalat tarawih berjama’ah, taklim serta kultum, siraman rahani yang begitu merindukan. Semua ini merupakan spirit yang menggema di bulan ramadhan yang suci dan penuh keberkahan.

Jika dua tahun lalu kita diuji dengan pandemi, yaitu untuk menguji kesabaran bagi kita semua, karena ramadhan juga merupakan bulan ujian bagi orang-orang yang beriman yaitu diuji dengan menahan dari lapar dan dahaga mulai dari terbitnya fajar sampai pada terbenamnya matahari, lebih-lebih dari ujian yang paling berat adalah mengaja mengendalikan hawa nafsu (asyaddul jihad, jihadul hawa), sebesar-besarnya jihad adalah jikad melawan hawa nafsu, baik nafsu untuk makan dan minum, maupun nafsu untuk hubungan seksual.

Bulan Ramadhan adalah bulan keberkahan dan penuh kemuliaan. Banyak amaliyah yang dapat kita lakukan selama bulan Ramadhan, di antaranya membaca al- Qur’an. Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan melalui washilah malaikat Jibril yang disebut ruh al amin secara mutawatir.

Membaca al Qur’an meruapakan amaliyah yang mulia, terlebih di bulan Ramadhan, karena setiap huruf yang kita baca mengandung nilai pahala, tidak hanya pada kalimat atau ayatnya, melainkan pada setiap hurufnya, masyallah.

Bulan Ramadhan juga sering disebut bulan tarbiyah, dimana setiap orang berlomba-lomba untuk memperbanyak membaca Al-Quran. Bagi kaum muslimin yang telah mampu membaca Al-Quran biasanya berupaya untuk dapat mengejar berapa banyak yang dikhatamkan selama ramadhan, namun bagi yang belum bisa atau belum lancar membacanya, akan senantiasa terpacu belajar kembali dan melancarkan hafalannya. Bahkan bagi anak-anak mereka berlomba-lomba untuk dapat mengkhatamkan walau hanya satu bulan sekali khatam.

Al Qur’an adalah pedoman bagi umat Islam, dan sekaligus panduan kehidupan bagi umat Islam. Ayat yang pertama Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Bulan Ramadhan, tepatnya di Guwa Ghira yaitu surat al Khalaq. Dalam ayat ayat ini menjabarkan dan memerintah kan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca “iqra’” yaitu bacalah.

Membaca dalam maksud ayat tersebut adalah membaca kebesaran Allah dengan cara mengenal Tuhan, karena ketika seorang makhluq telah paham pada Khaliq nya, maka akan pula mudah menganalisis ilmu-Nya.

Membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan bagi umat Islam yang beriman dan berpegang teguh pada keyakinannya akan senantiasa bernilai pahala dan memberikan keberkahan baginya. Berkah adalah ziyadayul khair yaitu bertambahnya kebaikan. Bulan penuh pelajaran termasuk melatih diri kita untuk istiqomah, yang merupakan pekerjaan besar dan mulia, sehingga dikatakan dalam hadis Nabi, al istiqomatu khairun min Alfi barokah. Banyak keberkahan yang dapat kita raih pada bulan Ramadhan, namun istiqomah lebih mulia dibandingkan dengan segala keberkahan yang ada. Wallahu a’lam.



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia