Maulid Nabi Muhammad SAW dan Reaktualisasi Sabda Melestarikan Alam

JAKARTA— Sekitar 1.490 tahun silam, utusan terakhir Nabi Muhammad SAW pertama kali berada di pangkuan ibunda Aminah. Setelah hampir lima belas abad, hari lahirnya selalu disambut gegap gempita oleh pengikutnya di seluruh penjuru bumi.

Sabtu (8/10/2022) bertepatan dengan peringatan hari lahir (maulid) Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1444. Pada momen tersebut, perilaku, akhlak serta perangai baginda Nabi Muhammad SAW dikenang.

Hal ini semata agar kisahnya menjadi teladan ideal bagi miliaran muslim di manapun berada. Spirit ajaran Nabi terutama adab luhur budi pekertinya dihidupkan kembali lebih dari biasanya.

Dalam salah satu kesempatan, Abu Dzar, salah seorang sahabat Nabi mengisahkan bahwa Nabi bersabda kepadanya:


وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Perlakukan manusia dengan perangai yang baik.” (HR Tirmidzi, dinilai hasan, no 1910).

Selain akhlak kepada sesama manusia, Nabi Muhammad SAW sering mengingatkan untuk mencintai bumi dan seluruh isinya.

Pada abad ke-21 ini, di tengah kerusakan lingkungan, di antara hikmah yang tak kalah penting dari Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni bahwa ini menjadi sarana menggaungkan ajaran Nabi SAW soal mencintai bumi. Sebab, isu kerusakan lingkungan bukan lagi soal mencairnya es di Kutub Utara atau Selatan.

Dampak nyata rusaknya lingkungan, sudah sampai di depan halaman rumah kita. Curah hujan ekstrem, bukan semata ulah cuaca. Di balik itu ada kontribusi manusia yang mengundang bencana.

Sifat rakus manusia menyebabkan efek gas rumah kaca, naiknya suhu rata-rata bumi, kita mengenalnya sebagai pemanasan global.
Bahan bakar fosil dari kendaraan kita belum lagi yang dihasilkan industri, makanan yang kita makan, sampah yang kita buang, makanan yang kita sisakan, energi yang tidak dihemat, penebangan pohon secara serampangan semuanya berdampak pada kesehatan bumi. Padahal, hampir lima belas abad lalu, Nabi Muhammad SAW bersabda :


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Dari Abdullah bin Amr dan sanadnya sampai kepada Nabi, (beliau bersabda), “Para penyayang akan disayangi Yang Mahpenyayang. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi)

Penduduk bumi yang harus disayangi dalam hadits di atas adalah seluruhnya tanpa terkecuali. Semua Muslim dituntut menyayangi, berbuat baik kepada sesama manusia, hewan beserta lingkungan berikut ekosistem yang sudah berjalan. (Lihat Muhammad al-Mubarakfury, Tuhfatul Ahwadzi, Beirut, juz 6 hlm. 43)

Pada riwayat lain, Nabi Muhammad SAW mengajak Muslim menghijaukan bumi dengan tanaman dan pepohonan. Nabi Muhammad SAW bersabda :


مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً (رواه مسلم)

“Tidaklah seorang Muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR Muslim).

Bahkan, dalam riwayat lain Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut:


إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ

“Jika hari kiamat ditegakkan, sementara salah satu dari kalian ada yang memiliki bibit kurma, maka jika ia mampu, jangan berdiri sehingga ia menanamnya. Maka lakukanlah!” (HR Ahmad)

Tidak berhenti di sana, Nabi Muhammad SAW juga mengajak kita hemat energi, tidak menghamburkannya meski energi tersebut diperuntukkan ibadah dan melimpah. Dalam sabdanya :


أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ مرَّ بسَعدٍ وَهوَ يتوضَّأُ ، فقالَ : ما هذا السَّرَفُ يا سَعدُ ؟ قالَ : أفي الوضوءِ سَرفٌ قالَ : نعَم ، وإن كنتَ على نَهْرٍ جارٍ (رواه أحمد)

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam pernah melewati Sa’ad yang sedang ber-wudhu’. Lalu beliau mengatakan padanya, ‘Mengapa berlebihan seperti ini wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, ‘Apakah dalam wudhu’ juga ada berlebihan?’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, ‘Ya. Bahkan meskipun kamu berada di sungai yang mengalir’.”(HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Ketika lingkungan dalam kondisi mengenaskan, momen memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, tidak hanya mengenang akhlaknya terhadap sesama manusia, melainkan juga memperdalam budi pekerti Nabi Muhammad SAW terhadap bumi.
Karena bila bumi lenyap, di mana lagi kita akan memelihara, menyebar, melantunkan ajaran, mengisahkan kisah kekasih Tuhan yang paling dikasihi itu? (Ilham Fikri, ed: Nashih)



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia